NovelToon NovelToon
Endless Shadows

Endless Shadows

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Menyembunyikan Identitas / Slice of Life / Kultivasi Modern
Popularitas:241
Nilai: 5
Nama Author: M.Yusuf.A.M.A.S

Bayangan gelap menyelimuti dirinya, mengalir tanpa batas, mengisi setiap sudut jiwa dengan amarah yang membara. Rasa kehilangan yang mendalam berubah menjadi tekad yang tak tergoyahkan. Dendam yang mencekam memaksanya untuk mencari keadilan, untuk membayar setiap tetes darah yang telah tumpah. Darah dibayar dengan darah, nyawa dibayar dengan nyawa. Namun, dalam perjalanan itu, ia mulai bertanya-tanya: Apakah balas dendam benar-benar bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan? Ataukah justru akan menghancurkannya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.Yusuf.A.M.A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tekad yang Diuji

Malam itu, setelah pria berjubah hitam menghilang, Ryan duduk termenung di lantai kamarnya. Matanya masih terpaku pada tempat di mana portal kecil tadi menghilang. Gambar Elma yang hampir dikuasai bayangan terus terputar dalam pikirannya. Rasa bersalah menusuk hatinya seperti pisau tajam. Ia mengepalkan tangan, menggigit bibir hingga nyaris berdarah.

“Aku terlalu lemah,” gumamnya dengan suara rendah. “Jika aku lebih kuat, aku bisa melindunginya.”

Namun, suara pria berjubah hitam masih terngiang di telinganya. Kata-kata tentang bagaimana kegelapan dalam dirinya bisa menjadi senjata jika ia belajar mengendalikannya. Ryan merasa bimbang setiap kali ia mencoba menggunakan kekuatan itu, ia merasa semakin kehilangan dirinya sendiri. Tapi, apakah ia punya pilihan lain?

Di tempat lain, Elma duduk di tepi tempat tidurnya, tubuhnya masih terasa lemah setelah serangan itu. Lentera kecil di sampingnya menyala redup, tetapi cahayanya cukup untuk menghangatkan hati Elma yang penuh kecemasan. Ingatan tentang wanita berjubah putih yang menyelamatkannya masih segar di benaknya.

“Kau harus segera melatih kekuatanmu, Elma. Waktu kita hampir habis.”

Kata-kata itu terus terngiang, tetapi Elma merasa ada sesuatu yang menahan langkahnya. Ia tahu bahwa melatih kekuatan cahayanya adalah hal yang harus dilakukan, tetapi ia juga tahu bahwa Ryan membutuhkan dukungannya lebih dari sebelumnya.

“Bagaimana aku bisa memilih?” bisik Elma pada dirinya sendiri, air mata perlahan mengalir di pipinya. “Aku ingin membantu Ryan, tetapi aku juga harus menjadi lebih kuat.”

Elma memandang lentera kecilnya, mencoba memusatkan pikirannya untuk berlatih. Cahaya dari lentera itu mulai bergetar, seolah merespons emosinya. Elma menutup matanya, mencoba memanggil cahaya dalam dirinya. Namun, sebelum ia bisa berkonsentrasi lebih jauh, suara lembut wanita berjubah putih terdengar di belakangnya.

“Keraguanmu adalah musuh terbesar kekuatanmu, Elma,” kata wanita itu, muncul dari cahaya yang redup. “Jika kau tidak segera mengatasi rasa takutmu, kau tidak akan pernah mampu melindungi apa yang kau pedulikan.”

Elma menoleh, menatap wanita itu dengan tatapan penuh emosi. “Aku takut kehilangan Ryan. Jika aku pergi untuk melatih kekuatanku, aku merasa dia akan tersesat tanpa ada yang mendukungnya.”

Wanita itu menghela napas, mendekat ke arah Elma. “Ryan memiliki jalannya sendiri, dan kau memiliki tanggung jawabmu sendiri. Kau tidak bisa melindungi seseorang jika kau tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya. Pilihan ada di tanganmu, Elma. Tapi ingat, setiap keputusan membawa konsekuensinya sendiri.”

Elma terdiam, hatinya bergejolak. Ia tahu wanita itu benar, tetapi hatinya masih dipenuhi keraguan.

Di kamar Ryan, pria berjubah hitam kembali muncul tanpa peringatan. Ryan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

“Kau datang lagi? Apa lagi yang kau inginkan?” tanya Ryan dengan nada marah.

Pria itu tersenyum dingin. “Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu.” Dengan satu gerakan tangan, ia menciptakan gambaran di udara. Di dalam gambaran itu, Ryan melihat dirinya sendiri, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Versi dirinya di dalam gambaran itu dikelilingi oleh kegelapan yang pekat, wajahnya dingin tanpa emosi.

“Apa ini?” tanya Ryan, suaranya bergetar.

“Ini adalah masa depanmu jika kau gagal mengendalikan kekuatanmu,” jawab pria itu dengan nada tenang. “Kegelapan akan memakanmu, membuatmu menjadi sesuatu yang bahkan tidak bisa dikenali oleh orang-orang yang kau cintai.”

Ryan menatap gambaran itu dengan ngeri. Ia melihat versi dirinya yang lain berdiri di atas reruntuhan kota. Tangannya berlumuran darah, matanya kosong seperti jurang tak berujung. Orang-orang berlarian ketakutan, mencoba melarikan diri dari serangan yang datang darinya. Bangunan runtuh satu per satu, menciptakan kehancuran di mana-mana.

Namun, itu belum selesai. Ryan melihat dirinya berjalan dengan langkah dingin menuju seorang pria tua yang memohon belas kasihan. Tanpa ragu, versi dirinya itu mengangkat tangannya, dan kegelapan pekat menghancurkan pria itu seketika. Jeritan memenuhi udara, tetapi tidak ada reaksi dari wajahnya yang tanpa emosi.

Di tengah reruntuhan itu, Ryan melihat sosok Elma tergeletak tak bernyawa di kakinya. Napas Ryan tercekat, rasa sakit menusuk dadanya seperti ribuan jarum. Wajah Elma yang pucat, dengan tatapan kosong yang penuh luka, menghantui pikirannya.

Gambaran itu berlanjut. Ryan melihat versi dirinya mengangkat tubuh Elma yang tak bernyawa, lalu melemparkannya ke tengah api yang berkobar. Tidak ada ampun, tidak ada rasa sedih. Ia hanya melanjutkan langkahnya dengan kegelapan yang semakin membesar, menghancurkan apa pun di jalannya.

“Tidak...” bisik Ryan dengan suara gemetar. “Itu bukan aku. Itu tidak mungkin aku.”

Pria berjubah hitam melanjutkan, tatapannya tajam. “Itu adalah takdir yang menantimu jika kau menyerah pada kegelapan. Jika kau tidak belajar mengendalikannya, kegelapan akan mengambil alih dan menjadikanmu alat penghancur. Kau tidak hanya akan gagal melindungi Elma, tetapi juga akan menjadi alasan kehancurannya.”

Ryan melihat lebih jauh ke dalam gambaran itu. Versi dirinya yang lain terus melangkah tanpa ragu, membantai siapa pun yang berdiri di jalannya. Suara jeritan dan tangisan memenuhi udara, tetapi tidak ada emosi di wajahnya. Itu adalah gambaran dari seorang pembunuh berdarah dingin, dikuasai sepenuhnya oleh kegelapan.

Dalam salah satu adegan terakhir, Ryan melihat versi dirinya membakar sebuah desa kecil. Api menjulang tinggi, memakan segalanya. Anak-anak berlari sambil menangis, sementara bayangannya hanya berdiri diam di tengah-tengah kehancuran, seolah-olah menikmati pemandangan itu. Dari jauh, Ryan melihat dirinya sendiri duduk di atas tumpukan mayat, matanya bersinar merah darah, dan senyum dingin menghiasi wajahnya.

“Tidak. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi,” kata Ryan dengan nada tegas, matanya dipenuhi air mata.

“Lalu, buktikan,” balas pria itu dengan tajam. “Mulailah dengan menerima kegelapanmu, bukan melawannya. Kendalikan kekuatan itu sebelum kekuatan itu mengendalikanmu.”

Gambaran itu menghilang, meninggalkan Ryan dalam keheningan. Ia mengepalkan tangannya, matanya penuh tekad.

“Aku akan melindungi Elma. Aku akan melindungi semuanya. Apa pun yang diperlukan.”

Pria berjubah hitam tersenyum samar, lalu menghilang ke dalam bayangan.Sebelum menghilang pria itu berkata “Aku akan memberimu waktu untuk ujian sekolahmu setelah itu kau harus segera kembali melatih kekuatan mu.”Malam itu, Ryan memutuskan untuk mulai melatih kekuatannya sendiri, meskipun ia tahu risiko yang harus dihadapinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!