NovelToon NovelToon
Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Tidak Pernah Ada Kata Perpisahan Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Poligami / Lari dari Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: jnxdoe

Selama 2 tahun menjalin mahligai rumah tangga, tidak sekali pun Meilany mengucapkan kata 'tidak' dan 'tidak mau' pada suaminya. Ia hanya ingin menjadi sosok seorang isteri yang sholehah dan dapat membawanya masuk surga, seperti kata bundanya.

Meski jiwanya berontak, tapi Mei berusaha untuk menahan diri, sampai pada akhirnya ia tidak bisa menahan lagi ketika suaminya meminta izinnya untuk menikah lagi.

Permintaan itu tidak membuat Mei marah. Ia sudah tidak bisa marah lagi ketika sudah kehilangan segalanya. Tapi ia juga tidak bisa tinggal di tempat yang sama dengan suaminya dan memilih pergi.

Selama 7 tahun Mei memendam perasaan marah, sampai pada suatu ketika ia menemukan kebenaran di dalamnya. Kebenaran yang sebenarnya ada di depan matanya selama ini, tapi tidak bisa ia lihat.

Bisakah Mei memperbaiki semuanya?

*Spin off dari "I Love You, Pak! Tapi Aku Takut..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jnxdoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21 -

"Jadi, bagaimana menurutmu, Ash? Kegiatan ini bisa dilakukan?"

"Tidak masalah pak Ilyas. Kebetulan saya juga telah membuat budgetnya di akhir tahun kemarin. Income kita cukup signifikan kuartal pertama, jadi cukup banyak dana yang bisa kita gunakan untuk kegiatan karyawan."

Hagen terkekeh. Tampak ia menyender puas di kursinya.

"Tapi kau yakin Herman akan setuju? Orang itu biasanya pelit mengeluarkan uang untuk kegiatan begini."

Senyuman Aslan tampak teduh dan melebar.

"Saya akan meyakinkannya pak. Kalau memang saya gagal, paling saya akan minta pak Ilyas dan juga pak Stanley untuk mem-back up saya nanti."

Terdengar tawa serak dari tenggorokan Hagen.

"Jangan khawatir. Saya dan Stanley akan melakukannya tanpa harus kau minta."

Keduanya masih bercakap-cakap sebentar sampai Hagen keluar dari ruangan meeting itu.

"Jangan lupa buat rundown dan rincian kegiatannya. Kau bisa minta tolong pada Andromeda atau tim HRD lain. Bisanya mereka cukup terbiasa menangani pengaturan acara semacam ini."

"Baik pak Ilyas. Kebetulan saya juga sudah punya beberapa brosur dari vendor. Akan coba saya diskusikan dengan tim saya dulu, nanti baiknya seperti apa."

Kedua alis Hagen terangkat tinggi. Tampak tertarik.

"Oh? Brosur apa?"

"Kebanyakan penginapan dan resort pak. Tapi saya masih milih-milih juga, soalnya beberapa sepertinya lebih sesuai buat pasangan yang lagi bulan madu."

Pria tinggi di depannya tampak terdiam. Perlahan kedua pipinya merona. Ia sedikit mendekat.

"Ash?"

"Ya, pak?"

Lelaki bermata kelabu itu sedikit berdehem.

"Tolong kau kopikan brosur-brosur itu untukku. Saya ingin melihatnya."

Sinar bertanya tampak di mata Aslan, tapi pria itu hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Tentu saja pak. Akan saya berikan salinannya nanti pada pak Ilyas." Hagen menepuk bahunya dan pergi.

Setelahnya, raut wajah Aslan berubah muram. Yang tadinya senyuman cerah, kini hanya tersisa mulut yang tertekuk. Sama sekali tidak ada kegembiraan yang tadi diperlihatkannya.

Menghela nafas sangat dalam, lelaki itu melangkah gontai, kembali ke ruangannya sendiri.

Sekitar 1 jam kemudian, Aslan tampak membawa berkas dan berjalan di lorong di lantai yang berbeda. Kaki pria itu berhenti di depan pintu bertuliskan fotokopi. Ia membuka pintu, dan tiba-tiba saja menutupnya lagi.

Terasa debaran kencang di dalam d*anya yang terdengar seperti gemuruh di telinganya. Kedua matanya telah melihat sesuatu yang sangat terlarang di dalam sana.

Ia sedikit terlonjak saat seseorang menyapanya. "Sore pak Aslan. Tumben ke sini?"

Ketenangan luar biasa tertampil di wajah lelaki itu, berbeda 180 derajat dari yang dirasakannya.

"Sore. Kebetulan ada yang perlu saya fotokopi."

"Oh? Kenapa tidak masuk?"

Aslan tersenyum ramah. "Antri. Masih ada orang di dalam."

"Oke pak. Kalau begitu, saya duluan ya."

"Silahkan."

Setelah beberapa saat kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Tampak sosok tinggi berkulit putih kemerahan keluar dari sana. Ekspresinya tegang dan kaku. Pria itu baru saja akan pergi saat menyadari keberadaan lelaki lain yang sedang berdiri menyender ke tembok.

"Ash? Kau sedang apa di sini?"

Tenang, Aslan memperlihatkan berkas di tangannya. "Fotokopi pak Ilyas."

Jawaban itu membuat tubuh Hagen berdiri lebih tegak. Wajah lelaki itu semakin tegang.

"Ash? Apa kau lihat sesuatu?" Suara serak pria itu terdengar rendah dan sedikit mengancam.

Mendengar itu, Aslan hanya memberikan senyuman singkat di bibirnya.

"Saya tidak melihat apapun, pak. Sejak tadi, saya hanya menunggu di sini."

Bibir merah Hagen menipis dan cuping hidungnya sedikit melebar. Tapi pria itu kemudian menggeleng dan menekan tombol lift khusus direksi.

Satu telunjuknya mengarah ke bawahannya. "Kita akan bicara lagi nanti."

Pintu lift itu baru menutup, membawa bos besarnya kembali ke atas, saat pintu ruangan itu terbuka lagi. Kali ini, tampak sosok wanita manis berambut panjang keluar dari sana. Tampangnya sedikit gusar dan marah.

"Oh! Pak Aslan?" Suara wanita itu terdengar terkejut saat melihatnya.

"Sore bu An. Kebetulan. Ibu sudah selesai fotokopinya?"

Mata bulat wanita itu mengerjap dan ia mengangguk kaku. "Ya. Saya sudah selesai. Silahkan pak."

Mengangguk sopan, Aslan masuk ke ruangan fotokopi. Hidungnya mencium wangi samar-samar campuran antara parfum pria dan juga wanita di ruangan yang cukup kecil itu. Suhu ruangan juga terasa cukup hangat. Sedikit merasa terganggu, lelaki itu memutuskan membuka pintunya.

Berdiri di depan mesin fotokopi, ia mulai mengeluarkan berkas dari map yang dibawanya. Tampak beberapa brosur di tangannya, yang kemudian ia pilah-pilah lagi.

Apa yang sedang kau lakukan, Ash?

Pertanyaan itu menggema dalam otaknya, membuatnya menghentikan kegiatannya.

Pernikahanmu hancur. Isterimu meninggalkanmu. Anakmu sudah tidak ada. Ibu yang tadinya kau benci pun kini sudah pergi menyusul ayah ke alam sana, meninggalkan sisa dosa untukmu.

Mati-matian kau kerja seperti ini, sebenarnya untuk apa, Aslan? Mencari uang banyak? Untuk apa kau punya uang, kalau pada akhirnya kau tidak membaginya dengan siapa pun?

Pemikiran itu membuat mata cokelat Aslan mengerjap pelan. Kedua matanya mulai memanas.

Tujuh tahun, Ash... Tujuh tahun kau menunggunya! Tapi apa yang kau dapat? Tidak ada, selain hinaan dan tuduhan! Apa kau mau tetap hidup seperti ini? Hidup sebagai lelaki pecundang dan tidak punya harga diri?

Pandangan matanya mengarah ke salah satu brosur, dan Aslan bisa merasakan kekosongan di hatinya.

Brosur itu menampilkan villa dengan pemandangan indah. Beberapa foto memperlihatkan suasana romantis yang memang diperuntukan bagi pasangan baru menikah atau sedang berbulan madu. Tampak ranjang dengan kelopak bunga mawar merah tersebar dan juga bath tub yang dipasangi lilin-lilin harum di sekitarnya.

Pemandangan itu membuat hatinya terasa sangat sakit di dalam, membuat matanya kini berkaca-kaca.

Hidupmu sudah hancur, Aslan. Kau mungkin kini punya banyak uang, tapi kau tidak punya seorang pun. Kau tidak punya tujuan yang ingin kau capai kan? Apa kau tahu kegunaanmu selain sebagai budak korporat?

Kau sudah tidak ada gunanya, Ash! Ada tidak adanya dirimu, tidak akan ada bedanya bagi orang lain.

Deg!

Sejenak, bola mata pria itu tampak sangat kosong.

Setelahnya, terlihat Aslan berjalan meninggalkan ruangan fotokopi dan masuk ke dalam lift. Tampak lantai yang ditujunya adalah lantai teratas gedung perkantoran ini.

Di ruang fotokopi yang pintunya masih terbuka, terlihat map berisi brosur-brosur tadi tergeletak di dalam tong sampah. Pria itu telah membuangnya tanpa mengkopinya lebih dulu.

Apa yang ada dalam pikiran Aslan saat ini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan brosur-brosur itu.

1
Sri Mulyati
lanjut Thor ceritanya seru
Anis Rohayati
jujur gua malah jiji klu smpe mei balikan lagi sma si smpah aslan ingat laki2 modelan kya gini ga harus di pertahan kan pantes di buang
Sunaryati
Segera urai kesalahpahaman kalian, mulai dari awal jika sudah kembali bangun komunikasi yang baik jangan ada hal yang harus ditutpi
Harun Gayam
hadeuh muter² tetuss
Sunaryati
Itu akibat tak ada komunikasi yang jelas tujuh tahun yang lalu
Sunaryati
Dobell up Thoot makin menarik ceritanya
Sunaryati
Makin ada kejelasan, tapi tetap saja penyebabnya Ashlan telat menjelaskannya pada Mei sehingga Mei menyimpulkan jika Ashlan bersedia menikahi Cristine apalagi dugaan itu dikuatkan dengan kebersamaan Ashlan dan Cristine di kedai kopi dan terlihat Ashlan memegang tangan Cristine
Sunaryati
Itu sepenuhnya bukan salahmu, karena Ashlan tidak menjelaskan setelah kamu kecelakaan yang menyebabkan keguguran, seharusnya waktu itu mengurai kesalahpahamanmu memergoki Ashlan dan Cristine di kedai, karena sebelumnya Ashlan minta izin menikah
Ma Em
Aku kasihan pada Aslan kalau memang Aslan tdk menikah dan tdk pernah tidur dgn Cristine bilang sama Mei dan buktikan agar Mei percaya
Ma Em
Luar biasa
Sunaryati
Selidiki duli Mei, dan kamu Ashlan jika kamu tidal menikahi Cristine buktikan. Kesalahan kamu dulu minta izin menikahi Cristine, dua kamu ketemuan sama Cristine yang dipergoki Mei sehingga Mri kecelakaan dan keguguran
kesalahau besar Ashlan
Sunaryati
Lanjuut donel up Thoor, ceritanya semakin seru dan menarik
Sunaryati
Jelaskan dulu Ashlan Mei dan pembaca juga penasaran, kamu jadi menikahi Cristine? Jika ya kabulkan permintaan Mei untuk menceraikannya, jika tidakk kejar dan perjuangkan cintami, karena Mei sangat setia padamu
Sunaryati
Ceritanya menarik jika berkenan tolong up tiap hari Thoor
Sunaryati
Jika Ashlan tidak jadi menikah dengan Cristin, kembalilah. Namun jika sudah menikah lebih baik mundur dari pada sakit hati
Sunaryati
suka, jika penasaranku terjawab ttg Cristine tak kasi bintang 5
Sunaryati
Lanjuut fobel up, ya
Sunaryati
Bagaimana pernikahan Ashlan dengan Cristine, Thoor, bukankah kepergian Mei karena Ashlan akan menikahi mantannya itu
Sunaryati
Oh ternyata Mei keguguran ketika kecelakaan saat melihat Ashlan dan Cristin di Cafe, kasihan Mei
jnxdoe: Terima kasih kak buat komentarnya... Tetep baca sampai tamat ya... 🥰🙏
total 1 replies
Sunaryati
Sebelum pergi kan mengabarkan kehamilan Mei pada Ashlan, mana anak Mei?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!