NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:51.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.

Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Berbeda Tujuan

Dalam kedalaman Perpustakaan Tertutup di kota tua Istanbul—seorang biarawan tua berjalan melewati lorong batu, diterangi cahaya lentera kuno. Di tangannya, seuntai manik-manik dari batu safir tua bergemerincing lirih saat ia berhenti di depan altar kuno.

Ukiran pada tablet batu mulai menyala samar, warna biru kehijauan yang hanya muncul saat disentuh sesuatu yang sesuai.

Ia menatap cahaya itu, lalu bergumam penuh haru, “Sang pewaris... telah datang.”

Lentera di tangannya berkedip sesaat, seolah ikut mengiyakan.

Di kejauhan, suara pintu batu bergeser perlahan, membuka jalan yang selama ini tersegel oleh waktu—dan oleh darah.

Sementara itu

Di dalam gedung pencakar langit berlapis kaca di jantung distrik teknologi, lantai 99 tampak sepi. Namun bukan karena tak berpenghuni—melainkan karena tak sembarang orang boleh menjejakkan kaki di sini. Di ruang rapat berdesain minimalis futuristik, layar transparan setinggi dinding menampilkan cuplikan rekaman thermal dan rekognisi wajah para penjaga rumah joglo.

Seorang pria muda duduk di ujung meja panjang. Jas hitam rapi, rambut tersisir licin ke belakang, matanya tajam seperti pisau bedah. Di belakangnya, jendela menghadap cakrawala malam kota—seolah ia sedang menatap dunia dari atas.

“Jadi?” tanyanya datar, tanpa menoleh.

Wanita berambut perak pendek dari tim lapangan berdiri tegak, tangannya di belakang punggung. “Mereka sudah lebih dulu mengunci lokasi. Tim kita terdeteksi. Mereka bukan penjaga biasa.”

Si CEO Muda mengangguk pelan, lalu berdiri dan berjalan ke arah layar. Ia menunjuk pada salah satu wajah penjaga yang ditampilkan. “Ini mantan pasukan khusus. Pernah hilang dari radar sejak tiga tahun lalu.”

Ia menoleh ke seluruh anggota tim Black Nova yang berdiri mematung di sepanjang sisi ruangan.

“Rayyan, Neil, Andi, bahkan Buntala… kita tidak sedang menghadapi penjaga warisan biasa. Mereka adalah sisa-sisa sistem bayangan dunia lama. Tapi…”—ia tersenyum kecil—“dunia berubah. Dan kita yang menciptakan aturannya sekarang.”

Layar berganti, menampilkan skema liontin Aylin yang sudah direplika digital. “Jika mereka mengunci aksesnya, maka kita ubah permainannya. Liontin itu bukan hanya artefak, tapi kunci frekuensi. Kita tak perlu mendapatkannya… kita hanya perlu menyentuh resonansi yang sama. Dan... memancing sang pemilik.”

Ia membalikkan badan. “Kalian ingin membuktikan teknologi lebih unggul dari mitos? Maka bawakan aku Aylin.”

“Dalam keadaan hidup atau mati?” tanya wanita berambut perak tanpa emosi.

“Utuh,” jawab CEO Muda. “Untuk sekarang. Aku ingin tahu… seberapa besar warisan yang dia jaga. Dan siapa yang akan datang jika dia menghilang.”

Ia kembali duduk, menekan tombol di meja, menyalakan peta holografik yang menampilkan beberapa titik merah—lokasi tempat Aylin kemungkinan besar akan muncul, termasuk jalur menuju Istanbul.

“Perang informasi sudah dimulai. Kita hanya perlu menjadi yang pertama membuat langkah fatal.”

Lantai 99 pun kembali sunyi. Namun di dalamnya, konspirasi baru sedang dirajut dengan sangat dingin dan sangat rapi.

***

Terowongan bawah tanah, Istanbul.

Gema deru motor klasik menembus kesunyian lorong batu kuno. Cahaya dari headlamp memantul pada dinding mozaik usang, memperlihatkan ukiran-ukiran kuno yang tak ditemukan di peta mana pun. Seperti cerita yang terlupakan, terukir diam-diam di rahim bumi.

Aylin menggenggam erat bahu Akay dari belakang, tatapannya terpaku pada proyeksi holografik yang masih melayang samar di depan motor. Jalur merah itu makin dekat dengan titik pusatnya. Jantung Aylin ikut berdebar tiap kali denyutan itu menyala.

“Ini terasa... seperti kita sedang menuju jantung sesuatu yang udah lama tidur,” gumam Akay, pelan.

Aylin menatap cahaya merah yang terus berdenyut di depan mereka. “Aku seperti... ditarik cahaya itu.”

Dinding terowongan makin sempit. Udara menjadi lebih lembab. Aroma logam tua dan rempah yang entah dari mana menyeruak bersamaan. Di kejauhan, aliran air menetes dari atas—tapi tetesan itu terdengar aneh, seperti berdentang ke logam, bukan ke batu.

Lalu tiba-tiba, sebuah pintu batu terbuka sendiri saat motor mendekat. Sensor di motor menyala, membaca frekuensi tak kasatmata.

Aylin menunduk dan menekan tombol tambahan di sisi motor. Ban belakang menggesek lantai, dan seketika lantai itu membuka seperti spiral. Motor jatuh—tapi bukan ke kematian.

Mereka terjun ke jalur rahasia bawah tanah lebih dalam, penuh akar bergelantungan dan cahaya bioluminesensi dari jamur dinding yang memancarkan warna biru kehijauan. Seperti lorong menuju dunia lain.

Sementara itu di kejauhan, reruntuhan kota bawah tanah memanggil.

Dari atas bukit, Lelaki Bertopeng memandang siluet kota kuno melalui kacamata termal. “Kebenaran harus keluar ke dunia,” bisiknya pada dirinya sendiri. “Dan tak ada tempat lebih baik untuk memulainya... selain tempat semuanya dimulai.”

Di sisi lain, dalam helikopter siluman berlogo samar Black Nova, CEO Muda duduk santai dengan segelas anggur, menatap layar transparan yang menampilkan peta digital Istanbul. “Aylin dan Akay... terlalu idealis.” Ia menoleh pada asistennya. “Kirim tim drone. Biarkan mereka buka jalannya. Kita tinggal masuk saat semuanya selesai.”

Sementara itu, di dalam ruangan bawah tanah bekas biara tua yang telah direnovasi menjadi pusat komando rahasia, aroma dupa dan debu sejarah menyatu dengan sinyal dingin dari layar holografik berwarna biru kebiruan. Cahaya lembut dari lampu gantung tembaga tua menari di dinding batu yang memajang lukisan-lukisan klasik Perang Salib dan ekspedisi ke Dunia Baru.

Balthazar berdiri tegak di hadapan meja melengkung, jubah panjang berwarna hitam emas berkibar perlahan saat kipas tua di langit-langit berputar malas. Di jari telunjuknya, sebuah cincin tua bertatahkan rubi—lambang sebuah garis keturunan yang pernah berjaya.

Dari sudut ruangan, suara musik flamenco lembut terdengar, dimainkan dari piringan tua. Petikan gitar Spanyol dan ketukan cajón seperti detak waktu dari masa lalu.

Pria tua bertongkat—penasihatnya yang paling setia—mendekat, senyum sinis menggurat wajah penuh kerutannya. “Terlalu banyak yang ikut bermain.”

Balthazar menatap peta holografik yang memetakan tiga benua. Titik-titik merah menyala seperti luka di tubuh dunia. Ia tidak menjawab, hanya mengangkat tangan dan menyentuh satu titik—Istanbul.

“Kita buat mereka saling menghancurkan. Biarkan ego mereka menuntun pada kehancuran.”

Ia menoleh pelan, matanya gelap namun membara.

“Dan saat puing terakhir jatuh—formula itu jadi milik kita.”

Cincin rubi di jarinya berkilat saat ia menyapu layar.

“Activa el Protocolo Sombra. Biarkan para hantu lama bergerak.”

Di Ruang Rahasia Biarawan—Istanbul

Di balik tembok raksasa yang tersembunyi di bawah Perpustakaan Tertutup, biarawan tua itu duduk bersila, memandangi tablet batu yang mulai berdenyut perlahan dengan cahaya samar. Tangannya meraba ukiran yang mulai aktif, terasa hangat, hidup.

“Wardhana, apa ini waktunya?”

Dari lorong belakang, suara sandal biarawan lain bergema, tergesa.

“Yang Mulia. Pengamat kita melihat dua siluet memasuki terowongan timur. Seorang lelaki dan seorang perempuan.”

Senyum samar muncul di bibir keriputnya. “Jadi dia benar-benar datang... dengan darah dan tekad.”

Ia berdiri pelan, mengambil gulungan kain tua dari dinding. “Kita akan uji dia, seperti yang tertulis. Tak semua pewaris siap menerima warisan.”

Lampu minyak di ruangan itu berpendar pelan, seperti berdoa untuk ketenangan sebelum badai.

Beberapa ratus meter dari tempat sang biarawan berada...

Motor tua itu mendesis pelan, remnya bergesekan dengan lantai batu. Akay menatap sekeliling—dinding berlumut, simbol kuno di setiap lengkung. Aylin menatap proyeksi dari headlamp yang menuntun mereka, denyut cahaya merah terus bergerak lebih dalam.

“Aku bisa rasakan... sesuatu sedang bangkit di tempat ini,” bisik Aylin.

Dan dari tiga penjuru dunia—New York, tempat CEO muda membangun kekuatan dari balik layar; Spanyol, tempat Balthazar dan lelaki bertongkat membangkitkan ambisi lama; dan Swiss, tempat lelaki bertopeng menyusun rencana dengan presisi dingin—tiga kekuatan kini bergerak dalam senyap. Tujuan mereka berbeda, tapi satu hal mereka tahu: jika sang pewaris berhasil... dunia takkan pernah sama lagi.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
syisya
dibikin film si thor ah, seru banget iniiiih 😅😅
Anonim
ya Tereza bersama pasukan kalian di tolak karena kalian punya maksud tidak baik secara otomatis dianggap sebagai ancaman maka rasakan kalian nekat masuk bakal dibantai habis.
Pasukan Balthazar dipimpin pria bertato tribal melenggang santai merasa jalannya telah dibersihkan pasukan Black Nova, menuju lorong yang telah menanti kematian mereka pastinya.
Kazehaya dan tim lolos niatnya baik bahkan melindungi keturunan siempunya formula - Aylin, dan sistem mengenali Kazehaya, Emely, dan Aylin, yang lainnya numpang /Facepalm/ tidak boleh menjauh dari mereka bertiga. Kalau jarak lebih dari tiga meter sistem akan bereaksi mereka dianggap musuh. Selanjutnya bacanya sambil ketawa tanpa suara takutnya tetangga mendengar jadi s e r e m malam-malam /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Siti Jumiati
lanjut kak tambah seru aja,gk setegang kemarin asyik dech... padahal dah panjang ceritanya tapi berasa Pedek
Puji Hastuti
Semakin menarik
Lilik Aulia
wkwkwk,,, di saat tegang ada aja ide bikin ngakakk
phity
owww iy thor benar orng yg bisa msuk tnpa dikenali sistem adlah penyusup jd terjawab sdh pertanyaan sy di bab sebelumnya, klo pintu bisa terbuka itu untuk para penyusup yg menyerahkan diri mrka sndiri...good. ditunggu lgi up nya bsok
Nana Colen
lanjut lagi thooooor😍😍😍😍😍
Hanima
lanjut kk
Puji Hastuti
Team aylin, hancurkan semua nya
Anonim
benar-benar hanya pewaris yang memiliki darah kakek Wardana yang bisa melalui tahapan demi tahapan dalam menemukan formula penyeimbang kedamaian dunia, Aylin orangnya.
Jangan sampai orang lain yang menemukannya agar tidak disalah gunakan menurut kemauan.
Kakek Wardana benar-benar menjaga warisan formula dengan rapi , rahasia, dan hanya keturunan sedarah dengannya yang bisa menemukan sekaligus menjaga jangan sampai jatuh ke tangan orang-orang yang bertujuan merusak tatanan kehidupan.
Dengan komando dari Kazehaya semua masing-masing melaksanakan apa yang mesti mereka kerjakan - s e r e m p a k penuh tanggung jawab.
Siti Jumiati
aduh bikin jantung dag-dig-dug deh, gimana ini kenapa musuh bisa masuk bukannya yang bisa masuk hanya orang tertentu, semoga Aylin dan timnya bisa selamat.
Hanima
lanjut kk
phity
aduuu kok pasukan black nova bsa masuk si bukan ka pintu2 hrusnya hx orng dlm atw yg permah msuk laboratorium itu yg tau...kok bsa terbuka si pintunya
Fadillah Ahmad
Yang Ini Juga Kak Nana, kalimatnya juga berulang kak. 🙏🙏🙏
Fadillah Ahmad: Sama-sama kak... Baik kak Nana, mohon Segwra di Revisi Ya Kak Nana... 🙏🙏🙏
🌠Naπa Kiarra🍁: Makasih, Kak. Otw aku revisi.
Maaf, ngantuk.😂🙏🙏
total 2 replies
Fadillah Ahmad
Kak Nana, Kok Kalimatnya Berulang kak? Apa memang Seperti itu kak?
abimasta
hannya darah wardhana yang bisa membuka pintunya
Siti Jumiati
selalu q tunggu episode selanjutnya ya ka
Anonim
dipandu oleh Kazehaya dan Emeli mereka semakin masuk ketujuan.
Tim tidak boleh sembarangan menyentuh dinding bisa berakibat fatal.
Pasukan Black Nova dengan Tereza dan pasukan Balthazar dengan pria bertato tribal sudah menuju jalur yang Aylin dan Tim lalui. Semoga ada mahkluk yang bangkit lagi untuk mengacaukan dua musuh tersebut biar kocar kacir /Facepalm/
Semoga segera ditemukan formula tersebut secara yang berhak sudah ditempat yaitu Aylin.
Puji Hastuti
Tetap solid team nya aylin, go go go
Puji Hastuti
Apa yang akan terjadi selanjutnya,???
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!