Di sebuah desa yang masih asri dan sejuk juga tak terlalu banyak masyarakat yang tinggal hidup lah dengan damai jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang sibuk.
Kegiatan yang wajar seperti berkebun, memancing, ke sawah, juga anak-anak yang belajar di sekolah.
Di sekolah tempat menuntut ilmu banyak yang tak sadar jika terdapat sebuah misteri yang berujung teror sedang menanti masyarakat lugu yang tidak mengetahui apa penyebab nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risma Dwika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Zaki terus memacu mobilnya.
"Ikhsan kamu ini kenapa sih? Aku di sini, bukan di sana. Kamu salah lihat loh. Jangan aneh aneh deh san". Untuk pertama kalinya neng berbicara dengan nada tinggi.
Semua menoleh ke arah neng dengan tatapan heran.
"Iyaa maaf neng. Aku salah lihat". Ujar ikhsan sambil menatap neng dengan tatapan tajam.
Tak biasa pemandangan ini.
Ikhsan tak pernah menatap tajam teman nya meskipun salah.
Namun, kali ini ikhsan menatap tajam ke arah neng. Begitu pun sebaliknya, neng tak pernah berbicara dengan nada tinggi, ini pertama kali nya dia bicara dengan membentak ke sahabatnya.
Zaki mulai berpikir ucapan ikhsan ada benar nya.
'Aku harus cerita ke uwa Daris nih'. Batin Zaki.
Mereka sudah melewati sekolah, sekarang mereka melewati sawah.
Zaki fokus menyetir agar cepat sampai.
Sebenarnya di perjalanan pulang ini, mereka melihat perempuan berperawakan seperti neng. Namun, mereka semua diam saja tak ada yang bicara satu sama lain.
Tak lama kemudian mereka sampai di rumah nya Bu Munah.
Bu Munah, uwa Daris dan orang tua teman-teman nya neng juga ada di sana.
Mereka semua khawatir terjadi sesuatu karena belum pulang padahal hari sudah gelap.
"Syukurlah kalian sudah pulang. Kenapa sampai gelap baru sampai? Kalian nggak apa-apa kan?". Tanya Bu Munah dengan panik.
"Nggak Bu, maaf bikin khawatir ibu dan yang lainnya. Kami terjebak macet tadi ada kecelakaan di kota. Padahal kami pulang masih siang kok Bu". Ujar Zaki
"Iyaa nak. Nggak apa-apa, yang penting kalian sudah pulang dengan selamat" ujar ayah nya ikhsan.
"Kalau begitu kami pamit yaa Bu Munah, pak Daris. Nak zaki terima kasih banyak yaa sudah ajak anak-anak ke kota. Semoga lancar rejekinya yaa Zaki". Ujar ibu nya Syifa.
"Ah. Iyaa Bu, pak sama sama. Terima kasih juga doa nya yaa. Nanti kapan-kapan kita main main lagi yaa san, Dian, Syifa". Ujar Zaki
"Iyaa aa. Kapan kapan lagi yaaa traktir nya" ucap Syifa.
"Iyaa a, makasih banyak yaaa udah ajak kami jalan-jalan. Saya pulang dulu, mari a, Bu, neng". Ujar ikhsan dengan menatap tajam kearah neng.
Semua melihat itu namun tak berpikir apa-apa.
Semua sudah pulang ke rumah nya masing-masing.
Kini di ruang tamu, uwa Daris, Bu Munah, Zaki dan juga neng duduk bersama.
"Uwa, ini jajanan dari kota tadi. Sedikit yaa uwa nyobain". Zaki menyerahkan beberapa cemilan dan juga kemeja yang tadi ia beli di mall.
"Iyaa Zaki, terima kasih banyak yaaa sudah ingat uwa. Sekarang uwa mau tanya, apa tadi ada kejadian aneh atau apa gitu? Karena uwa merasa ekspresi wajah neng kok seperti nggak senang gitu yaa". Ujar uwa Daris.
"Sebenarnya ada yang mau Zaki sampaikan ke uwa, tapi seperti nya waktu nya nggak tepat wa. Mungkin besok pagi Zaki ke rumah uwa yaaa. Supaya lebih leluasa Zaki cerita nya wa". Ujar Zaki.
"Hmmm iya sih. Baik lah kalau begitu uwa pamit dulu. Kamu juga sudah pulang. Tolong jaga ibu mu dan adik mu yaa. uwa pamit dulu bilang ibu mu yaaa".
"Iyaaa wa. Terima kasih banyak untuk semua yang udah uwa kasih ke kami".
"Itu memang sudah kewajiban uwa nak. Kamu nggak perlu sungkan yaa. kalian kan anak anak uwa juga. Jadi, tolong kalau ada apa-apa itu langsung gerak cepat".
"Iyaa wa. Zaki paham. Sekali lagi terima kasih yaa wa".