Theo mengkhianati sahabat serta anak dari keluarga yang sudah menjadikannya keluarga sejak ia usia 7 tahun. Ia berselingkuh dengan Zeva, istri dari Anthon, sahabat Theo. Terlalu sering menolong Zeva dari suaminya yang kasar dan penyiksa, membuat Theo memiliki perasaan pada wanita itu hingga terjadilah hubungan terlarang keduanya. "Aaaaaakh!!! Theooooo, aku mohon bawa aku kabur dan nikahi aku!" -Zeva Auliora "Maafkan aku, Zeva. Aku tidak bisa meninggalkan Anthon dan keluarganya, mereka sudah menjadikanku seperti ini" -Theo James "Zeva akan tetap menjadi istriku meskipun kamu sudah menikmati tubuhnya, aku tidak akan melepaskan wanita itu" -Anthon Stephen Bagaimana kelanjutan cinta segita dengan panasnya hubungan perselingkuhan antara Theo dan Zeva? Apakah Anthon akan menyerahkan istrinya untuk pria lain? Dukung novel ini untuk tetap berkarya!
Antara nafsu cinta, nafsu balas dendam, nafsu amarah, nafsu kebencian, nafsu kerinduan dan jenis nafsu lainnya akan bergelut di novel ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KESEPAKATAN BARU
Kini Hali dan Zeva sudah mendarat kembali di Paris.
Zeva tidak mengeluarkan satu kata pun kepada Hali disaat penerbangan. Wajahnya begitu kusut dan khawatir terhadap kondisi ayahnya kini.
Sepertinya Paris sedang turun salju dimalam natal nanti.
Hari sudah sore dan mulai gelap, Zeva hanya menuruti omongan Hali.
"Ayahmu baik baik saja. Asal kamu tau, tuan Herjunot yang telah menculik ayahmu dari rumah keluarga Galio. Sekarang aku akan membawamu ke hadapan Tuan" ucap Hali.
Zeva menatap tajam kearah pria yang duduk disampingnya dalam mobil menuju sebuah tempat.
"Apa kah benar ayahku baik baik saja?" tanyanya kemudian.
"Ngapain aku berbohong kepadamu. Tidak ada gunanya" jawab Hali dingin.
Zeva meremat tangannya. Ia begitu murka kepada ibu dan kakaknya.
"Hal, apakah kamu tau siapa aku sebenarnya?" tanyanya lagi.
Hali menoleh kearah Zeva dengan tatapan heran.
"Tidak tau dan tidak ingin tau. Aku hanya ditugaskan Tuan Herjunot untuk mengawalmu hari ini" jawab sinis Hali.
Entah kenapa pria ini menahan diri untuk tidak bersikap baik kepada Zeva.
"Jujurlah, apakah aku memiliki salah kepadamu sampai sikapmu dari awal kita bertemu tidak begitu baik?" tanya Zeva lagi karena penasaran.
Tatapan Hali seolah olah benci kepadanya.
"Aku tidak bisa bersikap baik kepadamu karena kamu mengingatkanku pada ibuku" jujur pria itu dan membuat Zeva diam.
Keheningan diantara mereka terasa hingga sampai disebuah rumah kecil tapi terawat di pinggiran kota Paris.
"Dimana kita sekarang?" tanya Zeva.
"Turunlah, dan lihat sendiri siapa yang akan kamu temui" jawab Hali lalu keluar dari mobil.
Zeva pun mengikutinya.
Hali mengetuk pintu dan ada seorang pria tua membuka kannya.
"Putra ku sudah datang" ucap pria itu sambil memeluk Hali.
"Pasti pa, aku sudah berjanji akan merayakan natal bersamamu kan?" sahut Hali ramah.
Lalu pelukan terlepas dan pandangan pria tua itu mengarah pada Zeva dibelakang putranya.
"Ah ini menantu Herjunot ya? Masuk lah. Ayahmu sedang didalam bersama mertua mu" ujar pria tua itu.
"Apa kah anda serius, tuan? Ayahku ada didalam?" tanya Zeva tak percaya.
"Iya. Kamu sudah ditunggu olehnya. Kondisi ayahmu sudah lebih baik. Ayo ikut aku" jawab ayah dari Hali itu.
Zeva langsung masuk saat dipersilahkan mengikuti langkah kaki pria tua didepannya. Hali berjalan dibelakang keduanya.
"Nama ku Sergi, panggil saja paman" ucap pria tua itu.
"Baik, paman" sahut Zeva.
Lalu mereka masuk di sebuah kamar dan terlihat seorang pria terbaring di ranjang.
"Kamu sudah datang" sapa Herjunot.
"Ayah" lirih Zeva untuk kedua pria yang baru ia lihat.
"Austin akan baik baik saja. Setelah ini ia akan benar benar mendapatkan pengobatan" jelas Herjunot.
Air mata Zeva tak tertahankan dan langsung memeluk Austin yang tertidur.
"Ayaah! Aku merindukanmu" lirihnya sambil tetap memeluk Austin.
"Setelah kamu melepaskan rindu kepada ayahmu, ayah ingin berbicara denganmu berdua, Zev" ujar Herjunot.
Zeva melepaskan pelukannya pada Austin lalu menyahuti ucapan ayah mertuanya.
"Baik ayah. Terima kasih sudah menolong ayahku" sahut wanita itu.
Sergi mengepalkan tangan karena mendengar Zeva memanggil kedua pria dihadapannya ayah sedangkan dirinya meminta dipanggil paman.
"Putriku" batinnya.
Sergi sangat ingin mengungkapkan kerinduan dan kasih sayangnya pada Zeva sebagai putri kandungnya, tapi ia belum siap akan dibenci oleh putrinya sendiri dan mungkin Hali pun akan merasakan perasaan yang sama jika kebenarannya terungkap.
"Dia mirip mama, ya pa" celetuk Hali.
"Hmmm, iya" sahut Sergi ragu.
"Ayo kita tunggu diruang keluarga saja" lanjutnya lalu berjalan menjauh dari kamar.
Hali memperhatikan wajah Zeva yang sudah membaik dari pada tadi lalu mengikuti ayahnya.
"Aku tunggu di kamar sebelah. Datanglah jika kamu sudah siap berbicara denganku" ujar Herjunot.
"Baik, Ayah" sahut Zeva.
Lalu Herjunot pun keluar kamar dan masuk kamar lainnya.
Zeva kembali memeluk ayahnya yang masih nyaman tidak sadarkan diri.
Melihat ayahnya kurus kerontang, tangan dan kakinya terlihat bekas luka ikatan, membuat hatinya tersayat.
10 menit kemudian, ia memutuskan untuk menghampiri Herjunot dan berbicara pada ayah mertuanya itu.
Ceklek.
Pintu terbuka dan terlihat Herjunot duduk di sebuah kursi kerja.
"Masuk dan duduk lah" perintah pria itu.
Zeva kembali menutup pintu kamar dan duduk dihadapan Herjunot.
"Bagaimana, apakah kamu menemukan kebenaran yang sudah aku katakan?" tanya ayah mertua Zeva.
"Aku tidak yakin jika semua yang aku ketahui adalah kebenaran, tapi setidaknya aku tau wanita yang kuanggap ibuku sendiri ternyata wanita yang telah menipu dan membohongiku. Dia yang membuat ku menderita dan membawa ayahku dalam kondisi buruk seperti ini" jawab Zeva dengan pandangan amarah.
"Gia memang seperti itu. Dia lebih memilih harta daripada memperbaiki keluarganya" sahut Herjunot.
"Dia berusaha mendapatkan semua harta keluarga Hermes demi putranya" lanjut pria ini.
"Aku tidak terkejut dengan hal ini, Ayah. Ibu selalu menomor satukan putranya karena ternyata aku bukan anak kandungnya" ujar Zeva.
Herjunot menghela nafas panjang.
"Maafkan aku, aku baru membuatmu menemukan kebenaran ini sekarang karena aku terpaksa menjadikan kemarahanmu sebagai kesepakatan denganmu, Zeva" ucap Herjunot.
"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu" lanjutnya.
"Kesepakatan apa yang ayah inginkan?" tanya Zeva.
"Sekarang apa yang kamu inginkan, Zev? Apakah kamu berkeinginan membalas Gia dan Pablo? Apakah kamu ingin ayahmu disembuhkan dan dirawat dengan benar?" tanya balik Hali.
Zeva mengepalkan tangannya diatas paha.
"Ayah ingin kesepakatan seperti apa dulu setelah menolongku sejauh ini?" tanya balik Zeva.
Herjunot melihat kemarahan dimata wanita cantik dihadapannya.
"Ayah ingin kamu tetap bersama Anthon sampai dia membaik. Aku tidak ingin istriku menderita melihat putranya ditinggalkan oleh mu. Ini konsekuensi yang harus kamu hadapi. Aku pun tau kamu diam diam telah berselingkuh dengan Theo, bukan?" jelas Herjunot hingga membuka rahasia Zeva, membuat jantung wanita ini berdetak kencang.
Deg.
"Tenang saja, ayah tidak marah kamu mencari kebahagiaan dengan pria lain karena putra ayah sendiri adalah pria bejat. Tapi kenapa kamu harus melukai Anthon, Zev? Dia putraku satu satunya. Aku pun tidak bisa membiarkannya menderita" lanjut Herjunot.
"Maafkan aku, Yah" lirih Zeva.
Ia mulai merasa bersalah telah tidak sengaja menendang Anthon hingga suaminya itu jatuh dari tangga.
"Bora saat ini sangat marah kepadamu. Entah sampai kapan dia akan seperti itu. Tapi aku tau Bora juga mencintaimu sebagai anak sendiri, ia hanya kecewa" ujar Herjunot.
Zeva hanya diam saja tidak memberikan pembelaan.
Herjunot lagi lagi menghela nafas panjang.
"Dan ayah ingin kamu segera memberikan kami cucu. Mungkin adanya bayi diantara kamu dan Anthon, membuat anak itu berubah" lanjutnya membuat Zeva ragu.
Rencana sebelumnya saat sebelum insiden jatuhnya Anthon, Zeva sudah bertekad akan hamil anak Theo sebagai syarat dari Bora untuk bisa bercerai dengan Anthon.
Tapi kini Theo sudah pergi, apakah dia harus benar benar mengandung anak dari pria yang sangat ia benci itu?
Melihat Zeva terdiam dan berfikir, Herjunot pun memberikan penawaran.
"Aku akan menolong ayahmu dan melindunginya dari Gia serta Pablo. Aku akan membawanya ke Amerika untuk pengobatan hingga ia sembuh dan membuat Austin tidak akan ditemukan oleh mereka. Lalu aku akan membantumu menjatuhkan Gia dan Pablo jika kamu ingin balas dendam" jelasnya.
"Aku..aku sangat ingin melihat Gia dan Pablo, menderita ayah" sahut Zeva yang sudah membukatkan tekad.
"Jadi kamu menerima penawaran ini?" tanya Herjunot.
"Iya. Aku menerimanya" jawab Zeva.
Herjunot tersenyum mendengar hal ini.
"Aku yakin, Anthon akan berubah setelah insiden ini. Semoga dia juga akan segera sadar dan bisa melihat kita semua" ujarnya.
Zeva diam dan memikirkan hal lain.
"Apa aku benar benar harus mengandung anak pria brengsek itu? Apa aku harus seumur hidup terhubung dengannya?" batinnya.
Herjunot tau juga selama ini Zeva selalu meminum pil pencegah kehamilan tanpa sepengetahuan Anthon.
Pria berusia sekitar 60 tahunan ini mengetahui segalanya di dalam rumah maupun luar rumah yang berhubungan dengan keluarganya.