Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolak
"Aku ... hah~ maafkan aku." Helena menoleh pada Keano, tangannya mengusap wajah kecil itu dengan penuh cinta. Menciptakan rasa iri dan cemburu di hati seorang Julian.
Helena tersenyum dan berkata, "Aku sudah memiliki Keano dan tidak berencana mengangkat anak yang lain."
Ia menoleh kembali kepada mereka, dan melihat riak kesal sekaligus marah bercampur rasa tak percaya dari ketiga orang di sana mendengar jawaban wanita itu.
"Maaf, Julian, aku tidak bisa menerimamu sebagai anak angkat ku karena aku tidak bisa membagi kasih sayangku untuk yang lain selain Keano," ucap Helena menatap Julian remeh.
Bibirnya yang seksi tetap mengulas senyuman, meski hati menahan rasa sakit karena dendam yang membuncah.
"Tidak!" Ferdinan berdiri sembari memukul meja dengan sangat keras.
Hal tersebut membuat Keano mengkerut ketakutan. Ia memeluk Helena, membenamkan wajah di perutnya.
"Pelankan suaramu, kau menakuti Keano," ucap Helena geram.
Semakin kesal Ferdinan dibuatnya. Ia tak menyangka Helena membalas tatapan matanya yang tajam.
"Kau tidak bisa mengangkat anak sembarangan, Helena. Kita tidak tahu asal-usulnya dari mana dan bagaimana kehidupannya. Bagaimana jika dia datang untuk mencuri semua milik kita?" ujar Ferdinan masih dengan nada menekan dan sedikit tinggi.
Kalianlah pencuri itu. Sungguh tidak tahu malu, maling teriak maling. Benar-benar memuakkan.
Helena mendengus, memalingkan wajah tak acuh. Ia mendekap Keano yang bergetar ketakutan karena suara tinggi Ferdinan.
"Lalu, bagaimana dengan anak yang kalian bawa? Apakah jelas asal-usulnya? Kalian tahu bagaimana kehidupannya? Jangan-jangan dia yang berniat mencuri semua yang ada di rumah ini," ketus Helena melirik sengit kepada Julian yang duduk mengkerut di pelukan ibu mertua.
"Jangan bicara sembarangan! Meskipun Anda seseorang yang terhormat, tapi Anda tidak bisa merendahkan orang lain seperti itu! Apalagi dia hanya seorang anak kecil," sambar Lusiana tak terima anaknya dikatakan pencuri.
Helena mengangkat alisnya sebelah, menatap curiga pada wanita yang baru beberapa Minggu menjadi sekretaris suaminya itu.
"Kenapa kau terlihat marah? Apakah kau ibunya anak itu?" tanya Helena nyaris seperti bisikan.
Lusiana mendadak gugup, mengepalkan tangan di dada sambil mengigit bibir cemas.
"Aku ... aku ...."
"Yang dia katakan benar, Helena. Julian bukan anak seperti itu. Dia bahkan menolong Ibu saat kecelakaan. Jelas dia adalah anak yang baik. Kenapa kau tidak mau menerimanya?" Ferdinan menyambar berkata dengan nada kesal.
Namun, Helena tetap pada pendiriannya, tidak akan pernah menerima Julian. Ia menghela napas panjang, mengurai emosi yang bergunung-gunung di dalam dada. Matanya menatap Ferdinan, tersenyum tajam meski terlihat tenang.
"Maafkan aku, tapi aku tetap tidak bisa menerimanya. Kau tidak lihat wajahnya itu ... dia mirip dengan penjahat. Mata yang tajam, rahang yang tegas, lidah yang runcing. Aku takut di saat dewasa nanti dia justru mengkhianati aku. Menusukku dari belakang, membunuhku dengan kejam. Aku tidak mau itu terjadi," ujar Helena sembari mencibirkan bibir dan berpura-pura ngeri.
Padahal dia memang sedang mengatakan yang sebenarnya. Julian memang sosok yang seperti itu di kehidupan masa lalu Helena. Ia tak akan mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya.
"Julian bukan orang yang seperti itu!" tolak Lusiana dengan keras.
Helena berpura-pura terhentak, mengernyit dahinya melihat kemarahan di wajah wanita itu.
"Oh, jika begitu kau ambil saja dia sebagai anakmu. Aku tidak peduli," sahut Helena dengan enteng. Lusiana kembali terdiam.
"Helena!" Ferdinan meradang.
"Cukup!" bentak ibu mertua yang jengah melihat Ferdinan dan Lusiana yang tak dapat menahan diri. Jika terus menerus seperti itu, maka Helena akan tahu siapa Julian.
"Ibu!" Ferdinan menurunkan emosi, ia duduk membanting diri di sofa.
"Diam kau!" kecam sang ibu meski dengan suara yang pelan.
Ferdinan mendengus, dan Lusiana hanya dapat mengepalkan tangan melihat anaknya dihina sedemikian rupa oleh Helena. Sementara Julian, berpura-pura menangis atas hinaan itu.
"Pikirkan lagi baik-baik, Helena. Julian orang yang sudah menyelamatkan Ibu. Jika bukan karena dia, mungkin Ibu tidak akan selamat hari ini. Ibu hanya ingin membalas jasa atas pertolongannya itu saja. Apakah salah jika Ibu memintamu untuk mengangkatnya sebagai anak?" ucap sang ibu mertua dengan wajah memelas.
Kau pikir aku akan luluh melihat wajahmu itu. Tidak akan sama sekali!
Helena mendengus, tapi menahan diri agar tetap bisa tenang menghadapi manusia-manusia laknat itu.
"Tapi, Bu, bagaimana dengan Keano? Dia sudah lebih dulu aku angkat sebagai anak. Aku tidak mungkin membatalkannya, bukan?" ujar Helena sembari mengusap kepala Keano.
Jika seperti ini terus, Helena tidak akan menerima Julian di rumah ini. Rencanaku bisa gagal.
Lusiana bergumam di dalam hati, tapi tak mampu melakukan apapun. Statusnya bukanlah siapa-siapa di sana.
"Bukankah kau bisa mengangkat keduanya sebagai anak? Ibu kira mereka juga akan rela berbagi kasih sayang dan perhatianmu," ucap Ibu masih merayu Helena.
Licik! Kalian memang selalu banyak akal untuk mengelabui aku.
Helena menghela napas, berpikir beberapa saat.
"Sepertinya aku harus meminta maaf lagi. Aku tidak bisa membagi kasih sayang dan perhatianku. Aku takut Keano kekurangan kasih sayang dariku. Jadi, Ibu, sebaiknya carikan dia ibu yang lain. Aku tidak bisa menerimanya di sini," jawab Helena penuh sesal.
"Kau!" Ibu mertua mulai terbawa emosi, tapi Helena tak acuh.
"Tidak!" Ferdinan dan Lusiana menyambar secara bersamaan.
Mata Helena berputar pada keduanya, menatap curiga dengan kedua belah bibir yang terbuka. Kepalanya mengangguk-angguk seolah-olah mengerti sesuatu.
"Oh, aku tahu ...."
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢