NovelToon NovelToon
Kusebut Namamu Dalam Doaku

Kusebut Namamu Dalam Doaku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Janda / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Pelakor jahat
Popularitas:13.4k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dipengaruhi Dari Orang Jahat

Ahmad perlahan membuka matanya, menatap langit-langit ruangan yang serba putih. Ia merasa lelah dan sakit, tetapi ia bersyukur karena masih hidup. Ia melihat Mutia duduk di samping ranjangnya, wajahnya terlihat lega bercampur haru.

"Ayah..." panggil Mutia, suaranya bergetar. "Ayah sudah sadar."

Ahmad tersenyum lemah, mengangguk pelan. "Aku baik-baik saja, Nak," ucapnya, suaranya serak. "Jangan khawatir."

Mutia menangis haru, ia merasa lega bukan main karena ayahnya sudah sadar. Ia menggenggam tangan ayahnya erat, tidak ingin melepaskannya.

"Aku sangat khawatir, Ayah," isak Mutia, air matanya mengalir deras. "Aku takut kehilangan Ayah."

Ahmad mengusap pipi Mutia dengan lembut, mencoba menenangkannya. Ia tahu bahwa putrinya sangat mencintainya, dan ia merasa beruntung memiliki putri seperti Mutia.

"Aku tidak akan pergi, Nak," ucap Ahmad, suaranya lembut. "Aku akan selalu ada di sini untukmu."

Mutia mengangguk, menyeka air matanya. Ia merasa lega mendengar ucapan ayahnya, tetapi ia masih merasa khawatir dengan Lestari. Ia takut Lestari akan kembali, dan ia takut Lestari akan menyakiti ayahnya lagi.

"Kita harus menangkap Lestari, Ayah," ucap Mutia, suaranya tegas. "Kita tidak boleh membiarkan dia lolos begitu saja."

Ahmad mengangguk setuju, ia juga ingin Lestari ditangkap dan dihukum atas perbuatannya. Ia tidak ingin Lestari menyakiti orang lain lagi.

"Kita akan bekerja sama dengan polisi, Nak," ucap Ahmad, suaranya penuh tekad. "Kita akan menangkapnya, dan kita akan membuatnya membayar atas semua kejahatannya."

Mutia merasa lega mendengar ucapan ayahnya. Ia tahu bahwa ia tidak sendirian, ia memiliki keluarga yang akan selalu melindunginya. Bersama-sama, mereka akan menghadapi Lestari dan menghentikan kejahatannya.

Sementara itu, di tempat persembunyiannya, Lestari tertawa sinis. Ia tidak peduli dengan kegagalan rencananya, ia akan terus berusaha untuk membalas dendam pada Mutia. Ia merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kembali kebahagiaannya.

"Kalian tidak akan bisa menghentikanku," gumam Lestari, matanya berkilat liar. "Aku akan menghancurkan hidup Mutia, dan tidak ada yang bisa menghentikanku."

****

Sutirah, ibu Zulfikar, merasa geram dan kesal karena putranya dijebloskan ke penjara sendirian, sementara Lestari bebas berkeliaran. Hatinya dipenuhi amarah dan ketidakadilan. Suatu hari, saat ia sedang berjalan di pasar, ia tak sengaja bertemu dengan Lestari.

"Lestari!" seru Sutirah, matanya berkilat marah. "Kamu yang menyebabkan anakku dipenjara! Kamu harus bertanggung jawab!"

Lestari menatap Sutirah dengan tatapan sinis, tetapi kemudian mengubah ekspresinya menjadi sedih dan penuh penyesalan. Ia mendekati Sutirah, mencoba memanipulasi wanita tua itu dengan kata-kata manisnya.

"Ibu Sutirah, saya minta maaf," ucap Lestari, suaranya bergetar. "Saya sangat menyesal atas apa yang terjadi. Tapi percayalah, saya tidak punya pilihan lain."

"Tidak punya pilihan lain?" bentak Sutirah, tidak percaya dengan kata-kata Lestari. "Kamu yang menyebabkan semua ini! Kamu yang membuat anakku menderita!"

Lestari menggelengkan kepalanya, air matanya mulai mengalir. "Tidak, Ibu Sutirah," ucapnya, suaranya lirih. "Mutia yang bersalah. Dia yang menyebabkan semua masalah ini."

"Mutia?" tanya Sutirah, mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"

Lestari mulai menceritakan kebohongan-kebohongan tentang Mutia, memutarbalikkan fakta dan menyalahkan Mutia atas semua kejadian buruk yang menimpa mereka. Ia mengatakan bahwa Mutia adalah wanita licik yang hanya ingin memanfaatkan Zulfikar dan Dito.

"Mutia adalah wanita jahat, Ibu Sutirah," ucap Lestari, suaranya penuh kebencian. "Dia menghancurkan hidup anakmu. Dia harus membayar atas perbuatannya."

Sutirah, yang memang memiliki kebencian terhadap Mutia, mudah terhasut oleh kata-kata Lestari. Ia percaya dengan semua kebohongan Lestari, dan amarahnya terhadap Mutia semakin memuncak.

"Wanita itu memang jahat!" seru Sutirah, matanya berkilat marah. "Dia harus dihukum!"

Lestari tersenyum sinis, merasa puas karena berhasil memanipulasi Sutirah. Ia tahu bahwa Sutirah akan menjadi sekutunya dalam membalas dendam pada Mutia.

"Kita akan membuat Mutia menderita, Ibu Sutirah," ucap Lestari, suaranya penuh dendam. "Kita akan merebut segalanya darinya."

Sutirah mengangguk setuju, ia bertekad untuk membantu Lestari menghancurkan hidup Mutia. Ia tidak peduli dengan konsekuensi yang akan ia hadapi, ia hanya ingin membalas dendam atas penderitaan putranya.

****

Sutirah datang ke rumah sakit dengan wajah merah padam, amarahnya meluap-luap. Ia langsung menuju ruang inap Ahmad, di mana Mutia sedang menjaga ayahnya yang masih lemah. Tanpa basa-basi, Sutirah melampiaskan kemarahannya pada Mutia.

"Kamu!" teriak Sutirah, menunjuk Mutia dengan jari gemetar. "Kamu harus membayar atas apa yang kamu lakukan pada anakku!"

Mutia terkejut dengan kedatangan Sutirah yang tiba-tiba. Ia menatap mantan mertuanya dengan bingung dan marah. "Apa maksud Ibu?" tanya Mutia, suaranya bergetar. "Apa yang sudah saya lakukan pada Zulfikar?"

"Kamu menghancurkan hidupnya!" bentak Sutirah, air matanya tumpah. "Kamu merebutnya dari Lestari! Sekarang dia dipenjara sendirian!"

Mutia menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan tuduhan Sutirah. "Saya tidak melakukan apa pun, Ibu," ucap Mutia, suaranya lirih. "Lestari yang bersalah. Dia yang menyakiti keluarga saya."

"Jangan berbohong!" teriak Sutirah, matanya berkilat marah. "Kamu wanita licik! Kamu hanya ingin memanfaatkan anakku!"

Mutia merasa geram dengan tuduhan Sutirah. Ia tidak mengerti mengapa mantan mertuanya begitu membencinya. "Saya tidak mengerti apa yang Ibu bicarakan," ucap Mutia, suaranya meninggi. "Saya tidak pernah menyakiti Zulfikar atau Lestari."

"Kamu merebut Zulfikar dari Lestari!" ulang Sutirah, suaranya melengking. "Kamu menghancurkan rumah tangga mereka!"

"Itu tidak benar!" teriak Mutia, air matanya mulai mengalir. "Zulfikar yang meninggalkan saya! Dia yang memilih Lestari!"

"Kamu yang mempengaruhinya!" bentak Sutirah, tidak mau kalah. "Kamu wanita jahat! Kamu harus membayar atas semua ini!"

Mutia merasa putus asa, ia tidak tahu bagaimana cara meyakinkan Sutirah. Ia tahu bahwa mantan mertuanya telah dibutakan oleh kebencian, dan tidak akan mendengarkan penjelasannya.

"Ibu salah," ucap Mutia, suaranya bergetar. "Saya tidak pernah menyakiti Zulfikar atau Lestari. Saya hanya ingin hidup tenang bersama anak-anak saya."

Kamu tidak akan pernah tenang!" teriak Sutirah, matanya berkilat liar. "Aku akan membuatmu menderita seperti anakku menderita!"

Sutirah meninggalkan ruangan dengan marah, meninggalkan Mutia yang menangis tersedu-sedu. Mutia merasa takut dengan ancaman Sutirah, tetapi ia juga merasa marah. Ia tidak akan membiarkan Sutirah menyakitinya lagi.

****

Lestari kembali menyamar sebagai suster, menyelinap ke ruang perawatan Leha. Tujuannya kali ini adalah menyuntikkan obat berbahaya, mengakhiri nyawa wanita yang menjadi penghalang dendamnya. Dengan langkah hati-hati, ia mendekati ranjang Leha.

Belum sempat Lestari menyuntikkan obat, Dito tiba-tiba muncul. Mata Lestari membelalak, panik menyergapnya. Ia tidak menyangka akan ketahuan. Tanpa pikir panjang, Lestari mendorong Dito, membuat pria itu terhuyung.

"Kamu!" bentak Dito, matanya menyipit marah. "Apa yang kamu lakukan?"

Lestari tidak menjawab, ia segera melarikan diri. Dito mengejarnya, tetapi Lestari terlalu cepat. Ia menghilang di keramaian rumah sakit. Dito mengutuk kesal, ia tahu Lestari tidak akan berhenti.

1
StepMother_Friend
semangat kak
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!