Area *** "Hanya semalam, kan, Tuan?" "Iya, kau tidak akan kenapa-napa karena aku mandul, Kau butuh uang dan aku butuh dirimu semalam!" "Anda yakin, Tuan?" "Aku jamin semuanya aman!" Malam yang terjadi antara dirinya dan sang Pemilik tempat dimana ia bekerja langsung mengubah hidupnya. Hazel Isabella Sora, seorang gadis cantik berusia 24 tahun terpaksa memberikan sesuatu yang berharga dalam hidupnya pada Sang Big boss karena membutuhkan uang demi membayar hutang milik mending kedua orang tuanya, Rexton Lysander Silas, pria matang dengan segala pesona dan tatapan matanya yang tajam bak predator mematikan. Tersenyum menyeringai saat mendapatkan mangsa yang dirinya incar. Perjanjian itu hanya untuk semalam. Namun, apa jadinya jika itu menjadi kegilaan berbahaya dari sang Boss yang tak mampu dirinya tolak dari seorang Rexton. Bagaimana hubungan keduanya? Benarkah hanya ada Hutang dan sebuah kesalahan? ikuti kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ham_sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 GBSDM
Hazel keluar dari Club, dia mendapatkan Shift malam seperti biasa,"Lelah sekali!" keluhnya tanpa sadar meraba perut ratanya.
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan Hazel dan saat kaca mobil di buka. wajah Hazel langsung mendelik agak kesal,"Dia lagi?" gumamnya dengan gerutuan kesal tanpa sadar.
"Ayo aku antar pulang!" kata Rexton, dia menatap Hazel dengan seksama.
"Terima kasih, tapi saya akan pulang sendiri," tolaknya, tak akan ada yang berani menolak seorang Rexton, dan Hazel adalah satu-satunya gadis yang berani menolak seorang Rexton Lysander Silas.
"Kau tahu aku tak suk-"
"Penolakan! Tapi saya mau menolak, jadi silakan duluan!" usirnya, Hazel berlalu dia tak peduli pada Rexton yang hanya menatap wanita itu dalam diam.
"Iya, dan penolakan itu yang semakin membuat aku bersemangat!" ujar Rexton dengan senyum misterius.
Rexton kembali ke rumah tepat pukul empat pagi. Dia tadi mengikuti Hazel dari belakang agar wanita cantik itu selamat sampai kerumahnya.
Dia membuka pintu rumah dan sebelum masuk kedalam, pria itu melirik sekilas ke arah pintu gerbang kecil rumah Hazel dan ia lihat wanita itu baru saja masuk rumah tanpa menoleh lagi.
"Sampai kapan kamu akan terus menolak? Karena sekeras apapun kamu menolak. Hidupmu sudah dalam genggaman ku!" gumam Rexton.
Pria itu segera masuk kedalam Rumah, dia menutup pintu dan akan pergi istirahat sekarang.
Sedangkan di dalam kamar sederhana milik Hazel. dia segera merebahkan diri akibat terlalu lelah untuk pekerjaan malam ini, dia berada di kamarnya sendiri, sedangkan kedua sahabatnya di kamar yang tepat di sebelah kamarnya.
Ting!
Suara notifikasi pesan masuk mengalihkan atensi Hazel, wanita itu meraba ranjang dan segera mengambil ponsel itu.
"Jack, mau apa lagi dia?" keluh Hazel.
Hazel membuka pesan dari Jack, dia mendengus kesal saat membaca pesan itu.
Pesan.
Zero gila.("Besok temui aku di Cafe biasa!")
"Siapa juga yang mau bertemu dengannya?" ujar Hazel kesal.
Dia meletakkan kasar ponselnya dan memutuskan untuk segera tidur sebab sekarang baru saja pukul setengah lima pagi.
Pagi hari.
Angin berembus dingin dengan di sertai salju.
Hazel dan kedua sahabatnya memutuskan untuk sarapan Sandwich dan minum coklat hangat.
"Kamu semalam kembali jam berapa?" tanya Vivi, dia dan Ava berencana mengajak Hazel untuk makan malam di restoran. Namun, wanita itu tidak bisa karena dia ada shift malam di tempat kerjanya.
"Empat pagi," jawab Hazel dengan menggigit kecil sandwich di tangannya.
"Kenapa larut sekali, Zel? ingat kesehatan mu lebih penting!" kata Ava, dia tak senang Hazel bekerja terlalu keras seperti sekarang ini.
"Baiklah, maafkan aku!" ucap Hazel, dia kembali menatap keduanya dan kemudian kembali membuka suara,"kamu akan menginap lagi nanti malam?" Hazel melontarkan pertanyaan pada Vivi di sela-sela sarapannya.
"Tidak, sebenarnya aku menginap karena orang tuaku pergi ke luar kota." Vivi menjawab dengan senyum malu.
Ava yang mendengar itu hanya bisa menatap datar Vivi dia kira kemarin wanita itu menelfon karena ada hal penting, tidak tahunya hanya ingin menginap sebab orang tuanya pergi.
"Va," panggil Hazel.
"Hem, ada apa?" tanya Ava.
"Kamu jadi pulang hari ini?" Hazel bertanya dengan menatap lekat Ava.
"Iya, Mami meminta aku pulang, sebab besok aku harus ke luar kota bersama orang tuaku!" jawab Ava.
Sebenarnya dia lebih suka tidur di rumah Hazel, karena terkadang dia kesepian di rumahnya sebab menjadi anak tunggal itu tidak begitu menyenangkan.
Ketiga wanita itu akhirnya memilih melanjutkan sarapannya sebab hari ini mereka ada urusan masing-masing.
Sedangkan di Mansion Silas.
Sarapan begitu heningan. Sebab ada hal yang terjadi dan Lyra yang melihat itu melirik keduanya orang tuanya.
"Daddy dan Mommy sedang bertengkar?" tanya Lyra, dia mengigit roti selainya.
"Tidak, memang apa yang harus di ributkan dengan Daddy?" jawab Gania dengan nada ketus.
Lyra melirik pada sang Daddy yang juga sedang melirik ke arahnya, dan dengan gerakan mata Lyra mencoba mencari jawaban.
Gabriel menggeleng, dia harus mengatakan apa? Apa harus dia katakan kalau semalam dia di usir dari kamar oleh Gania hanya karena gagal membawa Rexton bertemu Ciara? Jika ingat itu Gabriel rasanya ingin sekali menendang sang Putra ke mars.
'Menyebalkan!' rutuknya dalam hati.
Lyra akhirnya memilih diam, dia tidak ingin mencari gara-gara pada sang Mommy jika dalam keadaan seperti ini.'Apa mungkin karena Daddy gagal membawa Kak Rexton ke Restoran kemarin?' pikir Lyra, dia menerka-nerka sendiri sebab dirinya memang benar-benar penasaran.
"Mom," panggil Lyra, dia sampai lupa dengan rencananya semalam. Dia tak ingin ikut campur jadi lebih baik dirinya mencari kegiatan lain.
"Iya, kamu mau tambah lagi, Nak?" tanya Gania, dia melirik sinis pada Gabriel yang memasang wajah memelas.
"Aku mau izin nanti aku akan pergi ke Villa bersama teman-teman ku, apa boleh?" jelas Lyra, dia harus merayakan ulang tahun sang Kekasih di villa keluarganya. Sebab kemarin ia belum sempat karena harus ke panti demi mengantarkan makanan sesuai janjinya pada anak-anak panti.
"Villa? Ada acara apa?" kali ini pertanyaan itu dan lontarkan oleh Gabriel.
"Acara ulang tahun Joy, Dad." Lyra menjawab dengan senyum sumringah.
"Joy? Apa kamu masih berhubungan dengan pria itu?" tanya Gabriel, dia sudah sering melarang sang putri untuk berhubungan dengan pria bernama Joy. Namun, entah kenapa wanita itu keras kepala sekali.
"Masih, memang kenapa, Dad? Joy adalah pria yang baik. Daddy melarang aku berhubungan dengan Joy apa karena dia dari kalangan biasa?" Lyra bertanya dengan nada sedikit kesal.
"Bukan, apa pernah Daddy bicara soal harta atau jabatan? Lyra, pria itu bukan pria yang baik, percaya pada Daddy," kata Gabriel.
"Dad, aku akan baik-baik saja, lagipula dia adalah pria yang benar-benar baik, Dad!" Lyra masih saja kekeh memuji Joy di hadapan kedua orang tuanya.
Gabriel tidak mengatakan apapun lagi, dia hanya bisa menghela napas dan mengangguk pada akhirnya.
Sedangkan Gania dia menatap pada sang suami, dia tahu suaminya itu khawatir pada Lyra, sebab peristiwa yang menimpa Almarhum adik iparnya dulu.
Adik dari Gabriel meninggal karena dia merasa malu, hari dimana Wanita itu memiliki kekasih dan memilih untuk meninggalkan Silas Mansion hanya karena kedua orang tuanya tidak setuju. Namun, kabar mengejutkan terjadi wanita itu berakhir mengenaskan setelah di perlakuan kasar oleh kekasihnya dan berakhir bunuh diri.
Gabriel tidak ingin Lyra menjadi seperti itu. Karena pria yang dulu menjadi kekasih adik dari Gabriel juga dari kalangan biasa. Gabriel tidak mencari menantu keluarga kaya, hanya saja kepribadian yang baik dan asal usul yang jelas harus menjadi patokan.
"Dad, Mom, aku pergi ya!" pamitnya.
Gabriel dan Gania mengangguk, keduanya menatap kepergian Lyra dengan kecemasan yang terlihat.
Gabriel mengambil ponselnya, dia menekan nomer Jason dan meminta dia untuk menambah penjagaan untuk putrinya.
"Honey, Daddy berangkat ya!" pamit Gabriel. Setelah ia selesai mengirim pesan.
"Iya, Daddy Hati-hati, jangan di fikirkan semoga saja Joy tidak seperti Denise!" Gania mengelus lembut pundak sang suami.
"Iya."
Setelah memeluk sang istri dan memberikan kecupan pada kening Gania, Pria paruh baya itu akhirnya pergi karena hari ini dia ada pertemuan dengan klien dari Amerika. Gania sampai lupa jika dia sedang marah pada suaminya, sebab masalah Lyra jauh lebih penting