Che Tian, seorang Saint terkuat di alam dewa, kecewa ketika kekasihnya, Yuechan, direbut oleh Taiqing, penguasa alam dewa yang dipilih oleh Leluhur Dao. Merasa dihina, Che Tian menantang Taiqing dan dihukum, diturunkan ke bumi untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Dengan senjata sakti, Mandala Yin Yang dan Kipas Yin Yang, Che Tian membangun kekuatan baru dan mengumpulkan murid-murid yang setia. Dalam perjalanannya, ia menghadapi pengkhianatan dan rahasia alam semesta, sambil memilih apakah akan membalas dendam atau membawa keseimbangan yang lebih besar bagi dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Perpisahan dan Pertemuan Baru
Di bawah langit fajar yang mulai merekah, Che Tian masih duduk dalam meditasi di atas Mandala Yin Yang, dengan Che Jiao yang tertidur lelap dalam gendongannya. Aura ketenangan mengelilinginya, membuat suasana pagi terasa lebih hening dan damai.
Pintu rumah terbuka perlahan, menampakkan sosok Ling Yihan dan Ling’er yang baru saja keluar setelah menghabiskan malam bersama. Mata mereka langsung tertuju pada gurunya, yang tampak begitu tenang dalam kultivasinya.
Mendengar suara langkah mereka, Che Tian membuka matanya perlahan. "Sudah bangun?" tanyanya dengan suara tenang.
Ling Yihan mengangguk, "Ya, guru."
Saat itu juga, Che Jiao terbangun. Mata mungilnya terbuka, dan tiba-tiba di dahinya muncul simbol Yin Yang yang samar—jejak dari energi Che Tian yang tanpa sadar telah diwariskan padanya selama semalaman. Ling’er yang melihat itu terkejut, sementara Che Tian hanya tersenyum tipis.
“Sepertinya dia ditakdirkan untuk berjalan di jalanku,” pikirnya dalam hati.
Mereka berbincang sejenak, sebelum akhirnya Che Tian mengungkapkan niatnya untuk pergi. Kali ini, ia tidak ingin ada yang menghalanginya.
Ling Yihan dan Ling’er saling berpandangan sebelum akhirnya mengangguk dengan berat hati. Mereka tahu, gurunya bukanlah orang yang bisa tinggal di satu tempat terlalu lama.
Che Tian menyerahkan Che Jiao ke dalam pelukan Ling’er. Dengan lembut, ia menyentuh pipi bayi itu dan berkata, "Jagalah dia dengan baik."
Ling’er mengangguk mantap, sementara Che Tian berbalik dan mulai berjalan menjauh, meninggalkan murid-muridnya yang hanya bisa menatap punggungnya yang semakin jauh.
Saat perjalanan menuju kota, angin sepoi-sepoi menyapu jubahnya. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara pertempuran dari kejauhan.
Di balik pepohonan, ia melihat sekelompok orang sedang terkepung oleh beberapa Serigala Malam Hitam, binatang buas yang terkenal karena kecerdasan dan kebrutalannya saat berburu. Para petarung itu bertarung dengan sekuat tenaga, tetapi jumlah mereka tidak cukup untuk menghadapi kawanan serigala tersebut.
Che Tian tetap berdiri di tempatnya, mengamati pertempuran itu dengan tatapan datar. Dengan tenang, ia mengeluarkan Kipas Yin Yang dari balik jubahnya.
Satu ayunan ringan…
Wuush!
Angin tajam berhembus, dan dalam sekejap, seluruh Serigala Malam Hitam roboh tak bernyawa.
Kelompok itu tertegun, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Salah satu dari mereka, seorang pria tua berambut putih, maju ke depan dan bertanya, "Tuan… apakah Anda yang membunuh mereka?"
Che Tian hanya mengangguk ringan.
Melihat itu, kelompok tersebut semakin terkejut. Mereka tahu betapa kuatnya Serigala Malam Hitam, bahkan mereka hampir kehilangan nyawa melawan binatang-binatang itu, namun pria ini membunuhnya hanya dengan satu serangan!
Di antara mereka, seorang gadis cantik dengan mata tajam dan wajah penuh keteguhan melangkah maju. "Tuan, apakah Anda menginginkan balasan atas bantuan ini?" tanyanya dengan suara hati-hati.
Che Tian meliriknya sekilas, lalu menjawab santai, "Aku tidak butuh apa pun. Ambil saja inti monster itu."
Kelompok itu semakin terkejut. Inti monster sekuat Serigala Malam Hitam sangatlah berharga, namun pria ini bahkan tidak tertarik pada mereka.
"Aku hanya ingin tahu kota terdekat," lanjut Che Tian.
Gadis itu tersenyum tipis, "Kami juga menuju ke kota. Jika Anda berkenan, silakan ikut bersama kami."
Che Tian mengangguk setuju, dan mereka pun berjalan bersama.
Di sepanjang perjalanan, Che Tian bertanya mengapa mereka sampai bertarung dengan kawanan serigala buas itu.
Pria tua tadi menghela napas panjang. "Kami membutuhkan inti monster ini untuk menyembuhkan kepala keluarga kami… Ayah dari gadis ini," katanya sambil melirik sang gadis.
Gadis itu mengepalkan tangan. "Sejak Ayah sakit, keluarga kami ditindas oleh pihak lain. Jika Ayah tidak segera sembuh, kami bisa kehilangan segalanya."
Che Tian menatap mereka dalam diam.
"Orang-orang yang ditindas, ya… Sepertinya aku harus membantu mereka," pikirnya dalam hati, sebelum kembali berjalan bersama mereka menuju kota.
---Tamat bab 7---