NovelToon NovelToon
Surat Terakhir Ayah

Surat Terakhir Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir / Penyelamat
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Tegar adalah seorang ayah dari dua anak lelakinya, Anam si sulung yang berusia 10 tahun dan Zayan 6 tahun.

Mereka hidup di tengah kota tapi minim solidaritas antar sekitarnya. Hidup dengan kesederhanaan karena mereka juga bukan dari kalangan berada.

Namun, sebuah peristiwa pilu membawa Tegar terjerat masuk ke dalam masalah besar. Membuat dirinya berubah jadi seorang pesakitan! Hidup terpisah dengan kedua anaknya.

Apakah yang sebenarnya terjadi? Bisakah Anam dan Zayan melalui jalan hidup yang penuh liku ini? Jawabannya ada di 'Surat Terakhir Ayah'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Disuruh berubah

Ria berjalan cepat ke arah rumah Tegar, ah.. Rumah Anam dan Zayan lebih tepatnya. Sejak kemarin, dia belum bisa menjenguk dua bocah malang itu setelah pemakaman Tegar selesai, apalagi kalau bukan karena suaminya yang terlalu mengaturnya itu.

Dengan membawa nasi uduk, teh hangat dan beberapa gorengan, wanita itu seperti sedang dikejar waktu. Dia bahkan sedikit berlari ketika kakinya sudah menapaki halaman kecil rumah yang dia tuju.

"Nam, Za, buka pintunya. Ini bi Ria." Panggil Ria mengetuk pintu.

Tidak ada jawaban. Ria mengerutkan keningnya. Dia ingat, ini masih siang, harusnya mereka ada di rumah kan? Anam belum bisa masuk ke sekolah. Mungkin belum siap dengan keadaannya sekarang, entahlah.. Yang pasti bocah itu sudah dua hari tidak terlihat melewati jalan di dekat rumahnya yang menghubungkan dengan area sekolah dasar tempat Anam menimba ilmu.

Ria melihat ke sekeliling rumah itu, mungkin saja menemukan keberadaan dua bocah yatim piatu itu. Tapi memang ternyata tidak ada siapapun, Ria tidak menemukan Anam maupun Zayan di sekitar rumah.

"Kemana mereka?" Tanyanya pada diri sendiri.

Sambil menunggu kehadiran Anam dan Zayan, Ria menyempatkan diri untuk menyapu halaman rumah kedua bocah itu. Terlihat kotor dengan tumpukan daun dan rumput liar yang tumbuh makin mendekati pintu rumah. Anak-anak seperti mereka mana peduli pada hal seperti itu.

Mungkin sudah satu jam Ria berada di sana, karena tak kunjung bertemu dengan kedua anak itu, Ria memutuskan untuk pulang. Meletakkan makanan di bangku panjang di depan rumah, Ria pun melangkah pergi setelahnya.

Di manakah Anam dan Zayan?

Pagi sekali, kedua bocah itu pergi ke makam ayah mereka. Seusai berkunjung ke makam, mereka memutuskan untuk mencari barang bekas. Meski hati masih sakit dan sedih karena kehilangan Tegar tapi hidup terus berjalan. Jika bukan mereka sendiri yang berusaha, orang lain tak akan peduli. Memang ada bantuan atau santunan dari pihak desa untuk mereka berdua yang dianggap sebagai anak yatim piatu, namun bantuan itu disimpan keduanya. Anam tidak menghitungnya, untuk apa membanggakan uang hasil sumbangan atas meninggalnya bapak mereka? Jika disuruh memilih, dia lebih baik tak punya uang tapi masih bersama Tegar dari pada mendapat uang tapi harus berpisah selamanya dengan orang tua satu-satunya itu.

"Bang, bagi air. Haus."

Zayan ikut serta mulung barang bekas. Dia pun membawa karung sendiri, mencari botol bekas dan barang-barang yang bisa didaur ulang ternyata tidak sulit. Banyak yang sengaja membuangnya berserakan, meski tahu ada tempat sampah. Tapi malah hal itu memudahkan Zayan dan Anam untuk lekas memenuhi karung yang mereka bawa.

"Habisin aja. Abang udah minum banyak tadi."

Seperti biasa, Anam selalu menjadikan dirinya lebih kuat dari yang dia bisa jika berkaitan dengan Zayan. Berbohong dengan mengatakan sudah makan, sudah minum, sudah kenyang, Abang kekenyangan.. Sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Anam saat ini.

Dulu, Zayan akan mudah percaya. Dengan rakus akan dia habiskan apa saja yang ada di depan matanya. Karena abangnya sendiri yang mengatakan kalau dia sudah cukup minum atau makannya, giliran Zayan, itu bagian Zayan. Tapi sekarang, muncul sikap peka pada diri Zayan. Dia tersenyum kecil, menutup botol air yang mereka bawa dari rumah lalu menyenggol pinggang Anam dengan botol itu.

"Minum aja bang. Jangan bilang udah-udah, nanti kalo abang pingsan di sini.. Aku nggak kuat gendong." Celetuk Zayan sambil dibarengi senyuman khasnya.

"Ngapain di gendong. Ditinggal aja." Anam ikut tersenyum lirih mengikuti alur candaan adiknya.

"Kalo ditangkap polisi gimana. Dikira anak gelandangan?" Tanya Zayan penuh selidik.

"Kita cuma nggak punya bapak sama ibu Za. Kita bukan gelandangan. Kita punya rumah untuk pulang, kecuali kalau rumah kita kebakaran. Beda cerita jadinya."

"Hahaha.. Iya ya bang. Masih untung kita punya rumah, lha kalo Lusi? Rumahnya rata sama tanah." Entah apa yang lucu. Dia hanya ingin tertawa. Mungkin menertawakan nasibnya sendiri.

"Udah nggak usah banding-bandingin kita sama Lusi. Mamahnya alumni neraka jahanam. Ada sadis-sadisnya kalau ngomong."

Zayan tertawa lagi. "Iya ya bang, mana sambil melotot gitu matanya. Ya Allah.. Kalau bapak liat pasti--"

Tawa itu hilang. Senyum itu pudar. Zayan kembali ke kenyataan. Bapaknya sudah meninggal.

"Nggak apa-apa?" Tanya Anam menepuk punggung Zayan.

"Nggak apa-apa. Cuma belum terbiasa." Jawab Zayan mengerti kemana arah pembicaraan Anam bermuara.

Wajah letih keduanya terlihat jelas. Terlebih ketika mereka sampai di tempat Abut, engkong-engkong tua pemilik usaha pengepul barang bekas di daerah mereka. Ada tiga tempat yang sama seperti ini, tempat dikumpulkannya barang-barang bekas yang nanti akan dikirim ke pabrik untuk didaur ulang. Dan ketiga tempat itu adalah milik Abut.

"Lo dua orang ke sini sama siapa?"

Tanya Abut pada Anam dan Zayan yang mengantri giliran untuk barang mereka ditimbang, ditukar dengan rupiah. Jelas Abut tidak begitu paham dengan siapa saja yang mengiriminya barang-barang bekas, atau menjualnya seperti ini padanya karena dia jarang mengunjungi tempat usahanya itu.

"Berdua saja pak." Anam yang menjawab.

Barulah Abut mengerti siapa yang sedang diajak bicara, dari salah satu pegawainya yang mungkin adalah mandor di sana. Tugasnya hanya mencatat dan membayarkan upah sesuai barang yang orang-orang jual kepadanya.

"Udah nggak usah antri. Ini, ambil buat lo orang berdua beli makan." Kata Abut mengeluarkan dua lembar uang ratusan ribu kepada Anam dan Zayan. Masing-masing satu orang satu lembar.

"Tapi Engkong, barang mereka sedikit. Itu juga cuma botol bekas sama kardus. Paling nilainya nggak lebih dari lima belas ribu. Itu kebanyakan Kong." Ujar si mandor memberitahu.

"Lo orang punya mulut itu yang kebanyakan cincong! Duit-duit gue. Napa Lo orang yang pusing mikirin sih hah? Mau gue kasih ke siapa, itu urusan gue. Paham Lo?"

Mendapat pembelaan langsung dari bos pengepul, Anam dan Zayan berterimakasih dengan mata berbinar. Kedua bocah itu terlihat sangat senang dan berjalan menjauh menuju kediaman mereka. Pulang.

"Mereka anak-anak dari almarhum Tegar Kong. Narapidana kasus narkoba yang meninggal karena bunuh diri di lapas beberapa hari yang lalu. Mereka hidup sebatang kara, tidak memiliki keluarga lain selain bapaknya yang sekarang sudah meninggal itu."

Rasa simpati Abut muncul ketika mendengar penjelasan pegawainya tentang siapa Anam dan Zayan tadi. Abut langsung mengambil uang dua ratus ribu untuk diberikan kepada Anam dan Zayan.

"Apa mereka setiap hari datang ke sini?" Tanya Abut membuka suara.

"Ya sebelum bapak mereka meninggal. Tapi setelah itu mereka jarang terlihat. Baru sekarang ini mereka muncul lagi. Memang kenapa kong?" Tanya pegawai Abut gantian bertanya.

Alih-alih menjawab, Abut lantas pergi begitu saja.

Sedangkan di jalan, Anam dan Zayan yang berjalan tanpa ada suara dikejutkan dengan kendaraan sepeda motor yang berhenti di samping mereka. Seperti sengaja menghadang atau mungkin menunggu mereka melewati jalanan arah kedua anak itu akan pulang ke rumahnya.

"Ayo naik. Masih jauh kan?" Pinta lelaki itu setelah membuka kaca helmnya.

"Nggak. Terimakasih. Kami bisa jalan kaki! Ayo Za." Tegas Anam langsung menggenggam tangan adiknya.

"Aku hanya berusaha memenuhi permintaan terakhir ayah kalian.." Ujar lelaki itu lantang. Kedua bocah itu terdiam di tempat.

"Ayah kalian memintaku menjaga kalian.. Kalian harus tumbuh dengan baik. Meski tanpa adanya orang tua."

"Menjaga? Kami bukan bayi. Kamu juga bukan siapa-siapa kami. Jadi maaf, kami tidak butuh belas kasihan dari mu atau siapapun." Anam masih saja tidak peduli pada lelaki yang sekarang turun dari motornya. Berdiri di depan mereka.

"Jadilah kuat.. Jadilah orang pintar. Tumbuhlah dengan baik. Angkat derajat orang tua kalian oleh prestasi dan pencapaian yang kalian lakukan. Hidup memang keras, hidup memang kejam, jadi untuk bisa bertahan.. Kalian harus bisa berubah dari sekarang."

"Dikira kita Spiderman kali bang, disuruh berubah."

Aji, dengan semangat berkobar dia memotivasi kedua bocah itu tapi mendadak ambyar dengan satu argumen pendek yang Zayan katakan.

1
Riaaimutt
deuh suami ria jahat bgt sama anak kecil juga
untung nya suami ku orangnya baik hati bijaksana dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
klo sikapmu sprti itu trs, lama² anakmu juga ogah idup samamu..
arogan bener jadi manusia, udah kek Fir'aun bae
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
masih ada aja manusia yang hormat hanya karna hartanya🤦🏻‍♀️
🍊 NUuyz Leonal
susah sih kalau orang nya modelan kayak Aline ini semua semua di salah kan ke orang lain padahal dia sendiri yang membuat hidup nya seperti itu
🍊 NUuyz Leonal
sepertinya lebih berbahaya jika celine bersama kamu
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
heh alin berkaca lah sebelum terlambat bgt menyadari kesalahan mu😒😒😒dari tadi asik nyalahin orang dasar 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
sebenarnya sangkala itu kenapa benci banget sama zayan dan Anam yaa🤔🤔🤔🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
Dewi kunti
dipecat aj sopir yg gak tahu diri kong
Rahmawati
km sudah gk dianggap anak lagi line, mending km pergi aja, celine akan lebih terurus kl tinggal sm engkongnya
Rahmawati
ini knp kok sengkala benci bgt sm anam dan zayan,,
🍊 NUuyz Leonal
apapun bisa terjadi jadi jangan pernah melihat atau menilai apalagi membenci seseorang dengan kadar porsi yang berlebihan
𝐙⃝🦜尺o
si mandor so iye, gak tau apa2 mau tuduh sembarangan akhirnya dipecat kan
Rahmawati
bagus anam km pinter kl mau sukses
Was pray
belajar terus anam dan zian, harta dipakai habis , tapi kl ilmu dipakai bertambah
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
lagian, org kerja itu nyari duit..
bukan nyari muka
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
baru mandor tapi udah petantang petenteng
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
nam sibuk masak pak, gak bisa ikut olimpiade /Facepalm/
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍: kesian..
masih sekwildapa aja dari dlu😌
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: mana ada.. nam sibuk ngelus dada dan paha
total 2 replies
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚
aih bulu 😱
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: aih dah diganti kertas 🤭
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: typo Thor
total 4 replies
🍊 NUuyz Leonal
buktikan namza Klian pasti bisa
seperti kata kong abut berubah lebih baik untuk kalian sendiri
🍊 NUuyz Leonal
bulu 😳😳😳
bulu apa ini 🤔🤔🤔
🍊 NUuyz Leonal: bulu apa itu???
Dfe: apa apa?
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!