NovelToon NovelToon
Nikah Paksa Amrita Blanco

Nikah Paksa Amrita Blanco

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Paksa
Popularitas:38.2k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Amrita Blanco merupakan gadis bangsawan dari tanah perkebunan Lunah milik keluarganya yang sedang bermasalah sebab ayahnya Blanco Frederick akan menjualnya kepada orang lain.

Blanco berniat menjual aset perkebunan Lunah kepada seorang pengusaha estate karena dia sedang mengalami masalah ekonomi yang sulit sehingga dia akan menjual tanah perkebunannya.

Hanya saja pengusaha itu lebih tertarik pada Amrita Blanco dan menginginkan adanya pernikahan dengan syarat dia akan membantu tanah perkebunan Lunah dan membelinya jika pernikahannya berjalan tiga bulan dengan Amrita Blanco.

Blanco terpaksa menyetujuinya dan memenuhi permintaan sang pengusaha kaya raya itu dengan menikahkan Amrita Blanco dan pengusaha itu.

Namun pengusaha estate itu terkenal dingin dan berhati kejam bahkan dia sangat misterius. Mampukah Amrita Blanco menjalani pernikahan paksa ini dengan pengusaha itu dan menyelamatkan tanah perkebunannya dari kebangkrutan.

Mari simak kisah ceritanya di setiap babnya, ya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Tawar-Menawar

Suasana berubah hening di ruangan tamu Asyer Estate.

Empat orang saling terdiam di ruangan itu tanpa ada yang bersuara.

Pamela masih tak percaya bahwa pengusaha estate itu adalah pria asing dengan penutup kain di wajahnya yang dia temui di luar Asyer Estate.

Tangan Pamela gemetaran, terdiam kaku hingga dia tak mampu bersuara sedikitpun.

Keringat terus mengalir membasahi kening Pamela tanpa hentinya sedangkan pandangannya tertunduk dalam.

Rikuh, perasaan yang dirasakan oleh ketiga orang itu saat bertatap muka dengan pria asing yang ternyata dia adalah pemilik tempat indah ini yang dikenal dengan Asyer Estate.

"Sekarang kalian sudah tahu bahwa aku adalah pengusaha estate yang kalian cari-cari lantas apa keinginan kalian setelah bertemu denganku", kata pria asing membuka pembicaraan.

Pengusaha estate masih mengenakan penutup kain di wajahnya tanpa berniat melepaskannya meski semua orang telah tahu bahwa dia adalah pengusaha terkenal di ibukota ini.

Pamela melirik Blanco sembari menyikut lengan tangan suaminya supaya berbicara.

Tampak Blanco menarik nafas dalam-dalam, mencoba menata hatinya tetap tenang sebelum dia memulai pembicaraan dengan pengusaha estate yang ada dihadapannya saat ini.

"Se-sebenarnya kedatangan kami memiliki maksud tertentu tapi kami tidak tahu harus memulainya darimana untuk menyampaikan maksud kami ini", ucap Blanco.

"Ya, katakan saja, apa maksud kedatangan kalian kemari", sahut pengusaha estate.

Blanco menoleh ke arah Pamela sejenak sebelum dia melanjutkan pembicaraan ini lebih serius.

Tampak Pamela mengangguk pelan dengan sorot mata serius.

Blanco mengenali isyarat dari Pamela kemudian melanjutkan ucapannya kepada pengusaha estate.

"Kedatangan kami hendak menyampaikan sesuatu tapi kami berharap anda tidak keberatan atas niat kami kemari", kata Blanco.

Blanco mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lalu menyodorkan sebuah map ke atas meja tamu.

Pengusaha estate melirik tajam ke arah meja tanpa berkata apa-apa.

"Tujuan kami sangat mendesak karena itulah kami mencari anda ke ibukota meskipun kami tidak mengenali anda tapi kami bersikeras bertemu anda disini", kata Blanco.

"Lalu apakah itu ?" tanya pengusaha estate sembari menunjuk ke arah sebuah map di atas meja.

"Map ini berisi sertifikat tanah perkebunan Luhan dan kami berniat menjual tanah tersebut kepada anda karena itulah kami mencari anda hingga ke ibukota", sahut Blanco tanpa ragu sedikitpun.

"Aku benar-benar tidak mengerti maksud ucapanmu ini, aku juga tidak mengenalimu lantas jaminan apa yang bisa membuatku yakin bahwa kalian dapat kupercayai", kata pengusaha estate.

"Kami bisa menjadi jaminannya...", sahut Blanco.

"Kalian... ?" tanya pengusaha estate terkejut.

"Benar, kami akan menjadi jaminannya, anda bisa menaruh kepercayaan kepada kami jika anda ragu akan keaslian serifikat tanah perkebunan Luhan", sahut Blanco.

Terdengar suara parau dari arah sang pengusaha saat dia berbicara lagi.

"Demi tanah perkebunan ini, kalian begitu rela menjadikan diri kalian sebagai jaminannya, sebegitu pentingkah tanah itu bagi kalian", ucapnya lalu menatap tajam ke arah Blanco serta Pamela secara bergantian.

Pengusaha estate menoleh ke arah Amrita seraya menatapnya agak lama.

"Aku bersedia membeli tanah perkebunan Luhan milik kalian asal dengan satu syarat tertentu", ucapnya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Blanco dan istrinya.

Suami istri itu saling berpandangan satu sama lainnya.

Blanco kembali menoleh ke arah pengusaha estate dan bertanya padanya dengan hati-hati.

"Boleh saya tahu syarat apakah yang anda inginkan dari kami supaya anda bersedia membeli tanah perkebunan Luhan milik kami", kata Blanco.

"Sederhana sekali...", sahut pengusaha estate datar.

"Demi bisa menyelamatkan tanah perkebunan Luhan dari keterpurukan, apapun akan kami penuhi asal anda bersedia membeli tanah itu", kata Blanco.

"Kalian ingin menjual tanah perkebunan Luhan milik kalian demi menyelamatkannya, apakah hal itu tidak keliru, jika kalian ingin menyelamatkannya, pastinya ada penawaran lainnya daripada harus menjual tanah itu", sahut sang pengusaha.

"Kami tidak mampu mengelolanya lagi sedangkan buah harus dipetik pada masa panen jika tidak maka buah-buah akan rusak padahal pelanggan kami telah menunggu pesanan buah dari lahan perkebunan Luhan", sahut Blanco.

"Karena alasan itulah kalian hendak menjual tanah perkebunan Luhan kepadaku supaya pengelolaan hasil panen terus berlanjut", kata pengusaha estate.

"Ya, benar sekali", sahut Blanco lalu mengangguk cepat.

"Hmmm...", gumam sang pengusaha mulai tertarik.

"Bagaimana keputusan anda, bersediakah anda membeli tanah perkebunan Luhan dari kami karena pelanggan telah memaksa kami untuk segera mengirimkan hasil panen kepada mereka semua", kata Blanco.

Pamela meraih tangan Blanco berusaha memberikan dukungannya, Blanco tersenyum sekilas ke arah istrinya lalu menatap kembali ke arah pengusaha estate.

"Apakah anda berminat membeli tanah perkebunan Luhan ?" tawarnya lagi.

"Seperti yang aku bilang tadi bahwa aku bersedia membeli tanah perkebunan Luhan milik kalian asal dengan satu syarat tertentu yang harus kalian sanggupi", kata pengusaha estate serius.

"Silahkan anda katakan saja syarat tersebut supaya kami bisa segera menjual tanah perkebunan Luhan kepada anda", sahut Blanco.

Pengusaha estate tertawa, suara tawanya pelan karena mulutnya tertutup oleh kain di wajahnya.

"Apa yang anda tertawakan ?" tanya Blanco.

"Kurasa kalian akan terkejut jika mendengar syarat itu dan aku mengira bahwa kalian tidak akan mampu memenuhinya", sahut pengusaha estate.

"Kami akan berusaha menyanggupi syarat tersebut jika memang dapat membuat anda bersedia membeli tanah perkebunan Luhan", kata Blanco.

"Apakah kalian serius dengan keinginan kalian ini atau sekedar tawar-menawar saja ?" tanya pengusaha estate mencoba meyakinkan Blanco.

"Kami benar-benar serius hendak menjual tanah perkebunan Luhan kepada anda karena itulah kami datang jauh-jauh ke ibukota demi bertemu anda", sahut Blanco.

"Kalian akan kehilangan tanah perkebunan Luhan untuk selamanya jika kalian bersikukuh ingin menjualnya'', kata pengusaha estate.

"Demi Tuhanku ! Kami datang ke Asyer Estate bertujuan kuat untuk berjumpa anda karena satu-satunya orang yang mampu membeli tanah perkebunan Luhan hanyalah anda", ucap Blanco.

"Bagaimana kalian bisa begitu yakinnya kalau aku mampu dan ingin membeli tanah perkebunan Luhan milik kalian ?!" sahut pengusaha estate.

"Hanya andalah yang kami tahu selain itu kami tidak mengenal siapa-siapa lagi sebagai tempat tujuan kami untuk menjual tanah perkebunan Luhan", ucap Blanco.

"Yah, baiklah...", kata pengusaha estate kemudian mengeluarkan ponsel miliknya dari saku pakaiannya.

Pria dengan penutup kain di sebagian wajahnya lalu menelpon seseorang.

"Hallo, Hansa !" sapanya.

Terdengar suara seseorang menjawab dari arah ponsel miliknya.

"Ya, hallo, ada apa menelponku ?" sahut suara itu.

"Kau dimana sekarang ?" tanya pengusaha estate.

"Masih di kawasan Ayser Estate, tak jauh dari rumah, memangnya kenapa kau menelponku ?" sahut suara dari balik telepon.

"Tolong datang ke ruangan tamu karena ada orang dari luar kota menawarkan tanah perkebunannya kepadaku untuk kubeli", ucap pengusaha estate.

"Menjual tanah perkebunan ?" sahut suara itu.

"Yah, benar", kata pengusaha estate.

"Dan kau berminat membelinya atau tidak ?" tanya suara tersebut.

"Datanglah ke sini secepatnya ! Dan jangan banyak bertanya, kau mengerti itu, Hansa !" sahut pengusaha estate tegas lalu menutup panggilan teleponnya.

Blanco sedari mengawasi gerak gerik dari pengusaha estate sejak pria misterius itu menelpon seseorang, sepertinya pengusaha itu memiliki pengaruh besar yang tak seorangpun berani menentang dirinya.

Namun Blanco telah terlanjur datang ke Asyer Estate dan bertemu pengusaha estate itu disini bahkan Blanco telah menawarkan tanah perkebunan Luhan pada pria misterius dan aneh itu, mana mungkin dia akan mundur sekarang karena tujuan dia adalah menjual tanah miliknya kepada pengusaha terkenal itu.

1
Andina Spencer
damn i love you...
Andina Spencer
romantic always...
Andina Spencer
not bad...
Andina Spencer
up...
Bianca Nadia
dia juga bisa dansa
Bianca Nadia
jadi keinget sama film runway bride
Bianca Nadia
semangat amrita
Bianca Nadia
lanjut....
Bianca Nadia
misteri dibalik topeng
Bianca Nadia
semangat pagi thor
Bianca Nadia
pergi ke ibukota mencari harapan
Bianca Nadia
seru nih bakalan ceritanya 🍒
Tamara Black
lanjut...
Andina Spencer
goes 💪
Andina Spencer
something stupid that i love you /Rose/
Andina Spencer
romantic
Andina Spencer
bungalow nice
Andina Spencer
honeymoon goes
Andina Spencer
the end of the end
Andina Spencer
not to bad
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!