Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fatamorgana
Hasbi perlahan melepas tangan Hera, yang sejak tadi melingkar di lengan, seolah melarangnya mengejar Laras. Ia tak berniat meladeni Hera, Hasbi memiliki pemikiran sendiri.
"Harusnya, kamu nggak bisa ikut campur urusanku dan Laras, kan kamu tahu! Laras punya nilai tersendiri untukku." Hasbi benar-benar merasa sulit jika berurusan dengan Hera, apalagi saat mode keras kepala seperti ini.
"Kamu bandingkan aku dan dia?" Hera benar-benar kesal Hasbi terus saja memuji Laras.
"Sudahlah! Sekarang kita harus mikir untuk segera berkemas, rumah itu akan dijual." Hasbi tau tuntutan Laras bukan ancaman biasa.
"Dijual?" Hera mengerut heran.
"Iya, dijual. Rumah itu atas namaku dan Laras."
"Terus kita mau tinggal dimana?" suara Hera sedikit lebih tinggi kali ini. Rasa herannya menyeruak, bercampur dengan rasa tak terima. Ia heran mengapa rumah itu bisa atas nama mereka berdua, makin tak terima ketika Hasbi malah dengan suka rela mau pindah.
"Kita sementara bisa tinggal di Mess karyawan." Hasbi dengan lugunya menjawab. Tentu saja membuat Hera menatap tajam padanya.
"Pokoknya aku nggak setuju kita pindah. Kamu cari cara agar Laras nggak jual rumah itu, lagian orang selama ini Laras cuma jadi ibu rumah tangga aja, kok sok-sokan dikasih gelar nyonya rumah, rumah itu hak anak-anak dong!"
Hasbi mengurut keningnya, masalah tidak hanya datang dari anaknya, juga Laras dan keras kepala Hera.
"Bang, kamu harus tegas dong! Laras kan yang mau cerai, kamu harus bisa pertahankan rumah itu." Hera menyentuh mesra lengan Hasbi dengan ujung jari telunjuknya.
Hasbi diam sejenak. "Nggak bisa, itu hak Laras, aku nggak mau dia semakin membenciku, dan menolak niat baik ku untuk rujuk nanti."
Saat ini, Hera menelan kasar ludahnya. Punggung, kening dan lehernya meneteskan keringat dingin.
Semua terhempas dalam sebuah angan bak fatamorgana. Dibanting oleh ekspektasi yang terlalu tinggi dan tak sesuai fakta.
Hera tak menyangka Hasbi akan terus mengejar Laras, walau kini sudah ada dia dan kedua putrinya, Hasbi tak menyangka Hera akan se egois itu, menghasut dirinya demi kenyamanan untuk diri sendiri.
Mereka tak menyangka bahwa terkadang sebuah fatamorgana yang dikejar saat haus karena mengira kilauan itu adalah genangan air, nyatanya hanyalah sebuah tipuan mata yang menghempaskan harapan dengan kerasnya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
"Laras,"
Laras melihat Mario yang baru saja tiba dan sama-sama lewat pintu samping. Pria itu menyamakan langkah, membuat Laras tak jadi putar haluan.
"Ada Ranveer?" Mario bertanya pada Bi Narti, yang di jawab wanita itu dengan anggukan kepala.
"Kenapa dia nggak suka sama Ayah?" tanya Laras menyelidik.
"Ikut ayah," ajak Mario pada Laras.
Dan di sinilah mereka.
Di samping kolam air hangat buatan yang berada tak jauh dari area panahan, ada pendopo modern yang dindingnya di desain setengah badan.
Laras dan Mario duduk disana, menikmati suasana yang tampak asri.
"Ranveer benci ayah sejak tahu Romania meminum obat penunda kehamilan puluhan tahun demi tak memiliki anak."
Laras terdiam.
"Ayah sendiri baru tahu setelah dia melakukan operasi pengangkatan rahim akibat adenomiosis, semua terlambat, keputusan sulit itu dia ambil untuk menenangkan ayah agar tak risau untuk membagi kasih sayang, Romania takut jika ada anak diantara kami kamu akan semakin membencinya."
"Aku nggak ada urusannya dengan kehidupan kalian, kenapa harus bawa-bawa aku?" Laras merasa lucu saat dirinya yang sudah jauh justru menjadi penyebab ayahnya dibenci orang.
Mario tersenyum tipis. Laras tidak perlu tahu usaha Romania untuk membawanya kembali pulang, perempuan itu tidak bicara apa-apa, tapi kabar kehidupan Laras yang seperti apa yang tidak dia ketahui. Semua tidak ada yang luput dari pengamatan Romania.
"Maaf mengganggu waktu kalian, Ranveer mau pulang, mobilnya tidak bisa keluar." wanita berbody bak gitar sepanyol yang memanjakan mata sebagai besar pria itu berdiri di samping kolam air hangat. Romania tak ingin muncul menjadi pengganggu di hadapan Laras, tetapi mobil Ranveer terhalang oleh mobil Laras dan Mario.
"Ah, aku lupa melepas kuncinya," buru-buru Laras merogoh tasnya, mencari kunci mobilnya, saat sudah ketemu dia langsung bergegas pergi untuk memberi jalan mobil mewah puluhan milyar milik pria yang katanya keponakan dari istri muda ayahnya.
