NovelToon NovelToon
Om Aslan Ini Ketiga Anakmu

Om Aslan Ini Ketiga Anakmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Penyesalan Suami / Menikah Karena Anak
Popularitas:193.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.

Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.

Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.

Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.

Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh Satu

Malam itu, hujan turun rintik-rintik di balik awan kelabu, seperti mengisyaratkan sebuah tari seorang wanita yang tengah dilema menyimpan sebuah rahasia besar yang entah sampai kapan dia akan sanggup memendamnya di hadapan anak-anak.

   Anika duduk sambil memegang lututnya, tatapannya nanar menatap ke arah jendela yang basah di penuhi rintik-rintik hujan, di balik pintu kamar ia mendengar suara batuk pelan dari kamar belakang di mana tempat Arjun di baringkan sedari tadi.

   Ia mulai bangkit dari duduknya, lalu mengambil selimut tipis untuk di bawa ke kamar Arjun, tubuh kecil itu menggigil, meskipun sudah di selimuti, demamnya masih tinggi, meskipun sudah meminum obat penurun panas, wajahnya pucat dan bibirnya sedikit bergerak menyebut nama yang tidak dinginkan oleh Anika.

   "Om Aslan ... Om Aslan," lirihnya pelan.

Hati Anika bagaikan tertancap ujung pisau, yang menembus ke dasar hatinya, sakit ... Dan sesak dadanya seperti di penuhi tumpukan pecahan kaca yang siap mencabik-cabik hatinya.

"Sayang, ini Bunda Nak," ucap Anika sambil mengulurkan tangannya untuk membawa tubuh sang anak ke dalam dekapannya.

Anika merasakan, kuatnya getaran yang ada di dalam tubuh anaknya, sebagai seorang ibu pikirannya sudah melayang tidak karuan, sehingga dengan cepat wanita itu menggendong tubuh Arjun dari belakang lalu mulai membawanya ke bidan terdekat.

"Sabar ya Nak, sebentar lagi kita sampai ke rumah bidan.

Selain membuka pelayanan persalinan bidan di kampung-kampung juga melayani pelayanan kesehatan anak, dengan langkah tertatih Anika mulai menyusuri jalanan malam di tengah-tengah gerimis yang membasahi mantel yang di pakai oleh anaknya.

"Om ... Aslan ... Om Aslan ...," rancau anak itu yang selalu menyebut pria yang baru di kenalnya satu bulan lalu.

Sebagai seorang ibu Anika tidak sanggup menahan air matanya, ini bukan sekedar tentang anak dan ayah, akan tetapi ini tentang sebuah perjuangan, bagaimana ia bisa menerima seseorang yang sudah menjadi penyebab dirinya menderita, dan sebagai seorang ibu apa Anika mampu untuk menjadi egois demi menjaga kesehatan hatinya.

"Ya Allah pilihan ini teramat sulit," ucapnya sambil terus menggendong tubuh anaknya yang terasa berat itu.

Sesampainya di rumah bidan Anika di sambut dengan ibu-ibu hamil yang duduk di kursi antri, meskipun sudah malam masih ada satu dua orang yang duduk bersama Anika di kursi tunggu.

"Eh, Bu Anika," sapa wanita paruh baya yang sedang mengantar anaknya periksa kehamilan.

"Iya Bu," sahut Anika dengan ramah.

"Anaknya sakit ya?" tanya Wanita itu.

"Iya Bu, demamnya tinggi dari tadi pagi," sahut Anika.

Melihat tubuh kecil yang sedikit menggigil itu, wanita paruh baya itu mulai iba lalu mulai berbisik kepada sang anak.

"Nak itu mantan guru adikmu, dulu dia sangat baik, mau mengerti keadaan ibu di saat telat bayar SPP sekolah," bisik ibu itu kepada anaknya yang sedang hamil.

"Iya, lalu," sahut anaknya itu.

"Apa kamu mau mengalah Nak, menyerahkan nomor urutanmu, sepertinya dia yang butuh penanganan cepat Nak," bisik ibu itu kepada anaknya.

"Baiklah Bu, kebetulan kandunganku juga gak kenapa-napa, jadi ngalah dikit untuk yang lebih membutuhkan," sahut wanita hamil itu.

Setelah mendapatkan Restu dari anaknya, kemudian wanita paruh baya yang bernama Endah itu mulai berbicara kepada Anika.

"Bu Anika, pakai nomor urut punya anakku saja, Bu, kasihan itu si kembar badannya sudah menggigil," ucap Ibu Endah.

"Nggak usah Bu, harus mematuhi aturan," tolak Anika dengan sopan.

"Gak apa-apa kita ikhlas kok, lagian antriannya gak terlalu panjang kok, dan setelah ini anak ibu biar segera ditangani oleh Ibu bidan," ucap Endah.

Seketika hati Anika terenyuh melihat kebaikan ibu tersebut.

"Bu, terima kasih banyak ya, tapi ini beneran anak ibu gak apa-apa?" tanya Anika memastikan.

"Gak apa-apa ayo ini ambil," suruh Endah.

Anika mulai mengambil nomor antrian berikutnya yang ia ambil dari tangan wanita paruh baya itu, dan tidak lama kemudian nomor yang dia pegang langsung di panggil.

"Nomor urutan delapan segera masuk," ucap perawat di rumah bidan Siska.

Anika mulai menggendong Arjun kembali karena kondisi bocah itu memang sangat lemah, bahkan tubuhnya pun semakin gemetar membuat hati Anika berdesir hebat menyaksikan sendiri kesakitan yang di rasa oleh anaknya itu.

"Ibu, tubuh anaknya gemetar seperti ini, ayo langsung di bawa ke ruang periksa saja," ucap perawat itu dengan cepat, lalu mulai memanggil bidan untuk memeriksa pasiennya.

Diatas ranjang kecil sederhana yang di lapisi kain putih, tubuh Arjun menggigil dengan wajah yang pucat dan dengan mata terpejam sementara di sisi ranjang Anika menggenggam tangan sang anak seraya menyemangati anaknya dengan bisikan lembutnya.

"Sabar Ya Nak, sebentar lagi Ibu bidannya datang," lirih Anika.

Bidan Siska wanita yang memiliki tatapan teduh perlahan mulai datang, tangannya yang terlatih mulai memegang dahi Arjun yang terasa hangat cenderung panas.

"Ibu Panasnya tinggi, sudah berapa hari?" tanya Bidan Siska.

"Baru tapi pagi Bu, awalnya panas biasa tapi pas sore tadi panasnya mulai naik hingga sekarang, ada muntahnya dan anaknya susah makan," jelas Anika.

Boleh di bantu buka bajunya Bu," pinta Bidan Siska dengan halus.

Anika mulai membuka kancing baju tidur anaknya, laku kemudian bidan Siska mulai sedikit menekan perutnya perlahan tepat di bagian kanan bawah, Arjun merasakan nyeri.

“Ini sudah masuk gejala tipes, Bu. Lidahnya kotor, perutnya tegang, demamnya naik-turun dan anaknya mulai lemas. Kita harus jaga asupan cairan dan makanan lunak, jangan biarkan dia dehidrasi. Tapi untuk lebih pasti, sebaiknya dibawa ke Puskesmas atau RS untuk tes darah," ujar Bidan Siska.

Sang ibu mengusap wajah anaknya, nadanya mulai panik. “Apa harus rawat inap, Bu?”

“Kalau anaknya tambah lemas atau tak bisa makan dan minum sama sekali, lebih baik rawat inap. Tapi sekarang kita bantu turunkan demamnya dulu. Saya kasih resep obat penurun panas dan oralit. Kalau dalam dua hari masih begini, segera ke dokter ya, Bu.”

"Baiklah Bu," sahut Anika.

"Jangan panik ya Bu, kita serahkan saja sama yang Diatas," ucap Bidan Siska yang merasakan raut kesedihan yang terpancar di wajah Anika.

Anika hanya mengangguk, ia pun mulai menggendong kembali tubuh anaknya ke ruang resepsionis, yang terletak di samping ruang periksa.

Anika dan Arjun mulai duduk, dan tidak lama suster memberikan obat kepada Anika.

"Ibu ini obatnya semua keterangan sudah tertulis di sini ya Bu," ucap suster itu dengan ramah.

"Berapa Mbak?" tanya Anika.

"Seratus ribu Bu," sahut Suster itu.

Anika mulai mengeluarkan dompet kecilnya laku iapun mulai membayar biaya pengobatannya tadi.

********

Sesampainya di rumah dengan nafas yang sudah ngos-ngosan akibat berjalan sambil menggendong, akhirnya Anika mulai membaringkan kembali Arjun diatas ranjang kamar belakang.

Perlahan wajah kecil itu mulai Anika usap menggunakan telapak tangannya dan sambil berucap.

"Nak, makan dulu ya ibu buatkan bubur, setelah itu minum obat," ucap Anika.

Arjun hanya diam, tadi kepalanya mengangguk sebagai tanda ia menyetujui apa yang diucapkan sang ibu.

Anika segera turun ke dapur, beruntung pas belanja kemarin ia menyempatkan membeli tepung beras, sehingga muda baginya untuk membuat bubur.

Sepuluh menit kemudian, Anika mulai kembali ke kamar sang anak dengan membawa bubur dan air minum hangat untuk anaknya.

"Sayang, bangun dulu ya," ucap Anika, sambung mendudukkan tubuh sang anak di sandaran ranjang.

Anika segera menyuapi anaknya dengan bubur yang sudah ia buat barusan, Arjun perlahan mulai mengunyah, akan tetapi di suapan keduanya anak kecil itu segera menepis pelan tangan ibunya.

"Bunda Sudah," tolak anak itu.

"Tapi ini baru satu suap Nak," ucap Anika.

Perlahan anak itu terdiam tatapannya seperti menahan beban berat entah itu apa? Sehingga membuat Anika mencoba untuk memberanikan diri.

"Nak, sebenarnya kau mau apa?" tanya Anika sedikit bergetar bibirnya.

"Aku ingin bertemu dengan Om Aslan."

Deg!!!

Bersambung .....

1
Ani Basiati
lanjut thor
Kasih Bonda
next Thor semangat
Amalia Putri
lanjut thor
Yuni Ngsih
Authooooor ih....klw lg asyik ceritranya ko di potong jdnya sedih dong ....dasar ceritramu bgs jd ku yg bcnya ngenes nih ....hehehe lanjut Thor ...👍👍👍💪💪💪🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Euis Maryam
lanjutkan
Bak Mis
nah gitu dong lawan mereka jgn pernah takut lagi Ok
Yuni Ngsih
Authooooor ceritramu bgs tapi ...knp yg punya ceritra tersiksa trs...😠😠😠👍👍👍💪💪💪
Bak Mis
semoga gak kenapa "blm cukup ya thor penderitaan nya
Kasih Bonda
next Thor semangat
ros
semangat up nya
Ayumarhumah: iya kak kemarin memang lagi capek banget🤣🤣🤣
total 1 replies
Ma Em
Emang Aslan dan Anika orang baik meskipun sdh dizolimi dan Anika serta anak2 nya mau dibunuh tapi tetap saja mau membantu orang yg sdh jahat pada keluarganya .
Kasih Bonda
next Thor semangat
Amalia Putri
Wah ternyata Aslan gak balas dendam bagus banget gak semua harus di balas dengan jahat juga,di tunggu kelanjutan nya thor semanggat ya./Rose//Rose//Rose//Rose//Heart//Heart/
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Bak Mis
akhirnya Aslan terbuka hati nya menolong Raya,
Euis Maryam
lanjutkan
Bak Mis
lebih baik bantu aja daripada menyesal nanti nya, kasian banget mereka berdua
Yuni Ngsih
wah Thor ceritramu bikin ku meleleh kasian Anika ...ya .Ada lk" dzolim yg ky gtu ya Thor .....perjuangan Anika hebat meskipun di salah awalnya tapi..ya mau gmn lg Takdirnya kynya tapi tenang saja Anika setelah hujan badai pasti bakal timbul pelangi ...Aamiin
Ani Basiati
lanjut thor
Amalia Putri
lanjut besok thor sekarang met istirahat./Good//Good//Good/
Kasih Bonda
next Thor semangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!