Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hidupnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Bulan bersinar terang menerangi kota Roma yang nampak terlihat sangat indah. Angin bersemilir lembut, membuat tubuh segar dan nyaman.
"Aku baru tahu, kota Roma di malam hari terlihat sangat indah," kata Savierra dengan senyum terukir di bibirnya. Ia memejamkan mata, merasakan hembusan angin lembut bertabrakan sengan kulit mulusnya.
"Tentu saja karena Roma adalah salah satu kota terbaik di Italia." Ryden berdiri di pembatas, berada di samping Savierra menikmati pemandangan city light saat ini. "Bagaimana perasaanmu?" tanya Ryden.
"Aku, senang sekali." Savierra tersenyum lebar, lalu menatap ke arah Ryden. "Terima kasih telah membawaku pergi ke negara ini, dan ke tempat ini," ucapnya senang.
Bagai keindahan si musim semi yang lama tak ia lihat, garis wajah cantik dan mata biru itu seakan menghipnotis Ryden yang sekarang tengah tertegun menatap Savierra.
"Cantik," lirihnya.
"Kamu bilang apa?" tanya Savierra yang memang tak terlalu dengar.
Ryden tersentak, "Eh? Bukan apa apa.."
"Ryden. Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Savierra tiba tiba.
"Hmm,"
"Bagaimana kamu bertemu dengan Caroline?"
Ryden terdiam, ia menoleh ke arah Savierra yang terlihat ingin tau. Lelaki itu menghela nafas, mencoba tenang. "Dulu waktu umurku 10 tahun, aku pernah di culik oleh orang dan dibawa ke kawasan pegunungan. Aku berhasil kabur, namun naas nya aku terjatuh ke jurang. Untungnya aku di selamatkan oleh gadis kecil yang memang waktu itu sedang berjalan jalan disitu. Dia membawaku ke pondok kecil, meninggalkan sebuah peta dan uang untukku pulang. Dia baik sekali.. dia juga meninggalkan buah buahan dan roti yang aku tebak pasti bekal dia."
"Waktu bangun aku sudah tak melihatnya lagi. Namun ada gelang hitam di tanganku, dan itu mungkin tanda kenal dia. Yah.. tak jauh dari aku pergi dari pondok itu, aku bertemu dengan sebuah keluarga yang tengah piknik. Mereka juga membawa anak perempuan seumuranku. Dia.. Caroline, orang yang sudah menyelamatkanku,"
Savierra termenung, ia sedikit merasa tak asing dengan cerita Ryden tersebut. 'Menyelamatkan anak laki laki di gunung? Kenapa cerita itu terasa tak asing ya?' batin Savierra bingung. "Apa kamu yakin, Caroline yang menyelamatkanmu?"
"Ryden mengangguk, "Hmm, dia mengaku bahwa dirinya yang telah menyelamatkanku," tandasnya yakin. "Dia juga gadis ceria dan baik, itulah yang membuatku jatuh cinta padanya.
"Bodoh! Jika yang menyelamatkanmu bukan dia, apa yang akan kau lakukan? Gadis kecil itu pasti sakit hati.." lirih Savierra.
Ryden mengedikkan bahu, "Entahlah.." katanya lalu mendesah pelan, merasa kepikiran. "Bagaimana denganmu, Savierra?" tanya Ryden kemudian.
"Aku? Aku kenapa?" tanya Savierra bingung. Ia menatap kosong ke arah hamparan langit malam yang indah.
"Kenapa, kamu bisa memaafkanku semudah itu?"
Savierra yang mendengar pertanyaan Ryden pun terdiam dan tersenyum hampa.
Perempuan itu menyugar rambutnya, "Haaa.. lalu, apa yang harus aku lakukan Ryd, marah lalu meminta cerai darimu?" kekehnya dengan mata sayu, hatinya berat untuk mengatakan semuanya. Ia menatap Ryden yang tampak terdiam.
Savierra menatap lurus ke arah netra Ryden yang juga menatapnya. "Ryd, bagaimana aku bisa pergi saat kamu sudah mengambil keuntungan dari ku? Aku sudah tidak memiliki siapa siapa Ryden, aku sendiri... Saat ini, aku hanya memilikimu untuk bertahan hidup." Perempuan itu mengalihkan wajahnya, tak kuasa melihat wajah tampan di hadapan nya itu. Ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
"Aku akan bertahan Ryd.. Walau nanti perlakuanmu padaku akan buruk, aku akan terima. Anggap saja aku bodoh. Namun, aku memang sudah tak memiliki siapa siapa saat ini... Keluarga Arlott yang sedari kecil selalu menekanku, ternyata mereka juga jahat kepadaku dan tak membiarkanku tenang."
Rambut emas Savierra tertiup angin bersamaan Savierra yang kembali menoleh ke arah Ryden dengan mata berkaca kaca, penuh ketulusan. "Aku akan bertahan dan menerima. Termasuk mengorbankan diriku untuk Caroline.."
Deg!
Ryden tertegun mendengar isi hati Savierra yang perempuan itu ungkapkan. Entah mengapa, hatinya terasa teriris melihat tatapan pasrah dan terluka Savierra. Bahkan setiap tetes air mata Savierra yang terjatuh, ia merasakan sesak walau samar.
Tangan lelaki itu terulur mengusap air mata Savierra dengan pelan. Lalu menarik tubuh Savierra ke pelukannya.
"Maaf, telah menempatkanmu pada situasi sulit."
"Hidupku dulu sangat buruk, hingga tak pernah merasakan mencintai seseorang. Hingga kini, aku menemukanmu dan aku merasakan itu. Jika hanya luka yang ku dapat, itu tak masalah. Karena, ini memang sudah salah sejak awal," Savierra terisak. Ia melepaskan pelukan Ryden dan mendorong pelan lelaki itu.
Ryden menatap sendu, tangannya hendak kembali meraih tangan perempuan rapuh itu, namun di urungkannya.
"Maaf.."
•••
Pinggiran Kota Florence Tuscany, Italia—22.30.
Dor dor dor!
Settt..
Seorang lelaki dengan gesit menghindari peluru yang diarahkan kepadanya. Lelaki itu tersenyum smirk saat sampai di luar gedung terlebih dahulu sebelum orang orang yang mengejarnya itu.
"Nikmati hidangan penutup yang ku siapkan!"
DHUARRRR!!
Zyonel Arron Soivell—lelaki itu menghembuskan asap rokoknya dengan seringai licik di bibirnya. Ia menatap gedung kosong yang hancur dan terbakar itu dengan tatapan penuh arti.
Inilah tujuannya ke Italia. Bukan hanya untuk menghadiri pesta ataupun untuk menguntit Ryden. Namun karena Zyonel memang tengah mendapatkan misi yang sangat penting di Italia. Jika bukan karena misi, Zyonel tak akan mau berangkat ke Italia hanya untuk sekedar merayakan pesta.
Zyonel membuang rokok dan menginjak benda nikotin tersebut. Ia menjentikkan jari dan muncul lah 1 helikopter yang terbang di atasnya.
"Nice mr. Georgie! You finished it well!" teriak pemuda dari helikopter. Buru buru Zyonel menaik dengan tangga tali seperti biasa.
Namun, netra Zyonel tak sengaja melihat ke satu titik yang membuatnya terkejut dan tak percaya. Siluet itu.. mengingatkannya pada seseorang yang sangat dikenalnya.
Ya, Zyonel melihat siluet orang yang sepertinya sudah memperhatikannya dari jauh.
Deg..
Zyonel berdebar kencang, "Bagaimana bisa..? Bukankah dia sudah meninggal? Apa aku yang salah lihat?" tanya Zyonel bingung. "Siluet orang itu, mirip sekali dengannya. Apakah dia masih hidup?" duganya namun langsung menggeleng keras.
"Tidak, tidak mungkin! Aku masih ingat, betapa banyaknya luka di tubuhnya yang kemungkinan kecil bisa selamat. Dan aku juga menghadiri pemakamannya. Tidak mungkin.. ya, pasti aku salah lihat!" racau Zyonel gelisah.
Disisi lain, orang yang menjadi praduga Zyonel, menyunggingkan senyum tipis. "Tunggu waktunya Zyo.."
•••
"Emmhh ahh.. Ryden.."
"Tahan sayang.."
"Ahhh"
Ryden membuka mata nya terkejut. Ia terengah engah, lalu mengusap wajahnya kasar. "SHITT!! APA APAAN ITU?" erangnya merasa frustasi.
Sudah dua hari ini ia selalu bermimpi hal yang sama, hal yang terjadi antara dirinya dan Savierra malam itu. Ryden tak tau, kenapa ia dihantui oleh bayang bayang dan mimpi tersebut. Ia merasa frustasi karena bangkitnya sesuatu yang terasa menyesakkan baginya.
Ryden mengacak rambutnya kasar, "Sshhh akhh.. ada apa denganku? Mimpi sialan itu selalu membuatku tersiksa!" kesalnya lalu berjalan menuju kamar mandi.
Di antara air yang mengalir dari shower, mata Ryden memerah, merasakan sesuatu yang membuatnya gelisah. Sekarang ia mengingat, bahwa malam itu adalah tranformasi dirinya menjadi bajingan yang sebenarnya.
Menyetubuhi perempuan dengan paksaan, menyakiti fisik dan dan hatinya, bahkan di saat puncak kegiatan, dirinya malah meracaukan nama wanita lain. Ryden sungguh tak bisa membayangkan betapa sakitnya menjadi Savierra saat itu.
Tidak, sakit Savierra tidak hanya itu saja. Savierra sering kali mendapatkan perlakuan tak baik dari dirinya, dan Ryden sadar akan hal itu.
"Mommy.. Bagaimana ini.. aku tak mau menjadi bajingan seperti orang itu.. aku tak mau mom.." lirih Ryden terisak. Ia sungguh menyesali malam itu. Ryden paham, perempuan itu makhluk yang anti kasar. Dan malam itu Ryden memperlakukan Savierra dengan buruk.
Srassshhh
Ryden mematikan shower dan meraih bathrobe di sampingnya. Ia berjalan keluar dengan mengusap kasar wajahnya.
Bunyi ponsel mengalihkan perhatian Ryden. Dengan segera, lelaki itu mengambil ponsel dan ternyata sekretarisnya lah yang menghubungi.
"Apa? Tender akan di lakukan 2 jam lagi! Kenapa presenter kita tiba tiba pergi?" seru Ryden marah. Ia segera menutup telpon nya.
"Shitt! Kemana aku mencari pengganti?" gumam Ryden bingung. Ia segera berganti baju dan berjalan keluar kamar. Tujuannya sekarang adalah mencari presenter sewaan terbaik di negeri ini.
Cklekk!
"Ryden.. kamu mau kemana?"
Savierra yang kebetulan keluar kamar bersamaan dengan Ryden pun bertanya. Tumben sekali Ryden sudah rapi pagi pagi seperti ini.
Sedangkan Ryden hanya menghela nafas, "Huh ini rumit, presenter perusahaanku tiba tiba saja tidak bisa datang. Dan dua jam lagi tender akan di mulai. Aku hanya bisa mencari presenter sewaan saat ini." jelas Ryden membuat Savierra menganggukkan kepalanya paham.
Sesaat kemudian, Savierra tersenyum cerah. "Ryden, apakah kau percaya padaku?"
"Hah?" Ryden mengernyit, "Savierra.. jangan jangan kamu.." jeda nya, merasa tak percaya.
Savierra mengangguk antusias. "Ya! Presenter proyek itu, serahkan padaku. Walau aku tidak pernah presentasi secara langsung, namun aku memiliki kepercayaan diri jika aku bisa dengan lancar berpresentasi!" katanya panjang, mencoba menyakinkan.
Ryden terdiam sebentar, lalu menatap Savierra dengan ragu, "maaf, bukannya tak percaya padamu Vier.. namun, berapa persen kepercayaanmu terhadap presentasi ini?"
Savierra menghempaskan rambutnya dengan anggun, lalu tangannya menyilang di depan dada. "Tenang saja, walaupun tidak seratus persen, namun aku ada keyakinan sekitar tujuh puluh persen!"
"Proyek ini, biarkan aku yang maju!"
•••
Hey all ♡(∩o∩)♡
Jangan lupa bayar parkir yahh wkwk..