Tawanan Dua Mafia

Celine memukul kepala pria yang sudah bersikap kurang ajar kepadanya dengan menggunakan botol anggur yang ada dihadapannya. Seketika ruangan itu berubah hening. Lampu yang semula terlihat gemerlap kini menjadi terang benderang menerangi ruangan yang dipenuhi para mafia tersebut.

Pria itu memegang kepalanya yang berdarah dan tertawa menghina. "Jalang sialan! Beraninya kau melukaiku. Kau tidak tahu siapa aku?"

Celine menatap tajam ke arah pria di depannya. Dia memperhatikan keadaan sekitar. Kini dia benar-benar menjadi pusat perhatian sesuai dengan apa yang direncanakannya. Bedanya Celine tidak berencana untuk membuat keributan di sana. Tadinya Celine berpikir dia akan menari di lantai dansa dan membuat Jason marah. Tapi kini justru dia menjadi tontonan semua orang.

Pria itu melangkah maju mendekati Celine. Celine hanya diam sambil memegang erat botol di tangannya. Hanya itu senjata yang dia miliki. Saat pria itu semakin dekat, Celine memutar tubuhnya dan mendaratkan sebuah tendangan di perut pria itu membuatnya terjungkal ke belakang. Runcingnya high heels setinggi 11 cm yang dikenakan Celine berhasil menjadi senjata tambahan wanita itu malam ini.

Bersamaan dengan itu, segerombolan pria bersenjata menodongkan senjata ke arah Celine. Celine mulai kebingungan. Rasanya dia ingin menangis saja. "Kau dalam masalah Celine. Sepertinya rencanamu kali ini gagal lagi," umpat Celine di dalam hati.

Pria itu kembali berdiri. Dia tertawa meledek ke arah Celine. "Apa sekarang kau mulai menyerah dan ingin menangis, Jalang sialan!" umpat pria itu sambil memegang kepalanya yang berdarah.

Celine menendang tangan pria di dekatnya hingga membuat senjata api itu terpental. Dia melompat dan merebut senjata pria itu. Dengan tatapan membunuh Celine menembak satu persatu musuh di depannya. Dia menendang meja di dekatnya untuk menghalangi musuh yang mengejar.

"Tangkap wanita itu!" teriak seorang pria yang menjadi pemimpin geng di sana dengan penuh emosi.

Celine tersadar dan segera melepas pistolnya hingga jatuh ke lantai. Dia sendiri masih tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dia lakukan. Kenapa dia bisa sehebat itu? Dari mana dia mendapatkan trik bela diri selincah itu. Kini Celine melamun tanpa mempedulikan nyawanya yang berada dalam bahaya.

Jason menarik pinggang Celine dan pria itu menembak ke depan. Ben dan anak buah Ben juga muncul dan menodongkan senjata mereka.

"Berhenti!" Seorang pria berusaha menahan anggotanya. Dia memandang ke arah Jason. "Tuan, siapa wanita ini?"

"Dia istri saya," jawab Jason hingga membuat semua pria bersenjata yang ingin mencelakai Celine ketakutan. Mereka berlutut ketakutan di depan Celine. Bagaimana mungkin mereka berani menyentuh istri seorang pria yang paling berkuasa di Sisilia?

Celine masih melamun memikirkan apa yang terjadi. Dia tahu kalau kini Jason ada di dekatnya. Tapi, wanita itu tidak fokus lagi.

Ben melirik penampilan Celine. Pria itu menepuk kepalanya. "Nona, anda memancing mereka semua. Apa anda sadar dengan penampilan anda sekarang?" umpat Ben di dalam hati.

Jason melepas jasnya dia segera mengangkat tubuh Celine meletakkannya di bahu kiri sebelum menutup paha Celine yang mulus dengan jasnya. Ben melirik tajam ke arah pria-pria yang sudah tergeletak tidak bernyawa. Dia segera mengikuti Jason bersama dengan anak buahnya yang lain.

"Turunkan aku." Celine kembali sadar. Dia berontak dan terus berteriak.

Jason menurunkan Celine dan menatap wanita itu dengan wajah yang sedih. Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menaklukkan Celine. Sejauh ini Jason sudah cukup sabar menghadapinya. Tapi, apa yang direncanakan Celine selalu di luar akal sehat.

"Celine, sebenarnya apa yang kau inginkan? Kenapa kau tidak tidur di rumah? Kenapa harus datang ke sini? Apa kau tahu, betapa berbahayanya tempat ini? Tempat ini tidak cocok untuk wanita sepertimu." Jason mengusap pipi Celine.

Kedua mata Celine berkaca-kaca. Dia memegang tangan Jason dan menghempaskannya. "Aku membencimu, Jason. Sangat membencimu. Apa kau tahu kenapa aku melakukan semua ini? Aku ingin kau marah padaku dan membatalkan pernikahan kita. Aku tidak mau menikah dengan pria kejam sepertimu. Tadinya aku berpikir aku akan mengikutimu ke sini untuk membuatmu marah. Tapi pria bajingan itu menyentuhku dengan sesuka hatinya." Celine mengeluarkan semua yang tersimpan di dalam hatinya.

"Kau mau aku menghabisinya?"

"Cukup, Jason." Celine berteriak hingga suaranya serak. Air mata mulai mengalir di pipinya. "Kenapa kau tidak bersikap seperti ini saat pertama kali kita bertemu? Kenapa kau tidak mau menyayangiku saat kita sudah bertunangan? Kenapa kau tidak pernah melirikku saat aku duduk di dekatmu? Kau menyiksaku dan membuatku sakit hati, Jason.

Aku membencimu. Kau membuatku kecewa. Kau membuatku takut. Tapi sekarang kau berubah menjadi seperti ini. Kau terus saja mengalah. Kau ini kenapa? Kenapa kau tiba-tiba berubah." Celine menarik kemeja Jason dengan penuh emosi. "Katakan padaku, kenapa kau memaksaku menjadi istrimu? Aku tidak mau menikah dengan pria kejam sepertimu. Aku membencimu, Jason!" Celine berteriak dengan sekuat-kuatnya.

"Celine, tenanglah. Kau bisa sakit jika seperti ini. Apa yang harus aku lakukan agar kau percaya padaku kalau aku sudah benar-benar berubah? Aku tidak sedang mempermainkan perasaanmu. Aku melakukan semua ini karena aku mencintaimu." Jason berusaha menjelaskan apa yang terjadi.

Celine memalingkan wajahnya. Dia mengepal kuat tangannya. Dia benar-benar kalut sampai tidak tahu harus bagaimana sekarang. Emosinya sangat tidak terkendali.

"Aku mau kau berlutut dihadapanku dan katakan kalau kau benar-benar mencintaiku."

Ben dan seluruh anak buah Jason saling memandang satu sama lain. Bukan hanya mereka yang menyaksikan. Semua rekan-rekan bisnis Jason bisa melihat pria itu berlutut. Harga diri Jason akan benar-benar hilang jika pria itu sampai melakukannya.

Jason memejamkan matanya sejenak. Pria itu berlutut dengan satu kaki ditekuk tepat di depan Celine. Bersamaan dengan itu, Ben dan seluruh anak buah Jason ikut berlutut. Celine menangis sejadi-jadinya. Wanita itu berjongkok di depan Jason dan memeluknya. "Maafkan aku. Maafkan aku."

"Aku mencintaimu, Celine," ucap Jason dengan tulus.

Celine mengangguk. "Aku percaya padamu. Maafkan aku." Wanita itu kembali memeluk Jason.

Jason memejamkan matanya. Dia sendiri tidak menyangka akan sampai sebesar ini cintanya terhadap Celine. Sampai-sampai dia rela melakukan apapun yang diminta oleh Celine. "Maafkan aku karena pernah menyakitimu."

Dari kejauhan, Aberzio memandang ke arah Jason sebelum memalingkan wajahnya. Pria itu berjalan pergi setelahnya. Strike menghela napas kasar sebelum mengikuti Aberzio dari belakang. Mereka bisa melihat jelas saat seorang Jason Lionidas berlutut di depan seorang wanita.

Pemandangan yang sama pernah dilakukan oleh Aberzio saat pria itu harus membujuk Helenanya. Sayangnya saat itu Aberzio maupun Strike tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang sudah berhasil menundukkan seorang Jason Lionidas. Jarak mereka juga cukup jauh saat itu.

Aberzio tersenyum sebelum masuk ke dalam mobil. "Wanita itu mengingatkanku padamu, Helena."