Zian jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis berwajah manis yang kemudian hari dia ketahui gadis itu bernama Alula. Kisah cinta nan manis pun terajut. Namun, sisi kelam kehidupannya Alula membuat Alula akhirnya memilih pergi tanpa alasan.
Lima tahun kemudian mereka dipertemukan kembali sebagai komandan Zian Wibisana dan Dokter Alula Putri Tanoe.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takut
"Semalaman aku tidak bisa tidur" Zian membuka suara karena Alula kembali menjadi Alula yang hening.
Alula menoleh ke Zian, "Kenapa?"
"Aku kepikiran soal Leo. Leo tidak mengganggu kamu, kan, semalam? Katakan kalau dia mengganggu kamu, aku akan patahkan tangan dan kakinya" Zian menoleh sekilas ke Alula karena dia masih diharuskan fokus mengemudikan mobil di tengah jalan raya yang mulai sibuk.
Alula memalingkan wajahnya ke jendela mobil sambil berkata, "Tidak. Leo tidak menganggu aku semalam"
Alula terpaksa berbohong karena dia tidak ingin Zian khawatir dan bertindak bodoh demi dirinya.
"Leo, kakak tiri kamu itu adalah sainganku sejak aku masih duduk di bangku SMA"
Alula menoleh kembali ke Zian, "Kamu tahu kalau Leo adalah kakak tiriku?"
"Tahu. Leo anak tunggal karena Leo sekelas terus sama aku di SMA. Kami berdua masuk kelas unggulan dan Leo selalu mengajakku bersaing dalam segala hal. Baik di bidang akademik maupun di bidang basket.
"Tapi dia lebih tua dariku satu tahun. Kenapa dia bisa jadi teman kamu sekelas pas SMA?"
Zian menghembuskan napas panjang lalu berkata, "Yeaahhh, apa dayaku ini kalau dilahirkan dengan otak cemerlang. Aku lebih muda dua tahun dari kamu dan lebih muda tiga tahun dari Leo. tapi aku bisa jadi teman satu angkatannya kalian"
"Mulai nih narsisnya" Alula menepuk pelan bahu Zian dan Zian terkekeh geli.
"Berarti Leo pernah tinggal kelas?"
"Ya. Dia pernah koma selama setahun karena kecelakaan fatal di balap motor liar yang dia ikuti. Bangun dari komanya, dia bertemu denganku dan selalu mengajakku saingan dalam segala hal. Aku sebenarnya tidak meladeni ajakannya bersaing. Aku santai saja dalam belajar dan ikut tim basket. Tapi, apa dayaku selalu saja aku yang mendapatkan juara satu di bidang akademik dan mendapatkan posisi ketua tim basket. Aku terkadang lelah juga dengan otak cemerlangku ini" Zian menepuk pelan pelipisnya.
Alula menarik tangan Zian, "Jangan pukul kepala kamu!" Lalu Alula menggenggam tangan Zian.
Zian melirik tangannya dan tersenyum senang.
"Love language kamu ternyata sentuhan, ya?" Zian mengulum bibir.
Alula tersentak kaget dan refleks melepaskan tangan Zian.
Zian dengan cepat menggenggam tangan Alula dan berkata, "Tidak usah malu. Sentuh saja aku sesuka kamu. Aku tidak akan keberatan"
Alula mengulum bibir dan menatap Zian dengan rona merah di wajahnya. Lalu Alula bertanya, "Lalu, soal cewek?"
"Cewek?" Zian menoleh sekilas ke Alula karena dia masih diharuskan fokus menyetir.
"Iya. Biasanya masa SMA itu masa cinta pertama dan kamu pasti pernah mengalaminya, kan, cinta pertama"
Zian menggelengkan kepala lalu menarik tangan Alula ke bibirnya. Setelah mencium punggung tangan Alula, cowok tampan itu berkata, "Cinta pertamaku adalah kamu"
Blush! Alula langsung memalingkan wajahnya yang terasa panas. Lalu Alula bertanya sambil menatap jalan raya, "Berarti kamu tidak pernah saingan cewek sama Leo"
"Tidak pernah" Zian mencium kembali punggung tangannya Alula yang masih dia genggam.
Alula tersenyum lebar di depan kaca jendela mobil mamanya Zian.
Gadis manis itu kemudian duduk tegak saat mobil yang dikemudikan oleh Zian memasuki pekarangan luas.
"Lho, Mama dan Papa juga Zena ada di rumah Om Yolo? Kenapa mereka ke sini pagi-pagi begini?" Zian melepaskan tangan Alula dan membuka sabuk pengamannya dengan cepat.
Alula menoleh kaget ke Zian lalu menoleh ke jendela mobil dengan cepat.
Alula menatap rumah besar berlantai tiga bergaya klasik dari dalam kaca jendela mobil mamanya Zian dan melihat Mama, Papa, dan adik perempuannya Zian tengah berjalan masuk ke dalam rumah megah bergaya klasik itu. Gadis manis itu seketika merasa takut, takut kalau dia tidak diterima oleh keluarganya Zian karena dia anak yatim, takut dipandang aneh karena dia membawa masalah pelik perihal bunuh diri papanya yang dia sendiri belum tahu kebenarannya, dia tidak cantik, tidak modis, dan dia tidak sekaya keluarganya Zian.
Alula menoleh ke Zian dengan wajah panik dan langsung menyemburkan, "Aku berubah pikiran. Kita pergi dari sini, please"
Zian menghadapkan wajahnya dan segera menangkup wajah gadis manis yang sangat dia cintai itu. "Kenapa? Omku tidak galak dan tanteku sangat ramah. Anak mereka si Oscar yang masih berumur lima tahun, lucu banget. Oscar si pipi bapao. Kamu pasti menyukainya. Kalau Papaku, emm, memang dia jarang tersenyum tapi dia baik hatinya dan Mamaku juga Zena, kamu udah kenal, kan"
Airmata Alula menetes di punggung tangannya Zian.
Zian terkejut dan refleks menghapus airmata itu dengan usapan kedua ibu jarinya sembari berkata, "Kenapa menangis?"
Alula menggelengkan wajahnya dan airmatanya turun semakin deras.
"Jangan menangis! Kamu jelek banget kalau menangis" Zian berkata sambil mengusap kedua pipi Alula.
Alula memukul pelan dada Zian dan berkata di sela isak tangisnya, "Aku malu bertemu dengan keluarga kamu"
Zian mengusap lembut kedua pipi Alula sembari bertanya, "Kenapa malu?"
"Aku anak yatim. Aku aneh. Aku kikuk orangnya. Aku tidak cantik, tidak modis. Aku membawa kasus bunuh diri Papaku yang aku sendiri pun belum tahu kebenarannya. Apa yang akan keluarga kamu pikirkan? Mereka pasti memandangku aneh karena aku memang aneh. Aku malu berdiri di depan keluarga kamu karena aku ini gadis aneh"
"Keluargaku orangnya santai semua. Keluargaku selalu welcome untuk semua orang yang baik hatinya dan kamu baik hatinya. Buktinya Mama aku dan Zena suka sama kamu. Sudah jangan takut! Ada aku dan aku akan ......."
"Jangan katakan kalau kita pacaran" Alula memalingkan wajahnya dengan cepat.
Zian membeliak kaget lalu menarik pelan wajah Alula agar gadis itu menatapnya. Lalu, cowok tampan itu bertanya dengan suara lembut, "Kenapa?"
"Aku......aku......." Alula menggigit bibir bawah.
Zian menarik kedua tangannya dari wajah Alula lalu dia menghempaskan punggungnya ke jok mobil dan cemberut.
Alula langsung menyentuh bahu Zian dan mengusapnya lembut sambil berkata, "Aku....aku.....minta maaf. Tapi, aku belum siap kamu kenalkan ke keluarga kamu sebagai pacar kamu. Kamu tahu, kan, kalau aku....keluargaku...a .....aku berantakan dan aneh. Keluargaku juga aneh dan keluargaku tidak hangat seperti keluarga kamu dan ....dan....aku ...aku...."
Zian menoleh cepat ke Alula sampai kening mereka berdua beradu tanpa disengaja. Keduanya mengerjap terkejut dan Zian segera bertanya, "Kamu mencintaiku tidak?"
"Aku mencintaimu" Alula menjawab tanpa ragu.
Zian lalu membenamkan wajah Alula di dadanya dan berkata setelah menghela napas panjang, "Kamu tidak mencintaiku"
Alula mendongak kaget dan segera menyemburkan dengan wajah serius, "Aku mencintaimu"
Zian menatap dalam-dalam kedua bola mata hitam nan cantik yang sangat dia sukai lalu berkata dengan lembut, "Kalau cinta harusnya kamu percaya sama aku"
"Aku percaya sama kamu"
Zian menggelengkan kepala, "Kamu tidak percaya sama aku. Buktinya kamu masih ragu dan takut sama keluargaku padahal aku sudah bilang ke kamu lebih dari satu kali kalau keluargaku semuanya welcome. keluargaku berpikiran terbuka. Mereka lebih menilai ke pribadi seseorang daripada masalah yang menempel di diri seseorang itu"
Alula diam membisu dan menatap sendu dua bola mata kecoklatan yang sangat dia sukai.
Zian mengecup kening Alula lalu berkata, "Kita masuk, ya dan aku akan kenalkan kamu ke keluargaku kalau kamu adalah pacarku"
ck ck ck