NovelToon NovelToon
Istri Pilihan Putri Ku.

Istri Pilihan Putri Ku.

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Buna Seta

Tidak terpikirkan oleh Sabrina lulus kuliah kemudian menikah. Pertemuanya dengan Afina anak kecil yang membuat keduanya saling menyayangi. Lambat laun Afina ingin Sabrina menjadi ibu nya. Tentu Sabrina senang sekali bisa mempunyai anak lucu dan pintar seperti Afina. Namun tidak Sabrina sadari menjadi ibu Afina berarti harus menjadi istri Adnan papa Afina. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Sabrina berperan menjadi istri Adnan dan menjadi ibu sambung Afina???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengungkapkan.

Adnan berdoa di masjid agar putrinya segera sembuh, dan juga minta petunjuk apakah Sabrina memang ibu yang tepat untuk putrinya.

Setelah lebih tenang Adnan kembali ke depan ruang pemeriksaan Afina.

"Sudah ada kabar dari dokter Ma?" tanya Adnan segera duduk di samping Fatimah.

"Sudah,"

"Terus kenapa Ma? Sakit apa Fina?" cecar Adnan sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban Fatimah.

"Ini salah Mama, Nan, beberapa hari ini tidak memperhatikan makanan Afina, kata dokter, Afina kekurangan asupan serat," Fatimah merasa bersalah, memang saat ini sedang sibuk di yayasan, menggantikan suaminya. Afina hanya di urus bibi, jika Afina tidak mau makan sayur, dan buah, bibi tidak bisa membujuknya.

"Lalu sekarang bagaimana keadaan Fina Ma, apa kita boleh menjenguk?" Adnan ingin segera tahu kondisi putrinya.

"Afina harus dirawat untuk beberapa hari Nan, tadi Mama sudah pesan kamar," Fatimah mencari kamar yang tebaik untuk cucunya.

"Ya Allah..." Adnan memijit pangkal hidung nya.

Jam 12 malam Afina sudah dipindahkan ke ruang rawat, dan saat ini ia sudah bisa sidur setelah diberi obat oleh suster satu jam yang lalu.

********

Keesokan harinya Adnan kembali ke masjid menjalankan shalat subuh. Dan seperti biasa Adnan berdoa setelah selesai ibadah 5 waktu tersebut.

15 menit kemudian, ia kembali ke ruang rawat membuka pintu. Fatimah sang mama pun masih shalat di samping ranjang pasien.

Adnan mendekati ranjang memandang wajah putrinya yang tampak pucat dengan selang infus yang terhubung ke lengan dan penyangga hatinya sedih.

"Cepat sembuh sayang..." dicium nya dahi Afina lembut.

"Kamu darimana Nan?" tanya Fatimah seraya melipat mukena.

"Shalat berjamaah di masjid Ma," lirih Adnan agar suaranya tidak membangunkan sang putri.

"Ma, aku titip Fina, ya," pinta Adnan menyandak jaket kulit yang ia kenakan tadi malam, kemudian ia pakai kembali.

"Iya, tapi... kamu mau kemana, Nan?" Fatimah memperhatikan putranya yang sedang ambil kunci mobil sudah pasti akan pergi.

"Aku mau menjemput Sabrina Ma, nanti kita beri kejutan Fina, ketika bangun nanti sudah ada Sabrina," tutur Adnan.

"Masih pagi begini?" mama Fatimah terkejut.

"Sudah jam lima kok Ma, Sabrina kan kalau bangun kata Afina pagi-pagi sekali," Adnan tampak yakin.

"Baiklah" mama Fatimah tersenyum menatap putranya yang bersemangat melangkah ke luar pintu hingga Adnan menutupnya kembali.

Adnan menjalankan mobilnya memantapkan hati dan perasaan. Yang membuat hati Adnan bersemangat adalah; ia berkaca pada perkawinan mama Fatimah dan papa Rachmad tampak harmonis hingga 35 tahun.

Sampai di depan rumah berlantai dua masih sepi, Adnan melirik jam ternyata masih jam 5 10 menit. Berarti ia di jalan selama 10 menit.

Adnan berniat turun, namun tampak ragu-ragu. Sudah bangun belum? Mengganggu tidak? Atau... aku menunggu disini saja? Beberapa pertanyaan Adnan berkecamuk di dalam hati.

Saat sedang kebingungan tampak di luar mobil, dua wanita berbeda usia berjalan menuju rumah Sabrina mengempit mukena dan sadjadah di lengan kiri. Dua wanita yang tak lain orang yang Adnan tunggu.

Adnan seketika membuka pintu turun dari mobil. "Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam..."

Sabrina dan juga Kamila menjawab.

"Pak"

"Nak"

Sabrina dan Kamila terkejut lalu saling pandang. Mereka bingung Adnan datang pagi-pagi sekali.

"Maaf Tante... saya datang pagi-pagi sekali," kata Adnan santun.

"Tidak apa-apa Nak, mari masuk," titah Kamila berjalan beriringan membuka pagar, kemudian masuk ke dalam rumah.

"Kalian ngobrol dulu, saya buatkan teh hangat," tidak menunggu jawaban. Kamila segera meninggalkan Sabrina dan Adnan.

"Duduk Pak," ucap Sabrina.

"Terimakasih,"

Mereka duduk di sofa berhadapan. "Bapak kesini pagi-pagi sekali, ada apa ya?" tanya Sabrina to the point.

"Saya mau menjemput kamu," Adnan menatap lekat wajah Sabrina yang tampak cantik alami, tidak ada polesan sedikitpun.

"Mau menjemput saya? Ada apa?" Sabrina menduga-duga, pasti ada apa-apa. Sabrina tahu, Adnan orang yang punya gengsi tinggi, jika bukan karena terpaksa tidak akan mungkin datang kemari sepagi ini.

"Afina masuk rumah sakit, dan saat ini ia dirawat," Adnan menceritakan semuanya. Saat Afina demam tinggi, merintih memanggil nama Sabrina, dan saat dilarikan ke rumah sakit.

"Saya pamit ibu dulu, kita berangkat sekarang," Sabrina segera beranjak meletakkan mukena di tempat shalat. Tidak perlu mandi dan ganti baju karena semuanya sudah Sabrina lakukan saat sebelum subuh tadi.

"Bunda... nggak usah bikin minum, kami mau berangkat sekarang Afina sakit Bun," tutur Sabrina menghampiri Kamila yang sedang memasak air.

"Afina sakit? Ya Allah... semoga cepat sembuh, Bunda tidak bisa menjenguk sekarang ya Na, karena pesanan kue basah ini akan diambil jam 9 nanti," tutur Kamila. Kamila sebenarnya ingin ikut menjenguk. Namun ia sudah terlanjur menyanggupi pesanan.

"Tidak apa Bun, aku berangkat ya," Sabrina berangkat setelah mencium punggung tangan Kamila.

"Ini kue dibawa ya, siapa tahu nenek Afina di rumah sakit belum sarapan," Kamila memberikan satu mika kue beraneka rasa.

"Baik Bun,"

Kamila mengantar Sabrina sampai di depan hingga mobil Adnan distarter kemudian berangkat. Di dalam mobil keduanya saling diam, lidah mereka seolah kaku untuk bicara, rencana yang sudah Adnan susun sejak tadi malam seolah ambyar seperti judul lagu.

"Bagaimana sekripsi kamu?" tanya Adnan hingga beberapa saat kemudian.

"Alhamdulillah... tinggal menunggu wisuda," jawab Sabrina.

"Terus... rencana kamu apa setelah lulus?"

"Mau lanjut S-2 Seperti rencana saya sebelumnya," tegas Sabrina.

"Ina" Adnan tidak melanjutkan ucapanya.

"Kenapa Pak?" Sabrina menoleh Adnan yang sedang menyetir menangkap keragu-ragu-an di wajah Adnan untuk melanjutkan ucapanya.

"Kamu tahu kan In, bagaimana Afina itu segitu berharapnya menginginkan kamu sebagai Bundanya," Adnan tampak serius.

"Saya tahu Pak, bukankah saya sudah membiarkan Fina memanggil saya Bunda, dan memberi perhatian khusus untuknya," polos Sabrina. Belum mengerti maksud kata Adnan.

"Bukan begitu maksud saya In, Afina itu ingin kamu menjadi ibu yang sesungguhnya. Menemani saat Dia hendak tidur, ada saat Dia bangun tidur, dan menyambut kedatangan Dia saat pulang sekolah," tutur Adnan panjang lebar.

"Itu artinya, saya harus..." mata Sabrina melebar karena terkejut. Otak cerdasnya segera menangkap apa maksud Adnan.

Sabrina hanya diam, entah apa jawaban yang akan diberikan pada pria di sebelahnya.

Adnan menepikan mobilnya. "Tolong pikirkan In, demi Afina, kamu tidak tahu kan? Selama ini saya berusaha untuk menjauhkan Dia dari kamu, karena saya bingung bagaimana caranya agar tidak mengganggu kamu sebagai seorang gadis lajang dan tidak sepantasnya kamu terlibat mengurus Afina yang bukan siapa-siapa kamu,"

"Cek! Bapak kok bicara begitu sih... saya tidak merasa terganggu kok, dengan kehadiran Afina." jujur Sabrina. "Tapi... untuk mengurus Afina tidak harus..." Sabrina tidak melanjutkan ucapanya.

"Tidak harus menikah dengan saya gitu kan In? Maksudmu?" Adnan menatap Afina yang sedang bersandar di jok melipat kedua tangan.

"Saya sadar kok In, saya sudah tidak muda lagi, tidak seperti Kevin, tapi percayalah. Saya akan berusaha untuk mengimbangi kamu. Sepertinya kita memang dipertemukan untuk membesarkan Afina bersama-sama,"

Sabrina diam, merenungkan kata-kata Adnan. "Beri saya waktu untuk bepikir Pak," pada akhirnya Sabrina menjawab.

"Okay... tapi ingat, Afina membutuhkan kamu," tegas Adnan. Tetapi sebenarnya tidak hanya Afina yang membutuhkan gadis seperti Sabrina. Adnan pun sama. Hanya Adnan masih merasa berat untuk mengucap kata itu.

********

Bersambung.

1
Arin
/Heart/
Vicki Andrian
pengen tk pites adnan
fajar Rokman.
mampir thor
Reni Setia
makasih untuk novelnya
Ria Bionde
Luar biasa
Nining Moo
gengsi,,,genhsi aja Jangan afina yg jadi alasan padal mau🤣
Nining Moo
jangan jangan si alfin bukan anaknya adnan🤔🤔🤔
Samaniah
anak sambung q pun kl manggil q mama,sdgkan manggil ayahnya bapak..
lbh gk nyambung lg 🤣🤣🤣🤣
Samaniah
istri dr jalan,,🤣🤣
Sri Wulan Hazariah
Luar biasa
Sitipatimah
Lumayan
himawatidewi satyawira
waduuh nenek pnh modus
himawatidewi satyawira
111-222 ma anknya..
himawatidewi satyawira
beli asahan linggis di tk bangunan nan..
himawatidewi satyawira
ayoo nan.
hajar bello
himawatidewi satyawira
kl fina sdh ditemukan bakalan ngajak jln" pake mobil baru itu..gitu lho mbak
himawatidewi satyawira
hajar man..suruh berdiri di pojokan, angkat kaki dua"nya jg tngn diikat, mulut dilakban
himawatidewi satyawira
thor mbok di bella diksh menyan biar waras
himawatidewi satyawira
maafkan pala loe peyang
himawatidewi satyawira
duuh maknya nglayap.lg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!