NovelToon NovelToon
Key Lin Tumbuh Di Bumi Barat

Key Lin Tumbuh Di Bumi Barat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Mafia
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Jauhadi

Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

(Promosi) [The Sunshine Ariadne]

Bab 1 S.d 3

Bab 1

Aku Ariadne seorang gadis berkuncir dua sekarang. Mengambil keputusan untuk bersekolah lagi di kampus impianku di negeri ini. Dan sekarang aku sudah lulus dan besok adalah saatnya aku wisuda.

Tapi siapa sangka, malah meninggal saat aku sedang tidur sambil memeluk buku novelku yang sudah aku punyai sejak sekolah menengah pertama.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Eh.. Gelap. Dimana ini? Aku tidak bisa melihat apapun.

Apa listriknya mati? Kenapa gelap ya?

Sangat lama aku tidur, kupikir aku masih tidur, tetapi saat aku bangun, aku sudah berada di tempat yang berbeda dari sebelumnya.

Dimana ini? Kenapa asing sekali? Hais tubuhku susah digerakkan.

Apa aku terkena stroke? Sepertinya tidak. Suara anak kecil? Kenapa ada anak-anak disini?

Saat aku melihat kearah depan, tampak anak laki-laki berambut coklat yang mempesona diriku.

Dia menatapku dengan penasaran, dia ingin menyentuhku. Aku hanya bisa menganga dan tersenyum, tertawa. Dan saat aku tertawa lah, aku baru sadar. Aku berubah menjadi bayi.

BENCANA MACAM APA INI? AKU SUDAH MAU WISUDA BESOK. KENAPA SEPERTI INI. HUHU TT—TT.

Aku sangat sadar, tidak ada gunanya aku mengeluh. Jalani saja hidup ini dengan yakin...TT°TT.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Hari demi hari berlalu, aku mulai mengenal tempatku tinggal sekarang, jadi namaku kini sama dengan namaku saat berada di kehidupan yang lalu. Ariadne, hanya saja nama belakangku berbeda sekarang namaku adalah Ariadne Alphons.

Ayahku disini bernama Archimedes Alphons. Ibuku bernama Bianca Alphons dan anak laki-laki menawan yang menatapku saat itu adalah kakak laki-lakiku Erick Alphons.

Aku sangat rindu rumahku yang dulu. Tapi orang-orang disini hangat dan aku sangat bersyukur bisa berada di sini.

Hari sudah mulai pagi lagi, pagi ini adalah hari berat bagiku. Bagaimana tidak? Aku terlahir kembali sebagai bayi, tetapi kesadaran orang dewasa. Ayolah, usiaku di kehidupan yang lalu sudah 24 tahun, dan sekarang apa? Aku yang kesadarannya berusia 24 tahun di pakaikan popok.

Maka aku tidak protes saja sudah sangatlah sebuah anugerah, memalukan. ಥ⁠‿⁠ಥ

Saat berpakaian aku di bantu memakai pakaian. Dimandikan, di cebokin. Aku harap aku cepat dewasa.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Berbulan-bulan berlalu, kini aku sudah terbiasa menjadi bayi. Dan banyak hal yang aku tahu sekarang. Aku sudah bisa bahasa mereka lancar. Dan aku baru tahu juga, bahwa aku berada di novel sejarah yang aku baca. Entah ini novel sejarah atau aku berada di masa lampau. Aku sendiri tidak tahu.

Aku sudah terbiasa dengan dunia ini. Dan sudah belajar banyak bahasa dari dunia ini juga. Bahasa mereka sangat sulit, butuh waktu untuk aku berpikir. Inilah saat dimana tidak bisa bertanya dan hanya bisa mendengar.

Aku belajar dari jadi bayi, agar jangan mudah mengatakan kata kasar. Aku merasakan saat aku ingin mengumpat dan tidak bisa karena aku adalah bayi.

Erick Alphons lagi-lagi mengajakku bermain.

"Huaaaaa...Huaaa....Qia hehehe..!" Hiks aku hanya bisa berkata itu saja.

"Ariadne kelak kalau kamu sudah dewasa, kakak Erick akan mengajarimu banyak hal yang kakak bisa! Ariadne tumbuhlah dengan sehat, kau matahari kecilku!" Kata Erick sambil memainkan pipi kecilku.

Ya Erick aku harap aku cepat besar agar bisa memukulmu saat kamu memainkan pipi anak kecil lagi.

" Erick sudah berapa kali ibu bilang? Jangan begitu dengan Ariadne, dia masih kecil! Kamu harus melindungi Ariadne dan jangan melukainya mengerti!" Bianca Ibuku sudah datang, aku merasa lega. Apa lagi yang akan aku lakukan? Tentu saja minta gendong pada Bianca. Itu sangat seru.

Hap Bianca menggendongku, jangan iri Erick.

"Maaf, aku gemas sama dia! Pipinya sangat cantik!" Erick Alphons sangat pandai bicara walau baru berusia sepuluh tahun. Entah apa saja yang Archimedes ajarkan pada putra kecilnya itu.

"Sudahlah, kamu mandilah Erick! Aku tidak mau kamu berkeliaran lagi! Hari sudah sore!" Seperti biasa Bianca sangat galak.

"Baik ibu!" Erick seperti malas mandi, kukira hanya di zaman modern saja orang bisa malas mandi, ternyata di zaman ini juga sama. Meski begitu Erick sangat patuh pada ibunya. Aku yang dulu juga begitu, hanya saja ibuku meninggal saat aku berusia 17 tahun. Ayahku yang saat itu sedang perjalanan bekerja di luar kota dan saat mendengar ibu meninggal dia langsung pulang tak lama setelah beberapa hari kemudian. Kabar bahwa aku menyusul ibuku, mungkin saja akan sangat memukul ayahku, terutama hanya aku satu-satunya anaknya. Sudahlah, sekarang aku melihat Bianca memanggil seorang pelayan tua yang sedang menggandeng seorang anak laki-laki.

Bianca meminta pada pelayan itu untuk melayani Erick mandi sekalian memandikan putranya yang bernama Bihan.

Pelayan itu langsung tersenyum dan melaksanakan tugas dari ibu.

"Hah bikin pusing saja Erick selalu saja membuat masalah, Archimedes bagaimana kamu mengajar anak laki-lakiku?" Ibu jangan mulai lagi.

"Tidak ada aku hanya mengajari dia untuk bermain bersama Ariadne tidak lebih!" Archimedes seperti biasa akan selalu menjawab seperlunya. "Hei sejak memiliki Ariadne kamu semakin galak dan cerewet saja Bia!"

"Archi berhenti menggodaku, hari sudah petang! Kamu seorang raja! Jaga martabatmu!" Bianca tidak pernah kalah.

"Hei martabatku ada padamu, mana bisa aku ambil kembali." Archimedes dan Bianca saling kejar-kejaran kecil.

Aku hanya bisa menjadi penonton. Setidaknya aku tahu sekarang, jika Archimedes adalah seorang raja di sebuah kerajaan salah satu benua di bumi. Dan dia adalah raja dari kerajaan terbesar di benua ini.

Aku sebagai putrinya tentu saja adalah putri kerajaan juga. Hanya saja, itu merepotkan. Aku ingin kehidupan biasa milikku kembali, Ya Tuhan, kuharap malam ini bisa bermimpi bertemu ibuku Bianca dan Liza ibu dari dahulu dan kini.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Malam ini, aku tidur bersama dengan bantal guling dan selimut, tentu saja kasur juga. Tampak Archimedes, Bianca tidur bersama. Erick memiliki kamar sendiri, karena menurut Ibu dan ayah Erick sudah cukup besar.

Malam menjadi semakin dingin. Aku tidur sendiri di kasur kecilku.

Selamat tidur semuanya semoga mimpi indah.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Bertahun-tahun berlalu, kini usiaku sudah beranjak ke usia 6 tahun. Erick sudah berusia 16 tahun. Haha, bocah itu tidak bisa menjadi lebih tua dariku karena aku tentu saja adalah seorang dewasa dalam tubuh anak-anak.

"Ariadne kamu membaca lagi disini?" Tanya Erick yang sehabis berlatih pedang.

"Iya, aku sedang belajar sejarah, kenapa kak?" Aku menutup buku pelajaran dan memberinya pembatas buku yang aku buat sendiri.

"Tidak kamu tampak imut saat membaca." Saat itu aku terpaku pada Erick, kakak laki-lakiku ini, yang selalu memperlakukan diriku dengan hangat. Jadi begini rasanya punya saudara? Sangat menyenangkan rasanya.

Erick selalu memperhatikanku dan menjagaku selama ini.

Bab 2

Erick Alphons seperti biasa kakakku selalu sibuk akan segala macam latihan berpedangnya. Di kehidupanku yang lalu, aku sangat pintar berolahraga tapi aku belum pernah mencoba pedang, kalau panah aku pernah. Sayangnya di kehidupanku yang sekarang, wanita dipandang tidak perlu untuk berlatih pedang atau semacamnya karena dianggap hanya membuang-buang waktu saja. Aku merasa sedih tentunya. Tetapi pada saat anak dari seorang Raja sudah berusia 7 tahun, dia akan merasakan pedihnya dunia. Dia tidak hanya perlu untuk memahami Senin pedang, tetapi banyak hal.

Tapi aku bersyukur diriku dapat belajar dan membaca buku di perpustakaan. Tapi aku masih ingin belajar yang lain, rasa ingin tahuku lebih besar dari pada besarnya matahari.

Archimedes sedang sibuk di ruang kerjanya. Raja yang menikah dengan Bianca sejak usia 16 tahun itu kini sudah berusia 33 tahun. Aku tidak bisa membayangkan kehidupan dia dan Bianca yang harus menikah di usia muda.

"Permisi, apa aku boleh bertemu Baginda Raja?" Kataku pada Thomas pengawal ayahku.

"Biar hamba mengabari Baginda Raja terlebih dahulu!" Thomas masuk ke dalam ruang kerja ayah. Dia mengetuk pintu terlebih dahulu lalu masuk dengan gagahnya.

Tak lama setelahnya terdapat suara meja yang digebrak dari dalam dan Thomas pun keluar dengan ekspresi nyengir yang tampak lucu.

"Silahkan masuk!" Kata Thomas padaku. Aku dan Pelayanku Elly mengucapkan terima kasih pada Thomas lalu masuk ke dalam ruang kerja ayah.

"Sayang, kamu kemari!" Kata ayah padaku, dia tampak letih. Seorang Raja yang bertanggung jawab seperti dia.

"Baik ayah!" Kataku pura-pura bersikap seperti anak kecil.

"Ada apa sayang?" Tanya Archimedes Alphons ramah.

"Apa kak Erick akan menikah ayah? Aku dengar begitu." Kataku sedih, karena Erick masih kecil bagiku.

"Iya dia sudah dewasa dan sudah cukup umur untuk mewarisi tahta bahkan ayah saja mewarisi tahta di usia 18 tahun sayang!" Archimedes tampak tidak terbebani dengan ucapannya. "Dan ya, adikmu Lottie juga perempuan tidak mungkin menyerahkan tanggung jawab besar pada kalian berdua!" Archimedes tertawa seolah dia merasa aku tidak akan mengerti akan apa yang dia ucapkan.

"Ayah, Kak Erick masih kecil! Masih belum mengajariku banyak hal, dia akan sibuk kalau sudah menikah!" Aku tidak bisa melepaskan Erick, Erick adalah segalanya bagiku. Dia saudara pertama bagiku.

"Ariadne, kamu harus paham kalau tidak semua hal bisa berjalan seperti keinginan kita! Sekarang pergilah ke aula, pelajaran bertahan hidup akan dimulai sebentar lagi!" Kata Archimedes dengan tenang, seolah tidak ada kesalahan pada dirinya.

Setelah aku keluar aku menoleh sebentar ke arah Thomas dan Thomas masuk ke dalam ruang kerja ayah setelah ia berbincang dengan seorang laki-laki yang tidak aku kenal.

Laki-laki itu pergi, aku mengintip ke ruang kerja ayah dan melihat ekspresi sedihnya sekarang. Aku berlalu pergi setelah melihat itu.

Mungkin dia ingin menyelesaikan tugas sendiri.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Aku berlari ke arah Bianca dan memeluknya.

"Ibu apa kakak tidak bisa tidak menikah saja?" Pertanyaan konyol, pasti Bianca akan menjawab sama seperti Archimedes.

"Ibu juga berharap begitu, tapi para tetua tidak mungkin mengizinkan hal itu!" Bianca tampak menyesal. Sama menyesalnya dengan wajah Archimedes yang kulihat terakhir kali.

"Tetua itu para orang di bangunan suci?" Tanyaku penasaran.

"Iya." Jawaban singkat itu membuatku sedih, karena para tetua di bangunan suci tidak bisa di tentang. Mereka di anggap sebagai pemuka agama.

"Putri Ariadne sudah saatnya anda belajar!" Kata Elly padaku.

"Elly tidak bisakah Putri tidak belajar? Itu bukan pelajaran kalau terasa menyiksa dia!" Kata Ibu.

"Ibu aku tidak tersiksa ini suatu keharusan! Aku seorang pewaris untukmu ibu, sekarang aku pergi dulu!" Kataku padanya mencium tangannya lalu pergi dari sana.

Bianca tahu kalau yang namanya belajar untukku adalah hal dimana aku harus menghadapi kekebalan tubuhku, mengingat aku sudah hampir berusia 7 tahun.

Aku sampai di aula, di sana seorang apoteker dan dokter sudah menunggu, ahli racun juga ada disana.

"Aku sudah siap!" Kataku pada mereka. Ini pertama kalinya bagiku. Aku melihat, di atas aula terdapat Archimedes ayahku, dia tampak tidak tega, tetapi para tetua seakan memaksanya melakukan itu, dia bisa saja menentang para tetua, tapi itu bukan solusinya. Sama sekali bukan solusinya.

Suntikan cairan kental mulai masuk kedalam tubuhku, aku merasa lemas dan tak berdaya. Tapi aku coba untuk menahan diriku, ayolah ini baru yang paling ringan, pikirku.

Cairan itu menusuk sampai ke setiap pembuluh darahku. Terasa seperti hidupku yang kedua ini tidak lama lagi.

Archimedes sudah seperti kakak bagiku, dia berusia 33 tahun dan aku berusia 31 tahun pada saat ini, kesadaran ku adalah 31 tahun. Akh memang seharusnya aku tidak bersikap seperti anak kecil.

Pandanganku kabur dan aku merasakan nafasku sesak. Tetapi tetap aku coba bertahan, walau pada akhirnya aku tetap ambruk.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Aku membuka mataku, Archimedes tidak tampak ada di hadapanku hanya Bianca yang tampak tertidur di sampingku. Tampak raut kelelahan di wajah ibuku itu. Wanita ini seperti banyak menangis dan begadang. Apa dia makan dengan cukup? Apa dia sempat tidur? Pertanyaan itu melayang kemana-mana.

"Ayah, ibu___"Terdengar samar tapi seharusnya masih terdengar.

"Ariadne, kamu sudah bangun!" Erick Alphons langsung berlari keluar dari kamar meninggalkan pintu yang baru saja dia buka.

Waktu berselang, kini Archimedes, Bianca, Elly, Thomas dan Erick sudah ada di kamarku. Aku bisa mendengar suara mereka, dan samar-samar melihat wajah mereka yang kulihat tidak tampak ekspresinya karena buram.

"Nona, anda tahu saya siapa?" Tanya Rebecca dokter perempuan yang sudah kukenal tetapi jarang berbincang denganku.

"Rebecca Thousand hahaha, Thousand artinya seribu!" Ujarku lemah tapi masih terdengar. "Ah jahat sekali!" Apa yang aku ucapkan adalah jujur.

"Ariadne maafkan aku, aku akan membunuh para tetua itu jika kamu menginginkan hal itu." Erick dan Archimedes berkata bersama. Archimedes hanya tahu kalau dosis dan jenis yang diberikan adalah paling ringan. Tetapi nyatanya jenis itu bahkan mampu membunuh seseorang jika tidak segera ditangani.

"Jangan bunuh mereka..." Kataku.

"Kenapa Ariadne?" Erick bercucuran keringat.

"Itu mauku!" Aku hanya bisa berkata itu, lagi pula Archimedes mengetahui segalanya.

"Maafkan ayah Ariadne, ayah tidak mau kau mudah diserang! Ayah hanya ingin kamu menjadi lebih kuat!" Archimedes meyakinkanku, padahal aku sudah tahu dan mengerti akan hal itu. Di dunia ini hanya ada satu pilihan. Menjadi kuat bukan pilihan tapi keharusan.

"Aku sudah bilang itu pilihanku, ayo kita latihan panahan." Aku berdiri dari tidurku dan menegangkan tubuhku. "Mungkin kalau fisikku lebih kuat, aku akan kuat menahan racun itu!" Kataku tegas.

"Ariadne jangan memaksakan diri!" Bianca Bianca jangan melarang aku melakukannya. Hanya sia-sia saja.

"Bu kalau aku mati, maka aku sudah mengalaminya!" Kataku padanya.

Bianca Alphons tidak mengerti maksudku.

Di saat itu seorang kakek tua masuk dan memeluk diriku.

"Siapa anda?" Tanyaku yang memang tidak mengenali wajah asing ini.

"Bianca Alphons, kau Archimedes Alphons tidak pernahkah kalian memperkenalkan aku pada cucuku? Kalian adalah orang tua yang gagal!" Aku rasa dia kakekku. Hahaha melihat dia memarahi ayah dan ibuku dengan berani kurasa aku benar.

"Apakah anda kakek saya?" Tanyaku lagi.

"Iya nak, aku kakekmu orang tuamu yang payah itu Archimedes seharusnya memakan buah pare lebih banyak agar otaknya bisa bekerja sedikit saja!" Sudah kuduga, dia memang kakekku.

"Ayah anda baru datang dari jauh, pasti anda lelah!" Archimedes menahan rasa takut dimarahin.

"Berhenti membuat aku marah dan lakukan saja tugasmu, pergi tinggalkan kami kakek dan cucu, kamu Bianca masakkan aku dan cucuku bubur kacang hijau!" Kata kakek, Ibu pergi menyiapkan apa yang ayahnya minta sambil sebelumnya mencium pipiku. Sepertinya mereka semua hanya suka mencium pipi anak-anak.

Bab 3

"Ayah anda baru datang dari jauh, pasti anda lelah!" Archimedes menahan rasa takut dimarahin.

"Berhenti membuat aku marah dan lakukan saja tugasmu, pergi tinggalkan kami kakek dan cucu, kamu Bianca masakkan aku dan cucuku bubur kacang hijau!" Kata kakek, Ibu pergi menyiapkan apa yang ayahnya minta sambil sebelumnya mencium pipiku. Sepertinya mereka semua hanya suka mencium pipi anak-anak.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

"Kakek kakekku? " Aku masih tak percaya, laki-laki tua dengan jenggot panjang, mata setajam batu mulia dan dengan badan besar juga tampak tangguh ini adalah kakekku. Dia tampak luar biasa.

"Iya, kau tidak percaya?" Tanyanya padaku.

"Saya rasa, saya percaya pada anda!" Kataku mengulangi apa yang aku katakan lagi. "Ah, Thomas pernah bercerita tentang anda, anda adalah Beckham David?"

"Iya kamu benar nak, seharusnya yang menceritakan soal aku adalah si miskin Alphons itu, hais kenapa malah pengawalnya?" Beckham David, orang tua yang hangat ini pasti sudah melalui banyak kesulitan sebelumnya.

"Anda bisa memanggil saya Aria saja!" Aku belum bisa percaya pada kakekku tentunya. Tapi tidak apa kalaupun saat ini mungkin akan baik-baik saja.

Beckham David sangatlah ramah, dia mendongengkan aku tentang bagaimana dia dan nenekku bisa bertemu. Dan bagaimana Bianca dan Archimedes bisa bersama.

Dia bilang padaku kalau Archimedes dulunya orang yang sangatlah menakutkan. Dia bahkan tidak paham mana yang seharusnya untuk anaknya mana yang tidak. Archimedes dulunya hanya alat berdarah dingin yang tidak mengerti dan mengenal apa itu kasih sayang? Dia tidak tahu. Yang Archimedes tahu, kalau dia menjadi kuat maka dia tidak akan menderita. Hanya Bianca saja yang bisa masuk ke dalam ruang hati Archimedes.

Berbeda dengan kakek dan nenekku yang memang sejak kecil sudah bersama dan saling mencintai satu sama lain. Dan sangatlah di syukuri karena mereka juga di jodohkan orang tua mereka.

"Ibumu, orang yang tegas dan terus terang! Dia sangat kuat, tapi tidak tega kalau orang yang dia sayangi terluka. Archimedes juga orang yang sangat kaku, tapi dia sebenarnya peduli dengan orang lain, hanya tidak tahu cara mengutarakannya!" Kakek tampak tenang. Aku jadi ingat, di kehidupanku yang lalu aku tidak bisa merasakan kebahagiaan ini karena sudah tidak memiliki seorang kakek.

"Iya, saya tidak menyalakan mereka, hanya saja itu benar, melindungi diri sendiri adalah suatu keharusan! Mungkin anak perempuan lain tidak akan mendapatkan kesempatan yang sama dengan yang saya alami!" Aku tak mau kakek tua ini bersedih, dia kakek yang baik bagi cucu kecilnya ini.

"Ayah, buburnya sudah siap!" Ibuku Bianca datang dengan dua mangkuk bubur kacang hijau yang telah ia siapkan sendiri. Hal yang tidak biasa dilakukan oleh seorang Ratu.

"Hem, taruh di meja, aku akan menyuapi anak ini dengan tanganku sendiri!" Kakek tampak masih kesal pada ibu. Tapi tampak sedikit tersenyum geli.

"Bubur kacang hijau kelihatannya enak!" Ujarku mencoba memisahkan ketegangan yang membuat suasana tidak enak.

"Hahaha, biar kakek menyuapi Ariadne!" Ya aku mencoba tarik ulur sajalah.

"Tidak kakek, biar aku sendiri, aku sudah bisa makan sendiri!" Harus menolak, kalau tidak kedepannya dia akan lebih memanjakan diriku.

"Dia sudah bisa makan sendiri?" Tanya kakek pada ibu. Kakek tampak tidak percaya dengan kata-kata yang diucapkan oleh bibirku sendiri.

" Iya ayah, Ariadne jarang mau di suapi, dia sudah bisa makan sendiri sejak usia 2 atau 3 tahun!" Jelas Ibuku.

"Hais begitu ya! Ah ya sudah, Ariadne memang anak pintar sangat mandiri, selanjutnya kakek akan mengunjungimu lagi! Kamu harus banyak istirahat!!" Kakek berdiri dan menurunkan aku

dari pangkuannya.

"Setelah makan saya ingin mandi lalu berlatih pedang bersama kakak dan kakek, apakah tidak bisa?" Tanyaku berharap.

"Tidak bisa nak! Hari ini sampai disini dulu, besok saja aku akan menemanimu berlatih!" Kakek mengelus kepalaku dan pergi menyisakan aku dan ibuku Bianca.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Sudah tiga hari sejak aku sembuh, aku tidak melihat kakek, kakak ataupun ayah. Hanya Ibuku Bianca dan adikku Lottie yang terlihat.

"Ibu dimana ayah dan kak Erick? Juga kakek apakah beliau telah pulang? Kenapa tidak terlihat?" Aku penasaran sehingga aku tanyakan saja semuanya.

"Mereka mengurus masalah perbatasan di bagian Utara negara. Ada sedikit masalah disana, kalau sudah selesai berdiskusi mereka akan terlihat sayang!" Kata Bianca.

"Apakah aku bisa bertemu mereka?" Aku rindu kakek, ayah dan kak Erick.

"Baiklah, ibu akan membawa kalian menemui mereka." Bianca tampak serius, aku tahu urusan kali ini tidak sepele. Masalah perbatasan selalu menimbulkan masalah yang tidak kecil.

Aku memasuki ruang rapat, disana terdapat ayah, kakek dan kak Erick dan beberapa orang-orang penting. Mereka sudah berdiskusi disana sejak pagi, dan sekarang hampir mendekati tengah hari.

"Perbatasan di Utara adalah rawa yang berlumpur, jika meminta para prajurit menyeberangi rawa akan membuat mereka lelah lalu tidak dapat bertarung lagi!" Seorang bertubuh kurus dengan wajah lembut berkata dengan suara lelah.

"Huh, sampai disini..." Ayahku ingin berbicara tapi aku sudah membuka pintu terlebih dahulu.

"Ayah, kalian semua belum makan apapun bukan? Aku dan ibu memasak beberapa kudapan sebelum waktu makan siang!" Aku memasuki ruangan sambil mengajak dua pelayan yang membawa kudapan di sampingku.

"Ariadne sayang!" Ayah terlihat lebih bertenaga, laki-laki bernama Archimedes itu tampak senang dengan kedatangan diriku juga ibu dan Lottie.

"Baba!" Lottie yang baru berusia tiga tahun itu langsung berlari memeluk ayah. Dia tampak bersemangat.

"Apakah ini Putri Lottie dan Putri Ariadne?" Tanya seorang wanita yang mengenakan seragam arsitek.

"Salam kepada anda wanita terhormat!" Kataku sambil membungkukkan badan.

"Putri berlebihan justru sayalah yang merasa hormat kepada anda, apa lagi kecerdasan anda sangat terkenal diantara kami semua." Kata wanita yang belum aku ketahui namanya itu.

"Ayah saya pernah berkata, bahwa setiap orang yang berjasa bagi negara itu terhormat, sekalipun mereka itu bukan dari golongan bangsawan atau mereka seorang petani rakyat kecil sekalipun!" Aku menatap lurus pada wanita itu, lalu menatap pada ayah. Beckham David tampak melirik kearah ayah sebentar lalu kembali melihat ke arahku.

"Ahaha saya tidak menyangka Putri begitu cerdik seperti apa yang saya dengar!" Wanita itu tertawa sambil menutup mulutnya untuk menjaga martabatnya.

"Iya, saya banyak belajar dari orang-orang yang hebat, bukan begitu kak Erick?" Kataku pada kak Erick yang tersipu malu.

"Ariadne jangan menggoda kakakmu, nanti dia tidak bisa fokus!" Archimedes tertawa renyah seolah yang aku katakan lucu.

"Anda semua sedang membahas mengenai perbatasan?" Tanyaku pada mereka dan hampir semua orang menganggukkan kepala mereka.

"Kenapa adik?" Erick sudah sembuh dari salah tingkahnya rupanya.

"Kalau aku bisa memberikan saran aku akan sangat senang!" Kataku membuat semua kaget.

"Anda masih terlalu kecil, memangnya apa yang bisa anda lakukan putri?" Kata seorang disana dengan nada merendahkan.

"Saya memang masih kecil, tetapi mungkin kalian dapat mendengar dulu apa yang ingin saya sampaikan pada anda semua!" Kataku yakin.

"Katakan!" Ayah memberikan instruksi.

"Saya mendengar kalian membahas soal bagaimana cara untuk menyebrangi rawa? Saya rasa lebih baik menyebrangi rawa saja!" Kataku pada semua orang disana.

"Tapi putri kecil tahu kalau rawa itu berlumpur bukan?" Tanya seorang yang terlihat memakai kostum jenderal.

"Saya tahu, dan saya rasa anda semua perlu alat untuk itu, jadi saya putra sketsa desain yang unik dan menarik." Aku meminta beberapa carik kertas kepada orang yang duduk paling dekat denganku.

Aku mulai menggambar desainnya sendiri, lalu menyerahkannya pada arsitek wanita.

"Ini sangat bagus, nona. Saya rasa kita bisa menyebrangi rawa dengan ini. Dan apa ini?" Tanyanya pada gambar lain.

"Yang ini namanya Kipas pendingin!" Kataku menjelaskan.

"Untuk apa nona?" Tanya arsitek itu.

"Sebentar lagi musim panas tiba, mungkin sekarang masih musim dingin tapi kalau musim panas sudah tiba maka kita akan membutuhkan kipas ini untuk mendinginkan tubuh saat beristirahat! Dan saya sudah menulis resep yang akan berguna nantinya. " Kataku pada arsitek dan apoteker.

"Kalau alat kita bisa mencobanya esok hari, tapi untuk resep apa anda bisa menjamin itu berhasil?" Tanya seorang yang tadi meremehkan diriku.

"Anda bisa mencobanya, tidak hanya berguna untuk racun tetapi juga untuk menghangatkan tubuh pada malam hari, saya masih ada latihan, saya permisi!" Kataku pergi meninggalkan ruangan itu.

...

Baca juga.

...

1
R-Mr.Ne
btw gue kadang like kadang gak, sinyalnya susah, dan agak jelek.
R-Mr.Ne
Robert masih gengsi sama Alex, padahal udah palak Key aja gak sungkan, masa sungkan sama temen sendiri /Skull/
Ma Xixi (Heler).
kata pertama om Frederick udah bagus manggil anaknya pakai panggil nak, alias boy, akhirnya tetep beramah tamah juga /Joyful/
↳。˚ 🖇️')auh∆di♪♪⁠┌┘⁠♪: Ramah bukan? Wkwkwk
total 1 replies
Ma Xixi (Heler).
ramah banget om /Chuckle/
R-Mr.Ne
semoga Key baik-baik saja
R-Mr.Ne
apa Alex sebetulnya melindungi Key dari sesuatu?
⚖️Teͥ🆁eͣsͫa🦐♚⃝҉𓆊
mulai baca
🐈𝐀⃝🥀Ida Nur ✧༺♥༻
bismillah mulai baca
R-Mr.Ne
secuek itu Key Lin sama nyawa ayah kandungnya /Drowsy/
R-Mr.Ne
renggang banget Thor.
↳。˚ 🖇️')auh∆di♪♪⁠┌┘⁠♪: Wah, iya juga ya
total 1 replies
R-Mr.Ne
promosi novelmu yang sudah ku baca
R-Mr.Ne
promosi novelmu yang sudah kubaca
R-Mr.Ne
jadi key Lin sudah tahu semuanya?
R-Mr.Ne
itu pasti ibunya Shoe
Ma Xixi (Heler).
Update Now !!
Ma Xixi (Heler).
bokapnya waktu muda ganteng juga beng
Ma Xixi (Heler).
woooooooo cakep kali Maknya Alex
Ma Xixi (Heler).
Ėmir ini mencurigakan, jangan bilang dia musuh di balik selimut?
N_O
Hallo
Akumanusiabaikhati
Semangat Minnnn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!