LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

1. Jejak Pertama-- Warisan Yang Terbangun

Hujan menetes malas di luar jendela, mengetuk pelan balkon kamar yang belum lama ditempati Aylin dan Akay. Tirai tipis menari diterpa angin laut, membawa masuk aroma garam dan dingin yang menusuk kulit.

Aylin berdiri di sana, membiarkan embun mengaburkan pandangannya ke kota yang belum sepenuhnya tidur. Jaket tipisnya setengah terbuka, tapi ia tak menggigil—bukan karena udara yang hangat, melainkan karena pikirannya terlalu riuh untuk merasakan dingin.

Di tangannya, sebuah liontin kecil tergenggam erat. Glow in the dark—bercahaya samar dalam remang. Warisan satu-satunya dari kakek yang tak sempat ia kenal dekat, tapi jejaknya selalu terasa… seolah waktu hanya menunda pertemuan, bukan memutuskan ikatan.

Ibu jarinya perlahan mengusap permukaan liontin itu. Tua. Bergores. Tapi bersih. Seperti sesuatu yang terus dijaga… meski tak selalu dipahami.

"Apa kau benar-benar meninggalkan sesuatu untukku, Kek?" batinnya lirih. "Atau cuma nama dan kutukan yang harus kutanggung seumur hidup?"

Ingatan Aylin kembali pada saat ia pulang ke rumah neneknya satu minggu lalu, tiga hari sebelum pesta pernikahannya.

“Masih sama... bau kayu tua, debu, dan lilin lavender kesukaan Nenek.”

Langkah Aylin menyusuri lorong rumah tua bergaya joglo itu. Setiap derit lantai seperti menyapa dengan kenangan. Rumah ini memang sudah lama ia tinggalkan sejak nenek Ros meninggal. Hanya beberapa pelayan yang merawatnya. Tapi entah kenapa malam ini, beberapa hari sebelum pesta pernikahannya dengan Akay, dia merasa harus datang. Sendirian.

“Harusnya aku bilang ke Akay… tapi dia pasti bakal nyuruh pengawal lagi,” gumamnya pelan.

Dia berhenti di depan pintu kamar neneknya. Tangannya sempat ragu sebelum mendorongnya pelan. Hembusan udara dingin menyambutnya. Tidak ada yang berubah. Rapi, bersih, seakan nenek Ros baru pergi kemarin.

“Kenapa aku malah ke sini?” tanyanya sendiri sambil menyapu pandangan ke sekeliling. Lalu matanya jatuh pada satu titik.

Lukisan tua.

Bingkainya masih sama. Tapi... mata Aylin tertuju pada boneka Semar kecil di bawah lukisan itu. Boneka aneh yang selalu dibersihkan Nenek tiap pagi. Terutama bagian jempolnya.

“Biar dia tetap ngasih restu,” Aylin menirukan nada neneknya sambil tersenyum kecil. “Aneh banget sih, Nek.”

Aylin mendekat. Iseng, dia menempelkan jempolnya ke jempol boneka.

KLIK!

“Apa tuh?” Dia melompat kaget.

Lukisan bergeser. Sebuah celah di dinding terbuka perlahan. Brankas. Tapi… lebih mengejutkan lagi, brankas itu langsung terbuka. Seolah… memang sedang menunggunya.

“Gila... ini kayak film banget.”

Dengan napas tak stabil, Aylin mengintip ke dalam. Hanya ada satu liontin glow in the dark dan selembar catatan lusuh. Ia mengambil keduanya. Tangannya sedikit gemetar saat membuka catatan itu.

"Hanya liontin ini dan darah cucuku yang bisa membuka rahasia yang terpendam—rahasia yang akan mengguncang dunia gelap dan terang."

“Cucuku…? Maksudnya… aku?”

"Aku adalah cucu satu-satunya dari pihak kakek. Nenek selalu bilang begitu."

Aylin mundur setapak. Kepalanya mulai penuh. Dongeng masa kecil menyerbu seperti ombak.

"Aylin, dengarkan nenek. Kakekmu adalah orang yang mengubah jalannya dunia... dia tidak hanya dikenal di dunia terang. Tapi juga di dunia yang gelap, dunia yang tidak pernah kamu tahu..."

Neneknya bercerita tentang kakek yang katanya bisa mengendalikan dunia gelap dan terang. Pria pemberani yang memimpin bayangan dan cahaya. Semua cerita itu… selalu dikira fiksi. Cuma bumbu pengantar tidur.

“Jangan bilang... semua itu nyata, Nek?”

“Jika ini benar... berarti semua yang nenek ceritakan, mungkin adalah kenyataan.”

Pikirannya berputar liar. Nenek Ros tak pernah benar-benar melarangnya ikut balapan liar. Bahkan kadang kasih uang tambahan kalau menang.

Dan pelatihan itu…

Pria-pria tua yang diam-diam melatihnya bela diri, menembak, mengoperasikan senjata…

“Aku tak bisa membiarkanmu terjebak dalam dunia itu. Tapi jika itu yang kamu pilih, aku akan pastikan kamu bisa bertahan di dunia yang berbahaya itu.”

Begitu kata neneknya waktu itu, tanpa rasa takut.

“Aku kira cuma biar bisa jaga diri. Tapi... ternyata...”

Aylin memandang liontin di tangannya. Dunia yang ia kenal selama ini... terasa seperti bohong.

“Kalau semua ini benar… aku siapa?”

Brummm!

Suara mobil terdengar dari luar. Akay. Aylin belum bergerak. Matanya masih terpaku pada liontin di tangannya.

Untuk pertama kalinya… Aylin merasa takut.

Bukan karena balapan, bukan karena kejaran polisi. Tapi karena rahasia besar yang baru saja ia buka—dan mungkin akan mengubah segalanya.

Kembali pada saat ini

Pintu balkon bergeser. Tanpa suara. Tapi Aylin tahu dia datang.

"Belum tidur?" tanya Akay pelan. Suaranya berat, dalam, tapi tidak memaksa.

Aylin tak menoleh. "Kalau aku bilang, aku belum siap jadi istrimu… kamu akan mundur?"

Butuh waktu beberapa detik sebelum Akay menjawab, "Terlambat. Aku sudah jadi suamimu. Mundur bukan pilihan."

Hening.

Aylin menghela napas. "Aku keras kepala. Susah diatur. Dan aku benci lelaki pengkhianat."

"Lucu," Akay mendekat. "Kamu sudah menikahi satu."

"Karena nenekku maksa," gumamnya, menahan getir, mengingat neneknya yang telah berpulang. "Dia menikahkan aku dengan orang yang tak aku kenal sama sekali. Pria bermulut pedas dan otoriter yang menyebalkan."

Akay menyunggingkan senyuman penuh arti. Ia memeluk Aylin dari belakang dan berbisik, "Oh, ya? Tapi sekarang mulutku tidak pedas lagi, tapi cuma sama kamu." Akay mengecup leher Aylin lembut, hangat, tapi membawa getaran hasrat.

Aylin merasa bulu kuduknya meremang. Tapi berusaha bersikap biasa saja. "Kalau kamu cuma kasihan, aku minta jangan pura-pura cinta. Aku tahan hidup sendirian, tapi aku nggak tahan ditinggalin," suara Aylin pecah. "Ayahku ninggalin ibuku demi wanita lain. Dia nggak pernah peduli aku hidup atau mati."

Akay menatapnya lama, lalu bicara pelan.

"Kalau kamu takut aku akan kayak ayahmu, kamu salah orang."

Aylin memalingkan wajah, menahan sisa luka yang menggenang di matanya.

"Ay, aku tahu kamu liar. Pemberontak. Ganas. Tapi kamu juga jujur. Kuat. Dan... istimewa."

"Kata siapa?"

"Kata aku." Senyumnya nyaris tak terlihat. "Dan aku nggak akan pergi."

Aylin tersenyum masam. "Aku sudah membawamu dalam bahaya saat balapan kemarin. Aku tak ingin kau terseret lagi dalam bahaya karena aku."

Akay memutar tubuh Aylin hingga mereka saling berhadapan. "Hidup ini nggak selalu mulus dan lurus. Bahkan jalan tol pun nggak bisa tetap lurus. Meski kau menjauhkan aku karena takut aku terseret bahanya karenamu, aku akan tetap kembali ke sisimu. Aku tak akan meninggalkan kamu seperti ayahmu. Percayalah, aku akan tetap disampingmu... apapun yang terjadi. Hidup dan mati."

Aylin terdiam. Ia menatap Akay dalam seolah mencari kebohongan di sana. Tapi ia tak menemukannya. Hanya ada cinta dan ketulusan di sana.

Dalam hati ia bergumam, "Apa aku harus menceritakan tentang liontin ini pada Akay?"

Akay menarik Aylin ke dalam pelukannya seolah tak tahan lagi melihat jarak di antara mereka. Tanpa peringatan, ia mengangkat dagu Aylin, menatap dalam mata yang selalu membuatnya gila.

“Kamu bikin aku kehilangan kendali,” desisnya.

Belum sempat Aylin berkata apa-apa, bibir Akay sudah membungkamnya. Bukan sekadar ciuman, tapi ledakan—seperti sumbu yang akhirnya terbakar setelah terlalu lama dibiarkan kering.

Tangan mereka saling mencengkeram, menarik satu sama lain lebih dekat, lebih dalam. Tidak ada ruang tersisa, hanya desir napas dan suara rintih kecil yang lepas dari sela keintiman.

Ciuman itu bukan karena nafsu. Tapi karena butuh. Butuh diyakinkan, butuh dimiliki, butuh dipercaya.

Dan di balik sentuhan bibir itu, ada janji yang tak terucap: Aku di sini, untuk kamu.

Dan saat Aylin memejamkan mata, ia tahu… ia sudah jatuh terlalu dalam. Tapi entah kenapa, untuk pertama kalinya, ia tak ingin diselamatkan.

Mereka bukan lagi dua orang asing yang disatukan perjanjian. Di detik itu, mereka adalah dua jiwa yang saling mencari—dan akhirnya menemukan.

Kilat menyambar di kejauhan, namun tak bisa mengalihkan perhatian dua insan yang saling menyecap keindahan dalam hubungan intens mereka.

Di dalam kamar, ponsel Akay bergetar. Sebuah pesan masuk—tanpa nama.

“Liontin glow in the dark adalah kuncinya. Jangan biarkan mereka tahu lebih dulu.”

...🔸🔸🔸...

..."Bukan perjanjian yang menyatukan, tapi kerinduan yang tak pernah bisa dijelaskan."...

..."Saat dua jiwa saling mencari, pintu neraka pun akan dilewati."...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

hadir kak ...
kayaknya nih penuh misteri yang selalu bikin penasaran .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-04-16

6

Fadillah Ahmad

Fadillah Ahmad

Kak Nana,Aku Hadir Kak. Akhirnya Kak Nana Membuat Cerita Mafia. Terimakasih Sudah Mengabulkan Request aku ya kak 🙏🙏🙏 Selamat Berkarya Kak Nana. Maaf Baru Bisa Mampir Kak Nana 🙏🙏🙏 Oh iya kak,Siapa yang Memberi Liontin itu kepada Aylin kak Nana? Apakah Mbok Inem Yang Menyerahkan Liontin Itu Ke Tangan Aylin, Atau Justru Nenek Rose Yang Membweikannya kak Nana?

2025-04-25

2

It's Dwwy

It's Dwwy

Serius deh, novel ini bikin penasaran dari awal sampai akhir. Tiap bab penuh misteri dan kejutan yang nggak ketebak. Kalau kamu suka cerita yang bikin mikir dan seru, cobain deh baca! Btw, aku juga lagi nulis novel misteri yang nggak kalah bikin deg-degan. Yuk mampir baca novelku juga – siapa tahu kamu suka!

2025-05-15

2

lihat semua
Episodes
1 1. Jejak Pertama-- Warisan Yang Terbangun
2 2. Wajah Kedua
3 3. Peta
4 4. Bukan Sekadar Aksesoris
5 5. Ketika Cinta Harus Menyembunyikan
6 6.Bayangan dari Kebenaran
7 7. HEBOHNYA LIONTIN DARI SWISS
8 8. Dunia Bergerak
9 9. Badai yang Belum Nampak
10 10. Penyitaan
11 11. Tidak Sederhana
12 12. Menembak atau Jadi Sasaran
13 13. Penyusup
14 14. Demi Negara
15 15. Dikuntit
16 16. Pencarian
17 17. Simbol
18 18. Ruangan Rahasia
19 19. Futuristik
20 20. Terlambat
21 21. Berbeda Tujuan
22 22. Ujian
23 23. Pilihan
24 24. Sudah Dekat
25 25. Menerobos
26 26. Gerbang Neraka
27 27. Asap dan Peluru
28 28. Sniper
29 29. Lorong Kematian
30 30. Taktik
31 31. Jaringan Luas
32 32. Membentuk Tim
33 33. Mengungkap Kebenaran
34 34. Fanatisme
35 35. Tetua Turun Gunung
36 36. Emosi dan Logika Bentrok
37 37. Menyamar
38 38. Titik Lemah
39 39. Menyebar Jejak
40 40. Tertangkap Kamera
41 41. Posisi Masing-masing
42 42. Bisikan dalam Kesunyian
43 43. Energi Spiritual Melonjak
44 44. Hendak Menyelamatkan
45 45. Sumur Kuno
46 46. Blackout.
47 47. Terisolasi
48 48. Tanpa Teknologi
49 49. Menuju Gerbang Lorong Tersembunyi
50 50. Gerbang Lorong Tersembunyi
51 51.Semua Menyadari
52 52. Dalam Senyap
53 53. Tarian Maut
54 54. Unit Phantom.
55 55. Menggonggong dari Belakang
56 56. Roboh tanpa Kontak
57 57. Kegaduhan
58 58. Pembantaian tak Kasat Mata
59 59. Kehilangan Jejak
60 60. Antara Klan dan Kemanusiaan
61 61. Hitungan Mundur
62 62. Mengalihkan
63 63. Hampir Bertabrakan
64 64. Makhluk yang Terbangun
65 65. Laboratorium
66 66. Guncangan Hebat
67 67. Genosida
Episodes

Updated 67 Episodes

1
1. Jejak Pertama-- Warisan Yang Terbangun
2
2. Wajah Kedua
3
3. Peta
4
4. Bukan Sekadar Aksesoris
5
5. Ketika Cinta Harus Menyembunyikan
6
6.Bayangan dari Kebenaran
7
7. HEBOHNYA LIONTIN DARI SWISS
8
8. Dunia Bergerak
9
9. Badai yang Belum Nampak
10
10. Penyitaan
11
11. Tidak Sederhana
12
12. Menembak atau Jadi Sasaran
13
13. Penyusup
14
14. Demi Negara
15
15. Dikuntit
16
16. Pencarian
17
17. Simbol
18
18. Ruangan Rahasia
19
19. Futuristik
20
20. Terlambat
21
21. Berbeda Tujuan
22
22. Ujian
23
23. Pilihan
24
24. Sudah Dekat
25
25. Menerobos
26
26. Gerbang Neraka
27
27. Asap dan Peluru
28
28. Sniper
29
29. Lorong Kematian
30
30. Taktik
31
31. Jaringan Luas
32
32. Membentuk Tim
33
33. Mengungkap Kebenaran
34
34. Fanatisme
35
35. Tetua Turun Gunung
36
36. Emosi dan Logika Bentrok
37
37. Menyamar
38
38. Titik Lemah
39
39. Menyebar Jejak
40
40. Tertangkap Kamera
41
41. Posisi Masing-masing
42
42. Bisikan dalam Kesunyian
43
43. Energi Spiritual Melonjak
44
44. Hendak Menyelamatkan
45
45. Sumur Kuno
46
46. Blackout.
47
47. Terisolasi
48
48. Tanpa Teknologi
49
49. Menuju Gerbang Lorong Tersembunyi
50
50. Gerbang Lorong Tersembunyi
51
51.Semua Menyadari
52
52. Dalam Senyap
53
53. Tarian Maut
54
54. Unit Phantom.
55
55. Menggonggong dari Belakang
56
56. Roboh tanpa Kontak
57
57. Kegaduhan
58
58. Pembantaian tak Kasat Mata
59
59. Kehilangan Jejak
60
60. Antara Klan dan Kemanusiaan
61
61. Hitungan Mundur
62
62. Mengalihkan
63
63. Hampir Bertabrakan
64
64. Makhluk yang Terbangun
65
65. Laboratorium
66
66. Guncangan Hebat
67
67. Genosida

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!