NovelToon NovelToon
Dinikahi Berondong Tengil

Dinikahi Berondong Tengil

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: chustnoel chofa

Viola yang punya sebuah butik baju cukup besar dan ternama, harus menikah dengan Arga Bagaskara. pemuda berusia 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA kelas akhir itu.

Viola mengabaikan kehadiran sang suami, karena berpikir Arga masih bocah dah belum dewasa.

bagaimana kisah selanjutnya, ikuti terus ya kisah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chustnoel chofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 17

Viola sontak tersadar dari lamunannya dan langsung melangkah mundur, menjaga jarak dari Arga. Wajahnya sedikit panik, campuran antara gugup dan terkejut.

"Arga? Kamu... ngapain di sini?" tanyanya dengan nada bingung, kedua alisnya bertaut. "Bukannya kamu harusnya ke sekolah? Kenapa malah ke butik?"

Arga terlihat canggung. Ia menggaruk tengkuknya yang jelas-jelas tidak gatal. Pandangannya sempat menghindar sebelum akhirnya menatap Viola dengan sedikit keraguan.

"Aku... tadi pagi ngerasa nggak enak aja, Vi," ucapnya pelan. "Kayak ada yang ganjil. Aku nggak tahu kenapa, tapi aku ngerasa kamu bakal kenapa-kenapa. Jadi... aku nyusul kamu."

Viola membelalakkan mata, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Kamu... ngikutin aku?"

"Ya. Dan ternyata, feeling-ku bener, kan?" Arga menyilangkan tangan di dada, nada suaranya sedikit naik. "Itu pria bangsat, Dhani, masih aja berani ganggu kamu. Apa dia nggak ngerti arti kata ‘putus’?"

Viola menarik napas panjang. Ia menatap lurus ke arah Arga, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai bergejolak.

"Kamu tahu, Arga... Aku udah berkali-kali kasih dia kesempatan," ujarnya lirih. "Tapi dia tetap sama. Bohong, selingkuh, manis di depan, busuk di belakang. Dan aku... aku capek jadi orang yang selalu berharap dia bakal berubah."

Arga terdiam. Matanya melembut saat mendengar pengakuan itu. Perlahan, ia melangkah mendekat, suaranya kini lebih tenang.

"Viola... kamu nggak pantas disakiti begitu. Kamu pantas bahagia. Dan kalau dia nggak bisa ngelakuin itu, maka bagus kamu ninggalin dia."

Viola menatap Arga, matanya berkaca-kaca namun ia tersenyum kecil. "Terima kasih, Arga... Kamu selalu ada, bahkan saat aku sendiri pun nggak tahu siapa yang bisa aku percaya."

Tiba-tiba, suara deru motor matic memecah momen itu. Risa muncul dengan gaya santainya, mengenakan jaket jeans dan helm pink yang mencolok. Ia menghentikan motornya tak jauh dari mereka dan membuka helm sambil tersenyum lebar.

"Uwaaah... maaf ya, aku kayaknya datang di waktu yang kurang tepat atau justru pas banget, nih?" godanya sambil turun dari motor.

Viola langsung menunduk malu, sementara Arga hanya menatap Risa dengan wajah datar. "Risa, jangan mulai," katanya singkat.

"Aku nggak mulai apa-apa, mbak," jawab Risa cepat sambil terkekeh. "Cuma... lucu aja lihat kalian."

Viola menggeleng pelan sambil tersenyum kecut. "Tolong angan buka mulut Sa..."

Risa mengangkat tangan kanannya, seolah bersumpah. "Tenang, tenang. Mulutku kayak brankas. Tapi sumpah ya, kalian tuh kayak drama Korea live version. Seriusan."

Arga menghela napas, tapi bibirnya tersungging tipis. "Jadi saksi satu-satunya bukan berarti kamu bebas buat jadi komentator."

Risa menyeringai. "Tapi nggak ada salahnya dong, sedikit hiburan di tengah hidup penuh deadline ini."

Viola menatap keduanya, lalu tertawa kecil. Untuk pertama kalinya hari itu, hatinya terasa lebih ringan. Mungkin, di tengah kekacauan hidupnya, keberadaan Arga dan Risa adalah bentuk kecil dari kedamaian yang ia butuhkan.

Risa yang sejak tadi hanya menonton layaknya penonton setia sinetron, akhirnya melangkah ke pintu rolling door butik.

"Oke ya, drama pagi hari ini cukup segitu dulu. Kalau nggak, pelanggan bisa-bisa nyangka ini butik plus tempat shooting." godanya sambil menyikut Viola pelan.

Viola hanya melirik sekilas, lalu menoleh pada Arga yang masih berdiri di tempat, tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi. Ia menyipitkan mata.

"Kamu nunggu apa lagi? Sekolah, Arga .Jam udah mepet."

Arga mendesah keras, kedua tangannya masuk ke dalam saku celana. "Aduh, Vi... males banget. Jujur ya, makin ke sini aku makin ngerasa sekolah itu nggak penting-penting amat."

Viola menaikkan alis. "Oh ya? Terus kamu mau jadi apa kalau nggak lulus SMA? Buka usaha bakso di pinggir jalan?"

"Bukannya jelek sih jualan bakso," sahut Arga sambil mengangkat bahu, "tapi lebih enak jadi suami pemilik butik. Nggak perlu repot, tinggal duduk manis di kasir."

Viola langsung berkacak pinggang. "Arga!"

Nada suaranya membuat Arga refleks tegak seperti anak sekolah yang sedang dimarahi kepala sekolah. Tapi Viola belum selesai.

"Dengar ya, kamu tuh udah cukup gila buat nikahin aku diam-diam, jangan makin gila dengan bolos sekolah segala. Aku malu kalau sampai orang tahu aku punya suami yang nggak tamat SMA. Malu, Arga!"

Arga tersenyum kecut, tapi senyumnya perlahan melebar. Ada sesuatu yang hangat dalam omelan itu. Kata suami yang terucap dari mulut Viola, meski dalam konteks marah, tetap terasa istimewa di telinganya.

"Kalau kamu malu, kenapa kamu mau nikah sama aku waktu itu, hm?" tanya Arga pelan, matanya menatap Viola lekat-lekat.

Viola mendengus. "Karena kamu keras kepala dan bikin aku nggak punya pilihan. Dan juga..." ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "karena... mungkin aku percaya kamu bisa jadi lebih baik dari semua itu."

Ucapan Viola membuat dada Arga sedikit sesak. Ia tak menyangka di balik kata-kata ketus itu, ada harapan kecil yang disematkan padanya.

Arga menunduk, tersenyum tipis. "Oke, oke. Aku ke sekolah. Demi kamu."

"Bagus," sahut Viola tegas.

"Tapi... nanti sore, aku jemput kamu, ya?"

Viola pura-pura berpikir. "Terserah."

"Halah..." Arga tertawa kecil. "Oke, aku usahain pulang bawa nilai bagus dan senyum manis buat istri cantikku ini."

Viola hanya menggeleng, namun senyumnya tidak bisa disembunyikan. "Udah sana, nanti makin malas."

Arga melangkah mundur, lalu memberi hormat seperti prajurit. "Siap, Komandan!"

Viola menatapnya sampai Arga benar-benar pergi dari pandangan. Wajahnya masih menyimpan senyum kecil. Setelah itu, ia menarik napas pelan dan masuk ke dalam butik bersama Risa.

"Hari baru... dan drama baru," gumamnya, setengah pasrah, setengah bahagia.

Di dalam butik, aroma segar dari pengharum ruangan menyambut kehadiran Viola yang baru saja masuk. Lampu-lampu gantung mulai menyala, menciptakan suasana hangat yang nyaman. Risa berjalan di belakangnya, masih dengan senyum-senyum geli yang tak kunjung hilang dari wajahnya.

Viola, yang menyadarinya, langsung menghentikan langkah dan menoleh tajam.

"Apa sih?" tanyanya dengan nada datar, tetapi penuh curiga. "Kenapa senyum-senyum sendiri kayak orang jatuh cinta?"

Risa cepat-cepat menutup mulutnya dengan tangan, tapi tawanya tetap lolos di sela-sela jari.

"Aku cuma..." Risa terkekeh, lalu menatap Viola sambil memiringkan kepala. "Nggak nyangka aja, ternyata bos galak satu ini bisa juga ya bikin cowok klepek-klepek sampai rela bolos sekolah segala. Cinta banget tuh pak Suami."

Viola mendelik, lalu meletakkan tasnya dengan sedikit keras di meja kasir. "Risa, stop senyum-senyum nggak jelas gitu deh. Nyebelin."

Risa hanya cengengesan, malah mendekat dan menyikut lengan Viola. "Eh, tapi serius... tadi itu manis banget, loh. mas Arga tuh perhatian banget. Dia kelihatan kayak cowok cuek, tapi waktu dia bilang ‘aku nyusul karena ngerasa kamu bakal kenapa-kenapa’? Duh, itu kayak adegan drama Korea episode spesial!"

Viola memutar bola matanya. "Drama Korea apanya. Itu cowok ngelantur aja, dasar keras kepala. Untung aja nggak ribut sama Dhani tadi. Aku bisa malu satu kompleks."

Risa duduk di kursi pojok, masih tersenyum puas. "Ya tapi tetep aja, mbak.. mbak Vio tuh beruntung, tahu. Nggak semua orang bisa dapet suami yang meskipun masih sekolah, tapi berani dan mau jagain segitunya."

Viola terdiam sejenak. Ada jeda singkat di antara napasnya. Ia tidak langsung menjawab, hanya menunduk sambil merapikan beberapa dokumen di meja.

"Aku nggak tahu, Sa... semuanya terasa begitu cepat. Kadang aku masih ngerasa ini semua mimpi," ucapnya pelan. "Tapi kalau aku mimpi, berarti aku nggak mau bangun."

Risa tersenyum, kali ini dengan tatapan lembut. Ia bangkit, berjalan pelan menghampiri sahabat sekaligus bosnya itu, lalu merangkul pundaknya.

"Kalau gitu, nikmatin aja mimpinya, mbak Vio. Dan jangan lupa—mimpimu sekarang udah bawa seragam SMA."

Viola tertawa kecil, dan untuk pertama kalinya pagi itu, ia membiarkan dirinya merasa damai. Butik mulai beraktivitas, tapi hatinya masih tertinggal di momen barusan, saat seseorang yang ia nikahi diam-diam memeluknya lewat perhatian sederhana.

Bersambung.

1
Novi Ana
lnjut Thor....
partini
pantang nyerah ? ga tau diri itu mah
ga itu karena kamu masih sekolah sedangkan istri lo dah mempan jadi kaya ada jembatan
coba kamu biarpun dah sekolah ada bisnis sukses lulus sekolah ga ada tuh jembatan" ,
chustnoel chofa: /Silent//Silent/
total 1 replies
partini
ternyata suami brondong nya keren pemberani,,
jadi dhani Thor yg bikin Vi trauma
partini: salah satunya ? wah wah menarik ini
chustnoel chofa: salah satunya kak...☺️☺️
total 2 replies
partini
boleh flashback ga Thor biar tau apa yg di alami Vi ko segitu nya sakit hatinya sampai meninggal kan trauma yg segitu dalamnya
chustnoel chofa: ok kak...nanti aku buatkan ya.../Kiss//Kiss/
total 1 replies
partini
kalau uler main halus wah bisa gatal gatal nich hemmmm bisa bikin masalah tambah parah,
aihhh cembukur ini mah tapi gengsi mengakui
chustnoel chofa
iya tuh....nyebelin bgt ☺️☺️
partini
si cel malah semakin terobsesi ga mau kalah dia
partini
waduh tanda mau cinta duluan ini mah
partini
lucu mereka ber 2,,hati dah ada rasa tapi ego luar biasa
tapi yg di bilang betul jg sama aja selingkuh kah dah nikah
chustnoel chofa: iyaa kak....semoga hubungan mereka cepat membaik ya.../Grin//Grin/
total 1 replies
partini
aihhhh Lin kamu bikin riweh
partini: yes itu betul ok lanjut
chustnoel chofa: sebagai pemanis kak...biar nggak lempeng 🫢🫢
total 2 replies
partini
belajar percaya?
adakah sesuatu
aihhh penasaran
partini
cerita cinta dan perselingkuhan ini ya Thor
chustnoel chofa: gitu ya.... tenang bakal happy ending kok..
/Kiss/
partini: oke oke ,, soalnya ada yg mirip soal nikah ga da cinta wanitanya tapi bukan brondong sih sama sama dewasa ujungya putar haluan
total 5 replies
putri aulia
lanjut kk
chustnoel chofa: siap kak...besok lagi ya...😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!