Shanum disiksa sampai matii oleh dua kakak tirinya. Sejak ibunya meninggal, dia memang diperlakukan dengan sangat tidak baik di rumah ayahnya yang membawa mantan kekasihnya dan anak haramnya itu.
Terlahir kembali ke waktu dia masih SMA, ketika ibunya baru satu tahun meninggal. Shanum bangkit, dia sudah akan membiarkan dirinya dilukai oleh siapapun lagi. Dia bukan lagi seorang gadis yang lemah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Uang bisa membeli segalanya
Menyadari Shanum sama sekali tidak merasa takut, salah seorang dari 5 siswa yang memang sudah dibayar oleh Diana itu melempar Shanum dengan sesuatu dari arah belakang.
Shanum merasa ada yang melemparnya dengan sesuatu yang memang tidak terjatuh dari rambutnya. Shanum segera berbalik.
Ke lima siswa itu tampak terkekeh.
"Siapa yang melempar?" tanya Shanum.
"Kayak ada yang ngomong ya" ucap salah satu dari ke lima orang itu.
Dia sengaja bicara seperti itu, dengan tujuan menganggap Shanum tidak ada. Dia mengejeknya.
Shanum terkekeh pelan. Kebetulan sekali, saat dia menoleh ke arah samping, dia melihat ada sebuah sapu lantai bergagang kayu.
"Aku beri kalian satu kesempatan lagi! katakan siapa yang melempar?" tanya Shanum dengan suara yang kian meninggi.
Tapi bukannya menjawab pertanyaan Shanum. Ke lima orang itu semakin keras tertawa.
"Ha ha ha, anak cengeng berani berteriak sekarang ya! ha ha ha!"
Shanum kehabisan kesabaran, dia sudah bertanya dua kali. Dia meraih gagang sapu itu dan menjadikan satu orang yang jaraknya paling dekat dengannya sebagai targetnya.
Dia adalah penyandang dana nomor satu di yayasan sekolah ini. Seharusnya dia memanfaatkan hal ini sejak dulu, dan tidak menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran orang-orang yang ingin merendahkannya dan mengerjainya.
Bagh
Bugh
"Hei, apa yang kamu lakukan?"
"Hei, kurang ajar aughk!"
Bagh
Bugh
Shanum memukul pemuda di dekatnya itu dengan sangat kencang.
"Katakan padaku siapa yang melemparkannya?" tanya Shanum lagi.
"Agkhhh, Dodi!"
Shanum segera berhenti memukul pemuda itu ketika dia menyebutkan nama salah satunya.
Shanum merapikan rambut yang menutup keningnya ke arah belakang.
Tatapannya yang tajam langsung tertuju pada Dodi.
"Berapa kalian di bayar?" hanya Shanum.
Pemuda yang sudah kesakitan karena di pukuli sapu lelah Shanum menjawab.
"Satu juta!"
"Oke, aku beri kalian masing-masing 5 juta. Kunyah sebanyak mungkin permen karet, lalu lemparkan ke rambut Dodi!" kata Shanum.
"Heh, apa yang kamu katakan!" kata Dodi yang merasa tatapan teman-temannya malah mengerikan ke arahnya.
"Aku hitung sampai tiga! tawaran ini tidak akan lagi berlaku. Satu... dua..."
"Aku lakukan!" kata Roy, yang berada di sebelah Dodi.
Mata Dodi melebar.
"Hei, apa-apaan kalian!"
"Hei"
"Sorry bro, lima juta itu banyak bro!"
Mata Dodi membelalak lebar. Ketika ke empat temannya bahkan meraih permen karet dari saku mereka, mengupas bungkusannya dan mengunyah dengan cepat.
"Berikan ponselmu! kalian bagi sendiri!" kata Shanum yang langsung mengirimkan uang yang dia janjikan.
Ke empat orang itu, langsung menempelkan semua permen karet yang mereka makan pada Dodi. Satu orang bahkan mengunci pergerakan Dodi sampai tidak baja bergerak. Rambutnya sungguh penuh dengan permen karet.
"Lepaskan aku! woi kalian ini teman siapa sebenarnya?"
Mendengar Dodi berteriak. Shanum hanya terkekeh. Dia bahkan merekam kejadian itu di ponselnya.
"Mulai sekarang! jika kelain berani menggangu ku. Aku akan balas kalian berkali-kali lipat. Video ini, juga akan aku serahkan ke guru BK! paham?" tanya Shanum dengan nada tinggi.
Mereka semua terdiam, mereka tercengang. Bagaimana Shanum bisa jadi seperti itu.
"Kalian brengsekkk! awas kalian! aku adukan pada ayahku!" teriak Dodi yang berlari meninggalkan tempat itu dengan marah.
Shanum hanya terkekeh pelan mendengar itu dari kejauhan.
'Di depan uang, jangankan teman. Keluarga akan membunuhmu!' batinnya.
Shanum pergi ke toilet perempuan, Shanum berdecak kesal. Rambutnya ada permen karet. Itu menyebalkan, dia harus mengguntingnya sepertinya.
Namun di luar dugaannya, Regina yang memang sudah sejak awal melihat semua itu. Mendatangi Shanum membawa sebotol kecil selai kacang. Tadinya dia mau membantu Shanum, tapi melihat Shanum mengatasi masalahnya sendiri seperti itu. Dia hanya melihat saja dari jauh.
"Tak perlu di gunting, aku akan membantumu!" kata Regina.
"Terimakasih nyonya, maksudku Bu Regina!"
**
Sementara itu di dalam kelas, Diana yang memang sudah masuk pagi ini. Dan sudah menyiapkan beberapa rencana jahatnya untuk Shanum. Terlihat sedang berbicara besar pada Firda.
"Kamu tenang saja, aku sudah balaskan kekesalan mu pada si Upik abu itu. Lihat saja, dia akan datang dengan rambut acak-acakan. Aku sudah suruh seseorang menempelkan permen karet di rambutnya. Rambutnya akan sangat lengket. Dia harus mengguntingnya. Dan rambut panjangnya itu akan menjadi sangat pendek. Lihat saja, dia akan terlihat sangat berantakan, menyedihkan!" kata Diana pada Firda.
"Ha ha ha"
Ketiga teman satu geng Diana itu tertawa sangat puas. Mereka sangat percaya pada Diana. Dan mereka memang sudah membayangkan, bagaimana Shanum saat masuk kelas nanti. Dia akan memilih rambutnya dengan permen karet lengket dan bau itu. Atau memilih menggunting rambutnya acak-acakan. Keduanya akan sangat terlihat menyenangkan bagi mereka.
"Dan si Upik abu itu pasti akan masuk kelas dengan mata merah, habis menangis. ha ha ha" tambah Jeni.
"Iya, dia akan menjadi Upik abu yang bodohh dan cengeng ha ha ha" Santi tertawa sangat puas sambil mengejek.
Diana juga tersenyum menyeringai, dia merasa sangat yakin. Kalau Shanum akan dikerjai habis-habisan oleh orang-orang yang sudah dia bayar.
"Ramai sekali!" ucap Shanum begitu masuk kelas.
Lusi yang melihat Shanum baik-baik saja. Segera menghampiri Shanum.
"Shanum, kamu..."
Shanum melihat ke arah Lusi.
"Iya, ada apa?" tanya Shanum pelan sambil berjalan ke arah tempat duduknya.
Diana yang melihat Shanum baik-baik saja merasa sangat kesal. Firda dan kedua temannya yang lain juga. Mereka langsung berbalik dan menatap Diana penuh tanya.
"Katamu..." ucapan Firda terjeda,
Dia mendengus kesal dan menghubungi orang-orang yang dia bayar tadi.
"Siall! mereka tidak menjawab telepon!" keluh Diana.
"Jangan-jangan mereka kabur bawa uang itu dan tidak mengerjakan apa yang kamu suruh. Huh, menyebalkan!" kata Firda kesal.
Lusi menceritakan apa yang dia dengar dari Diana dan teman-temannya itu dengan suara pelan.
"Begitu, katanya kamu akan datang dengan keadaan yang sangat menyedihkan!" kata Lusi pelan.
Shanum terkekeh. Dia segera menoleh ke arah Diana.
"Kalau membayar orang, jangan terlalu pelit. Kamu bayar mereka satu juta, aku bayar mereka 5 juta. Kira-kira mereka akan menurut pada siapa?" tanya Shanum yang bicara sangat lantang di depan semua orang di kelasnya.
Siswa yang lain langsung tercengang. Sepertinya Shanum memang bukan Upik abu seperti yang selalu dikatakan Diana. Buktinya dia membayar lebih banyak.
"Eh yang kaya sebenarnya siapa sih?" tanya salah satu siswa di sana.
"Katanya Diana, tapi kok kayaknya uangnya banyakan Shanum?"
"Diam!" pekik Diana kesal, sedangkan Shanum tersenyum puas.
'Ini belum seberapa Diana! kamu selalu mengaku kamu yang kaya raya, kamu adalah putri keluarga Megantara. Lihat saja! sampai kapan kamu bisa menyombongkan semua itu!' batin Shanum.
***
Bersambung...