Terkadang kenyataan tidak sejalan dengan keinginan, Letnan Dallas menginginkan kekasih yang usianya tidak jauh berbeda dengannya tapi harus bertemu dengan perempuan yang usianya terpaut jauh di bawahnya. Semua terjadi karena dirinya trauma memiliki kekasih yang kekanakan di masa lalu.
Tak jauh berbeda dengan Letnan Dallas, Letnan Herca pun akhirnya terpaksa berkenalan dengan seorang wanita pilihan orang tuanya terutama Opa sebab cemas jika Letnan Herca akan salah arah. Penyebabnya tak jauh karena beliau tidak pernah melihat Letnan Herca bersama seorang gadis.
Lantas jika jodoh di tangan Opa, lantas siapa berjodoh dengan siapa dan prahara apa yang akan terjadi terkait masa lalu Bang Herca dengan seorang gadis berinisial Y.
Harap skip jika tidak sanggup dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Ada apa lagi?
"Benar, semua karena lontong." Kata Pak Gugus.
Bang Herca dan Bang Dallas merasa di atas angin karena tebakannya benar.
"Memang lontong karatan buat masalah. Delapan bulan lagi baru sembuh." Imbuh Pak Gugus.
...
"Kalian ini ada akal, kan. Kalau nggak tahan, nggak kuat godaan.. ada solusi yang lain daripada di jalur rem bloong begitu. Kalian itu hanya nikah siri, belum masuk kantor agama. Bagaimana kalau data kalian di negara jadi rancu. Bukan sekarang masalahnya, nanti.. data anak-anak kalian." Kata Papa Danar tak tau lagi menghadapi kekisruhan ini.
Ayah ikut mengurut kening tapi tidak bisa berkata apapun. Ada hak kedua putranya disana meskipun ada sedikit permasalahan.
"Sudahlah, sudah jadi anak begini mau bagaimana lagi." Ujar Papa Danar pasrah. "Kasihan sekali menantuku. Kalian ini sungguh keterlaluan..!!"
:
Awalnya Rigi terkejut tapi perlahan bisa menerimanya. Berbeda dengan Dindra yang begitu ketakutan hingga histeris. Oma dan Dokter Gugus mencoba untuk menenangkan tapi semua seakan sia-sia.
"Abang, bolehkah Rigi bicara sesuatu?" Kata Rigi.
"Katakan, mungkin semua bisa menenangkan Dindra." Jawab Bang Herca masih dalam kepanikan.
"Mamanya Dindra bunuh diri di depan mata Dindra, saat itu usianya baru tujuh tahun dan melihat Mamanya gantung diri karena Papa menikah lagi dengan Tante Nina. Saat itu Mamanya Dindra sedang hamil. Sejak saat itu Dindra sangat ketakutan dan kami terpisah karena Dinda memilih sekolah di luar negeri." Ujar Rigi.
"Astaghfirullah hal adzim.. pantas Dindra tidak suka dengan tentara. Setelah di khianati si b*****t itu, Papanya pun berbuat hal seperti gila semacam ini. Pantas sikap Dindra begitu keras dan sulit di arahkan." Bang Herca tak habis pikir dengan ulah orang tua Dindra.
Seluruh keluarga meninggalkan Bang Herca, membiarkannya memiliki ruang agar bisa berbagi rasa.
Bang Herca mengusap lengan Dindra, berati selama ini Dindra hanya menyimpan ketakutannya seorang diri. Pasti selama ini Dindra menahan banyak hal tak terungkapkan tentang dirinya.
Kelopak mata Dindra terbuka, tangisnya begitu sedih. "Tolong jangan duakan Dindra, lepaskan Dindra saja dari sekarang kalau Abang ingin mendua." Ucap Dindra terbata, begitu sedih penuh harap.
Pria mana yang tidak tersentuh melihat tatap sayu penuh kesedihan. Di balik kekuatannya, Dindra hanyalah gadis kecil yang haus akan kasih sayang. Dindra besar atas dasar keadaan dan himpitan hidupnya sendiri.
"Heeii.. lihat mata Abang..!! Hari ini, besok dan hari-hari selanjutnya dalam hati ini, dalam hidup Abang hanya ada Dindra seorang. Dulu dunia memberimu kepahitan, sekarang Abang akan memberi cerita manis, melukiskan warna indah dan merajut benang kasih dalam hidupmu."
Bang Herca mengarahkan tangannya untuk menutup mata, menutup telinga Dindra. Tak terkira hati Bang Herca ikut terasa sakit, hantaman itu juga memukul batinnya tapi ia menyimpannya rapat demi istri kecilnya.
"Ini suamimu..!! Seberat apapun masalahmu, Abang akan menyangganya untukmu."
Dindra menumpahkan kesedihan dan tangisnya hingga puas.
"Ya Allah, sampai disini saja sakitnya anak-anakku. Jangan ada masalah lain. Cukup Abang saja yang menyimpan dosa dan merasakan penyesalan yang mungkin tidak dapat Abang tebus seumur hidup." Gumam Papa Danar.
Mama Shila menangis sesenggukan lalu memeluk Papa Danar dengan erat. Papa Danar membalasnya dan mengecup kening sang istri. Tak sampai hati mengingat kisah putra keduanya yang membawa petaka. Kisah yang selama ini terkubur dalam dan membuat keluarga hanya menyimpannya sebab hingga kini Bang Herca pun selalu emosional perihal masalah tersebut.
Ayah Rico pun menarik Mama Nindy ke dalam pelukannya. Beliau memejamkan mata teringat kisah Bang Herca dengan wanita dari masa lalu tersebut.
"Kamu ingat..........?" Bisik Ayah Rico.
Mama Nindy membungkam mulut suaminya dan menggeleng cemas. "Jangan Bang, kasihan semua..!!"
"Ya Allah Gustiii..!!" Ayah Rico terduduk lemas. Bang Dallas sigap mengambilkan air minum untuk Ayahnya.
Melihat kondisi para menantu, Papa Danar memilih mengisi kamar mess transit C, D dan E untuk keluarga panglima. Beliau tak bisa memejamkan mata akan cerita menakutkan tersebut.
***
"Astaghfirullah hal adzim..!!!!" Bang Herca terengah terbangun dari mimpinya.
Dindra sampai ikut terperanjat melihat Bang Herca terbangun.
"Abaaaang, kenapa?" Tanya Dindra.
Bang Herca sejenak terdiam, sungguh dirinya tidak menyadari sudah mengingat wanita lain di hadapan Dindra.
"Abang baik-baik saja." Kata Bang Herca berkilah.
Dindra mengangguk paham. "Perut Dindra sampai kram, Bang..!!" Dindra memercing kesakitan.
Bang Herca merasa bersalah, ia pun memeluk Dindra. "Maaf ya, dek. Abang mengagetkanmu."
Dindra pun kembali tidur dalam pelukan Bang Herca. Ingatan Bang Herca kembali pada beberapa tahun yang lalu. Masa dimana dirinya belum mengenal Intan.
POV Flashback Bang Danar on.
Dulu.. dia adalah gadis yang sangat ku sayangi. Kuberikan cinta dan sayang untuknya tapi dia menjebak ku hingga seperti ini. Akibat kehamilannya, di setiap bulan aku memberinya uang untuk memeriksakan dan menjaga kehamilannya bahkan susu, vitamin tambahan dan pakaian hamil pun kubelikan untuknya.
Tiba di saat persalinannya, dia menghubungiku. Terang saja aku datang padanya. Sebenci apapun aku pada Intan, tapi dalam hati kecilku.. Aku sangat menyayangi anak itu.
Di rumah sakit, aku sama sekali tidak melihat rasa sakit sedikit pun dari Intan. Dia nampak biasa saja. Bagaimana pun juga, kuberikan tempat terlayak dan terbaik untuk persalinan tersebut.
Tak berapa lama, kudengar suara tangis bayi. Ada rasa haru dalam hatiku. Aku terus berpikir apakah benar di usiaku yang masih dua puluh satu tahun, aku harus menjadi seorang ayah.
Seorang dokter keluar dari ruang bersalin, beliau menggendong seorang bayi perempuan dan memberikannya padaku. Bayi tersebut sangat lucu dan begitu menyentuh hatiku.
"Kata ibu Intan, Pak Herca ayahnya." ujar Ibu dokter yang menangani persalinan mereka.
Hari ini adalah hari kelahiran si baby gemoy. Hatiku jelas tidak mengakui tapi aku tidak sanggup melihat bayi tanpa dosa ini tersakiti.
"Iya Bu, dia anak saya..!!"
"Tapi status Bu Intan dan Bapak tidak menikah. Akta anak harus di buat jelas, Pak."
POV Flashback Bang Herca off..
.
.
.
.