NovelToon NovelToon
Perjodohan Masa SMA

Perjodohan Masa SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Tunangan Sejak Bayi / Dijodohkan Orang Tua / Pihak Ketiga / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

Dijodohkan? Kedengarannya kayak cerita jaman kerajaan dulu. Di tahun yang sudah berbeda ini, masih ada aja orang tua yang mikir jodoh-jodohan itu ide bagus? Bener-bener di luar nalar, apalagi buat dua orang yang bahkan gak saling kenal kayak El dan Alvyna.

Elvario Kael Reynard — cowok paling terkenal di SMA Bintara. Badboy, stylish, dan punya pesona yang bikin cewek-cewek sampai bikin fanbase gak resmi. Tapi hidupnya yang bebas dan santai itu langsung kejungkal waktu orang tuanya nge-drop bomb: dia harus menikah sama cewek pilihan mereka.

Dan cewek itu adalah Alvyna Rae Damaris — siswi cuek yang lebih suka diem di pojokan kelas sambil dengerin musik dari pada ngurusin drama sekolah. Meskipun dingin dan kelihatan jutek, bukan berarti Alvyna gak punya penggemar. Banyak juga cowok yang berani nembak dia, tapi jawabannya? Dingin banget.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Dibalik Sikap Dinginnya

Taman luas di belakang rumah sakit itu menjadi saksi bisu dari tangis sunyi seorang Alvyna Rae Damaris. Sudah hampir satu jam gadis itu duduk terpaku di bangku taman, ditemani oleh air mata yang terus mengalir tanpa henti dari matanya yang sembab. Setiap kali ia mengusap wajahnya, bulir-bulir bening itu justru semakin deras mengalir, seolah-olah menolak untuk berhenti.

Hari sudah nyaris berganti malam, tapi Alvyna belum juga bergeming dari tempatnya.

Bukan, tangisnya bukan karena ibunya belum sadarkan diri atau tidak bisa diselamatkan. Bukan, justru beberapa jam lalu, saat dokter mengizinkannya masuk ke ruang rawat untuk bertemu sang mama yang sudah siuman, Alvyna dibuat terdiam oleh permintaan yang begitu tak terduga dan itu disampaikan langsung oleh mamanya di hadapan El dan kedua orang tua mereka.

“Kayaknya kondisi mama makin hari makin lemah, Al Boleh mama minta satu hal sama kamu? Mama pengen banget lihat kamu sama El menikah, mumpung mama masih dikasih waktu sama Tuhan. Menikahlah sama El, secepatnya ya sayang. Mama cuma takut gak sempat lihat hari bahagia kalian. Kamu mau nurutin permintaan mama kan?”

“El kamu bersedia nikah sama putri tante?”

Kalimat itu terus terngiang di kepala Alvyna seperti rekaman yang diputar ulang. Dan yang paling mengejutkan? Jawaban El yang terdengar tanpa ragu. “Siap tante. Kalau itu bisa bantu memperbaiki kondisi tante, makin cepat malah makin baik.”

Alvyna sampai tercengang. Siap? Sungguh? Padahal mereka masih duduk di bangku sekolah! Rencana pernikahan yang awalnya sebulan lagi saja sudah terasa terlalu cepat bagi Alvyna, apalagi kalau harus dipercepat. Mereka berdua bahkan masih punya pasangan masing-masing. Bagaimana jadinya kalau benar-benar harus menikah? Kepala Alvyna serasa mau meledak memikirkan semuanya.

Bagi Alvyna, pernikahan bukan hal yang bisa dianggap enteng. Ia percaya bahwa pernikahan hanya sekali seumur hidup, dan di usianya yang baru 17 tahun, kata ‘menikah’ belum pernah masuk ke dalam daftar rencana hidupnya setidaknya belum sampai ia mapan dan mandiri. Bayangan akan pernikahan dini membuat hatinya semakin berat, terlebih jika mengingat kegagalan pernikahan mamanya dulu.

Ya, dua tahun lalu saat ia baru masuk SMA, ayahnya pulang membawa seorang perempuan dan anak gadis seusianya calon istri kedua dan calon saudara tiri. Seketika itu juga mamanya mengalami serangan jantung ringan karena syok. Ayahnya, sosok yang selama ini terlihat sempurna, ternyata diam-diam melakukan poligami.

Tak perlu ditanya mamanya langsung meminta cerai. Pertengkaran besar sempat terjadi. Papa tidak mau menceraikan, tapi mama tetap bersikeras menggugat. Saat itu dunia Alvyna runtuh. Andai bisa memilih, Alvyna lebih baik tidak dilahirkan dari pada harus menyaksikan keluarganya hancur. Sejak saat itu Alvyna berubah. Ia menjadi pribadi tertutup, menjaga jarak, bahkan tak pernah lagi percaya dengan kata ‘teman’ ataupun ‘pacar’. Bahkan kepada pacarnya pun ia tak berani menaruh hati sepenuhnya.

“Lama-lama duduk di sini nunggu pagi sekalian?”

Suara yang tiba-tiba terdengar membuat Alvyna reflek menoleh cepat. Di sampingnya, tanpa ia sadari El sudah duduk.

“Ngapain lo di sini?” tukas Alvyna ketus, langsung menggeser tubuh menjauh.

“Gitu banget sama calon suami sendiri? Dosa loh,” balas El santai tanpa menoleh.

“Ogah gue nikah sama lo! Minimal”

“Minimal apa? Minimal ganteng? Masa sih?Menurut lo, bagian mana yang kurang ganteng?” sela El cepat mendekatkan wajahnya. Alvyna sontak menjauh, meski matanya masih sempat menangkap jelas detail wajah cowok itu.

Dan ya sialnya, wajah El memang kelewat tampan. Alis tebal, mata hitam tajam, hidung mancung, bibir merah muda alami, garis rahang tegas, sampai jakunnya yang naik-turun ketika menelan ludah semuanya seolah menggoda Alvyna untuk khilaf.

“Dosa banget bisa seganteng ini!” gerutu Alvyna dalam hati.

Tapi ternyata, El juga tak kalah terpana. Bola mata hazel Alvyna yang jernih dan menenangkan sukses membuat El terdiam. Bahkan ia merasa hampir lupa caranya bernapas hanya karena menatap mata gadis itu.

“Ck gue beneran kayak lupa dunia tiap lihat matanya,” gumam El dalam hati.

Beberapa menit mereka hanya saling menatap diam, hingga suara deheman memecah momen itu.

“Ehem”

Keduanya langsung refleks menoleh ke samping, mendapati Manda mama El sudah berdiri sambil tersenyum lebar. Alvyna dan El sontak menjaga jarak, ekspresi mereka panik campur malu.

Manda terkekeh pelan. “Gak usah langsung menjauh gitu dong mama gak masalah kok kalian deketan. Mama cuma mau bilang, mama sama papa mau cari makan dulu. Kalian gantian ya jagain.”

Alvyna segera berdiri. “Iya ma eh,m tante, silakan maaf jadi kelamaan duduk di sini.”

“Gak papa. Tapi panggilnya ‘mama’ dong, bentar lagi kan jadi mama kamu juga,” celetuk Manda santai.

Alvyna hampir tersedak, gugup menyahut, “I-iya ma…”

Manda hanya terkekeh puas. “Gitu dong enak.”

Lalu ia menoleh lagi. “Kamu mau dibawain makanan atau mau ikut nanti, Al?”

Alvyna menggeleng cepat. “Enggak ma. Nanti Alvyna nyusul aja ke kantin.”

“Kalau kamu Mas?” tanya Manda ke El.

“Ikut mama sekalian atau mau bareng Alvyna nanti?”

El mengangguk santai. “Nanti aja ma. Sekalian beli rokok juga.”

Manda mendecak. “Gak usah sering-sering ngerokok Mas! Ra kasih tau tuh calon suami kamu bandel banget, sehari bisa tiga bungkus!”

Belum sempat Alvyna merespon, El sudah menyahut lebih dulu. “Tenang Ma. Kalau udah punya istri, insyaAllah mengurangi soalnya udah ada yang lain buat dicium.”

Alvyna spontan melotot sementara El cuma nyengir puas. Manda hanya menggeleng gemas sebelum berlalu. “Mama ke kantin dulu ya.”

Setelah Manda menghilang dari pandangan, Alvyna langsung berlari kecil meninggalkan taman tanpa sepatah kata. El hanya menaikkan alis, lalu menghela napas dan ikut melangkah pergi sambil tersenyum geli melihat tingkah calon istrinya yang satu itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!