CINTA TERHALANG 30 JUZ Al'Quran

"Di bawah ada dua orang mencari Aden, katanya perlu sama Aden." Mbok memberitahu Bobi seperti yang dibilang oleh Deril dan Re.

Setelah memberitahu Bobi, Mbok kembali kedapur untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena Deril dan Re yang datang.

"Iya Mbok, aku akan turun sekarang." Jawab Bobi masih dalam kamarnya.

"Siapa, kalau Doni sama Beni kenapa gak langsung kesini aja, bikin orang kesal aja." Gumam Bobi berpikir yang mencarinya adalah Dono dan Beni.

Bobi tidak pernah berpikir kalau yang mencarinya orang lain, dia tidak pernah berpikir kalau yang mencarinya polisi, karena dia tidak merasa bersalah telah membunuh Ariel.

Memang yang membunuh Ariel bukan dia, bukan dengan tangannya, tapi yang membayar orang untuk membunuh adalah dia, tapi Bobi bawa santai aja seolah tidak berbuat apa-apa.

Bobi turun dari kamarnya menelusuri anak tangga hingga sampai di lantai dasar, saat hendak sampai diruang tamu, langkah Bobi terhenti, dia tersentak saat melihat dua orang yang dimaksud oleh Mbok ternyata Deril dan Re.

"Kenapa mereka kesini, apa mereka sudah tau kalau aku yang menyuruh orang membunuh Ariel?" Gumamnya dalam hati.

Bobi tersambung takut, jantungnya degdegan, dia takut polisi akan menangkapnya seandainya Deril dan Re tau kalau dia yang menyuruh orang membunuh Ariel.

Bobi hendak berbalik kembali kekamarnya, namun dia urung karena berpikir kalau dia tidak menemui Deril dan Re, sudah pasti mereka akan tetap mencarinya.

Deril melihat Deril dan Re dari balik dinding, dia melihat gelagat Deril dan Re yang menampakkan tidak ada sedikitpun wajah marah.

"Sepertinya mereka belum tau apa-apa, tapi untuk apa keduanya menemui ku?" tanyanya dalam hati.

Akhirnya Deril memutuskan untuk menemui Deril dan Re, Bobi juga sudah mempersiapkan alasan untuk Deril dan Re.

"Ada apa, kenapa kalian kesini?" tanya Bobi to the point, saat sudah duduk disofa yang berhadapan dengan Deril dan Re.

Re dan Deril langsung menatap ke Bobi yang duduk tepat didepan mereka.

"Dimana Adikku, apa yang sudah kalian lakukan padanya?" Deril bertanya seperti sudah tau kalau Bobi melakukan sesuatu pada Ariel.

Bobi pura-pura bingung , tidak mengerti dengan pertanyaan Deril yang dilontarkan kepadanya.

"Apa maksudmu, kenapa kamu bertanya seolah aku melakukan sesuatu pada Ariel?" bukannya menjawab, Bobi malah balik bertanya, walaupun dalam hati Bobi membenarkan pertanyaan Deril, karena memang benar dia yang menyuruh Doni dan Beni membunuh Ariel.

"Jangan berlagak bodoh, dan tidak mengerti, aku tau kamu dan Ariel balapan, dan setelah itu Ariel tidak bisa dihubungi dan juga tidak pulang hingga saat ini. Katakan sejujurnya apa yang kamu lakukan padanya?" Tekan Deril agar Bobi mau mengaku.

"Sialan, apa mereka tau, tapi tidak mungkin, jika mereka tau pasti sudah membawa polisi." Pikir Bobi dalam hati.

"Apa kalian sedang menuduhku, pertanyaan kalian itu menekan, kalian bukan bertanya tapi memvonis." Ujar Bobi santai sedikitpun tidak menunjukkan kemarahan.

"Aku tanya, dimana Ariel, apa yang kamu lakukan padanya?" Deril bangkit menarik kerah baju Bobi dengan tangan sudah mengepal ingin menonjok wajah Bobi.

Walaupun Deril sudah marah dan suara sedikit keras, tapi Bobi masih santai menanggapi kemarahan Deril.

"Dia sangat santai, apa mungkin dia tidak melakukan apa-apa pada Ariel." Gumam Re, membaca raut wajah Bobi.

"Hei, kalian kesini tamu, jika kamu tidak melepaskan tangan mu di bajuku, aku tidak akan segan-segan memanggil satpam untuk mengusir kalian." Bobi tetap santai.

Deril akhirnya melepaskan kerah baju Bobi, dan kembali duduk disebelah Re.

Deril merapikan bajunya lagi, kembali duduk disofa dengan senyum yang tidak bisa diartikan.

"Kami sudah tau kalian balapan malam Ariel tidak pulang, kami juga mendapat informasi kalau kamu kalah, dan setelah balapan itu Ariel tidak kembali." Kali ini Re yang membuka suara.

"Aku dan dia memang balapan, aku mengaku seperti yang tadi kamu bilang, aku Memeng kalah, tapi setelah itu aku tidak tau Ariel kemana, memang kalah dalam satu pertandingan itu sudah lumrah, tapi kami tidak mempermasalahkan karena kami profesional, apalagi harus melakukan kekerasan." Jelas Bobi santai.

Re dan Deril menimbang, apa yang Bobi katakan sepertinya masuk akal, dan sikap Bobi yang santai menanggapi, menambah keraguan dalam hati Deril dan Re kalau Bobi melakukan sesuatu pada Ariel.

"Baiklah, kali ini kamu bebas, tapi ingat jika nanti aku tau kamu melakukan sesuatu pada Ariel aku akan menghabisi mu." Ancam Deril dan berlalu pergi dari rumah Bobi.

Sedangkan Bobi menyungging senyum miring. "Carilah, sampai ke ujung dunia, kalian tidak akan menemukannya, dia sudah mati, hahaha." Bobi tertawa walaupun tadi dia sempat takut pada Deril dan Re.

"Apa kamu yakin dia tidak melakukan sesuatu pada Ariel?" tanya Deril pada Re, karena Deril sendiri tidak yakin kalau Bobi tidak melakukan sesuatu pada Ariel.

"Entahlah, kalau dilihat dari gelagat dan cara bicaranya yang santai, sepertinya dia benar tidak melakukan sesuatu pada Ariel." Jawab Re dengan mata yang tetap fokus kejalan karena sedang mengemudi.

"Lalu kemana Ariel, kenapa tidak bisa dihubungi?" Deril benar-benar bingung, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan, Deril juga takut kalau Ariel tidak pulang bagai mana dengan kondisi Mamanya nanti.

Re menepuk-nepuk pundak Deril, menenangkan dan menguatkan, bukan Deril saja yang khawatir sekarang ini, re juga sama karena Ariel juga sudah dia anggap seperti Adiknya sendiri.

"Kita harus menemukan Ariel, dan suruh orang cari tau dan memata-matai gerak gerik Bobi, aku tidak yakin kalau dia tidak melakukan sesuatu pada Ariel!" titah Deril membuat Re mengangguk.

***

"Sudah sampai, ini rumah Bapak," Pak Imran dan Ariel sudah sampai dirumah.

Rumah Pak Imran memang tidak besar, namun rumah itu sudah full permanen, walaupun sederhana rumah Pak Imran terlihat sangat bersih, ditaman juga terlihat beberapa tanaman seperti cabe, tomat, terong dan ada beberapa lainnya.

"Ayo masuk!" ajak Pak Imran memapah Ariel karena Ariel masih lemas untuk berjalan sendiri.

Ariel tidak mengatakan apapun, dia hanya ikut apa yang dikatakan Pak Imran.

Pak Imran membawa Ariel duduk dikursi diteras rumah, dia harus membuka kunci pintu terlebih dahulu karena dirumah tidak ada orang, istrinya mungkin sedang bekerja dirumah Pak RT, mencuci baju.

Setelah membuka pintu, Pak Imran kembali memapah Ariel masuk kerumah, Pak Imran membawa Ariel kekamar Safira karena rumah itu hanya ada dua kamar saja.

Sebenarnya dibelakang ada juga satu kamar, tapi tidak bersih karena tidak pernah dipakai.

"Kamu istirahat aja disini, Bapak akan menyiapkan makanan untuk mu." Ujar Pak Imran keluar dari kamar itu.

Bersambung.