Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Ingat! Aku tidak suka kalau kamu bersikap sinis pada Bianca, Lau. Perhatian semua ucapan atau perbuatanmu. Aku tidak akan memaafkanmu bila kamu melukainya!" pesan Liam membuat Laura mengeryit.
"Kamu berubah, Kak. Dengan jelas, kamu mengatakan bila akan membuat Bianca menyerah pada pernikahan kalian. Akan tetapi, mengapa kamu mengkhawatirkan Bianca seperti ini? Apa Kakak sudah mulai terjerat pesonanya?" ucap Laura blak-blakan.
Hari ini, Laura mendatangi apartemen Liam. Terpaksa dia menemani Bianca karena sang kakak akan melakukan perjalanan dinas selama tiga hari. Sebenarnya, dia malas berurusan dengan Bianca.
Dari ucapan Ivanka, dia mengetahui bila Bianca memanfaatkan beberapa pria untuk memuluskan skripsinya. Bukan hanya itu, Bianca juga memiliki circle pertemanan yang luar biasa hingga membuat Ivanka terlihat sangat iri. Namun, Laura menganggap semua itu biasa saja.
Laura hanya tidak ingin Bianca mempermainkan sang kakak. Pada kenyatannya, Liam yang telah menodai Bianca hingga perempuan itu hamil. Hal yang membuat Laura semakin membenci kakak iparnya itu karena menganggap Bianca yang telah menjebak Liam.
"Sudahlah, itu bukan urusanmu, Laura. Aku hanya minta kamu bersikap baik dan menjaga Bianca. Dalam rahimnya ada anakku yang merupakan keponakanmu," balas Liam.
Laura mengangguk, terlihat Bianca yang datang ke arahnya. Liam menghampiri Bianca, sikapnya memang mulai melembut bila berhadapan dengan Bianca. Ketika telah menjadi istrinya, dia mengamati bila Bianca tidak terlalu agresif bila berada di dekatnya. Justru, yang dikhawatirkan oleh Liam adalah dirinya sendiri yang tidak tahan untuk tidak menyentuh sang istri.
"Aku pergi dulu, jaga kandunganmu baik-baik. Aku tidak ingin kembali disalahkan bila terjadi sesuatu padamu!" ujar Liam pada Bianca.
"Hati-hati, hubungi aku bila telah sampai di tujuan," balas Bianca yang hanya diangguki oleh Liam.
Terbiasa dengan sikap Liam yang dingin, Bianca tidak masalah dengan respon Liam. Yang menjadi masalah saat ini adalah bagaimana dia dapat menghadapi Laura yang sejak awal tidak menyukainya.
"Apa kabar, Lau? Kudengar kamu sebenarnya bekerja di Singapura? Sampai kapan kamu akan berada di Indonesia?" tanya Bianca berbasa basi pada adik iparnya.
Umurnya dan Laura tidak terpaut terlalu jauh. Ivanka dapat mengenal Laura karena wanita itu pernah satu kelas. Ivanka pernah mengulang amta kuliah yang seharusnya sudah dia ambil. Perempuan itu beralasan, dosennya tidak kooperatif dalam memberikan penilaian.
Setelah itu, Ivanka dan Laura berteman dekat. Bahkan, Laura memberikan link pada Ivanka agar perempuan itu dapat bekerja di sebuah perusahaan ternama. Berbeda dengan Bianca, Ivanka harus berjuang mengandalkan dirinya sendiri. Itulah yang membuat Laura kagum pada Ivanka.
"Sudahlah, tidak penting berbasa basi denganku. Aku tidak ingin akrab denganmu. Jujur saja, aku sebenarnya malas menginap bila kamu ada di apartemen ini. Seharusnya, Ivanka yang menjadi istri Kakakku, bukan kamu!" balas Laura kembali berbicara sinis pada Bianca.
"Begitukah? Berarti kamu mengetahui perbuatan Ivanka pada malam itu? Dia yang menjebak Liam hingga tidak dapat mengendalikan dirinya. Bisa dibayangkan bila Ivanka menjalankan rencananya dengan baik. Kamu memang akan mendapati Ivanka menjadi kakak iparmu," ungkap Bianca berusaha bersikap tenang.
"Hentikan menjadikan Ivanka sebagai kambing hitam! Kamulah yang telah menjebak kakakku sesuai dengan ucapan Liam!" tukas Laura memandang tajam Bianca.
"Terserahlah. Seiring berjalannya waktu, kamu akan mengetahui siapa Ivanka!" balas Bianca kemudian menuju kamarnya.
Laura berdecak kesal lalu meminta asisten rumah tangga untuk menaruh kopernya di kamar yang tepat di sebelah kamar utama. Liam telah mengantisipasi semuanya, hingga menambahkan ranjang di kamar sebelah yang sebenarnya adalah ruang kerja Liam. Pun asisten rumah tangga yang dia pekerjakan hanya bekerja paruh waktu. Jadi, pada malam hari Bianca hanya sendiri di apartemen yang membuat Liam khawatir.
Terdengar bunyi ponsel Laura, perempuan itu mencari ponselnya dan mengeluarkannya. Dia melihat nama Ivanka di layar ponsel. Laura tersenyum kemudian mengangkat panggilan dari Ivanka.
"Ya? Aku sedang di apartemen kakakku!" ucap Laura.
"Kalau begitu, bolehkah aku mengunjungimu dan kakakmu?" tanya Ivanka dengan riang.
Ivanka mengira Laura akan tetap berpihak dengannya. Tidak seperti Paula yang terang-terangan meminta Ivanka menjauh dari Liam. Hanya Laura yang dapat menjadi harapan Ivanka.
"Maaf, mungkin Bianca akan tidak nyaman bila kamu datang ke sini. Aku sedang menemaninya karena kakakku sedang dinas di luar kota!" jawab Laura yang sebenarnya tidak enak menolak keinginan Ivanka.
Lama Ivanka terdiam, dia tidak menyangka bila Laura secepat itu berubah. Perempuan itu sudah tidak lagi memahami perasaannya. Padahal, Ivanka sudah mengatakan betapa dia sangat sedih ketika mengetahui Liam dan Bianca menikah.
"Kalau begitu, malam ini pergilah ke Club, Laura. Kita sudah lama tidak bersenang-senang!"
"Tapi...."
"Tidak ada kata tapi. Aku menunggumu, Laura!" tukas Ivanka kemudian menutup sambungan ponselnya.
Laura gelisah karena ajakan dari Ivanka. Dia memahami bila perasaan Ivanka pasti sakit karena Liam menikahi Bianca. Namun, dia tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegah pernikahan Liam.
Perempuan itu memahami bila keluarga Bianca bukanlah keluarga sembarangan. Hal yang dilakukan oleh kakaknya dapat membuat reputasi keluarga mereka rusak. Bahkan, perusahan mereka bisa terancam bangkrut bila Liam tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Laura memutuskan untuk pergi ke Club menemui Ivanka. Lagi pula, sahabatnya itu benar, dia sudah lama tidak bersenang-senang. Laura keluar kamar dengan mengenakan pakaian yang minim. Gaya pakaian inilah yang diajarkan oleh Ivanka pada dirinya.
"Laura, kamu mau ke mana? Ini sudah malam!" ucap Bianca yang melihat gelagat Laura ingin pergi dari apartemennya.
"Sudahlah! Jangan ikut campur dengan urusanku! Kamu itu tidak asik, Bianca. Aku tentu saja ingin bersenang-senang bersama Bianca di Club!" balas Laura tanpa sengaja mengatakan dia akan pergi ke Club.
"Tidak! Kamu tidak boleh pergi! Jangan lupa kalau tugasmu adalah menemaniku, Laura! Aku akan..."
"Apa? Kamu ingin apa?" potong Laura memelototi Bianca. Dia sudah menduga kalau Bianca akan melarangnya bertemu dengan Ivanka. Sudah terkenal bila Bianca dan Ivanka tidak akan pernah akur.
"Aku....hanya..."
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❤️