Bijak dalam membaca😊
❗HANYA HALUAN AUTHOR, DAN NOVEL INI TIDAK MENGENAL AGAMA APAPUN❗
"Ahh..! " pekik Reqy sambil membuang jutaan kecebong ke dalam kantung pengamannya di dalam sana. Setelah itu bergegas mengeluarkan uang warna merah dari pouch bagnya dan mengusir wanita itu.
Reqy Sebanan adalah seorang duda matang, berusia 38 tahun yang dipecundangi oleh istri yang sangat dicintainya 10 tahun yang lalu. Reqy tahu istrinya mendesah di bawah kungkungan laki-laki lain, tapi dia tak bisa melakukan apapun.
Cinta yang teramat dalam membuat Reqy membiarkan dan memendamnya dalam hati, sampai talak itu jatuh ketika istri yang dicintainya berani menampar putra mereka.
Hingga Reqy dipertemukan dengan daun muda 19 tahun dari desa yang membuatnya kelimpungan.
Bagaimana kisah hot duda satu ini?
Ikuti ceritanya
by : Roro Halus
❗DILARANG PLAGIAT ❗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Gen Sebanan
"Waaaahhhhhhhh! Baby girl hebat!" pekik Rasty sambil mendekat ke arah Reqy dan bayi itu.
Reza hanya tersenyum dan Nia memasang wajah penuh tanya dengan pekikan Rasty.
Reqy yang menyadari dirinya tersenyum pun buru-buru membuang lengkungan lebar bibirnya!
"Wah, baru kali ini, tante Rasty bila lihat senyuman Kak Reqy berkat kamu, Sayang!" seru Rasty sambil mentoel pipi bakpao baby girl.
Reqy hanya terus memandang bayi itu dengan tatapan mendamba, entah kenapa hati Reqy langsung ingin selalu dekat dengan bayi itu dan tak bisa berpaling dari paras cantiknya.
"Siapa namanya?" Tanya Reqy datar sambil terus memandang bayi itu.
"Belum di kasih nama, Kak. Dedeknya baru launching kan!" jawab Rasty.
"Jika, Tuan berkenan, sumbanglah satu nama untuk putri saya!" jawab Nia yang langsung membuat semua orang di ruangan itu menatapnya tidak terkecuali Reqy.
"Aku?" jawab Reqy dengan mengerutkan keningnya.
"Ya, berilah nama untuk putri saya sebagai penghormatan karena telah sudi melihat bayi saya. Ya kan, Mas?" tanya Nia sambil melihat Eja.
'Berilah nama putrimu, Pak! Dia pasti sangat senang mendapat nama dari Papa kandungnya!' batin Nia.
"Boleh, benar itu, Tuan. Kebetulan kita belum sempat menyiapkan nama untuk putri kita!" jawab Eja dengan senyum mengembang.
"Raindya, dia bayi yang seperti hujan, menyejukkan hati siapapun. Mami saya langsung jatuh cinta dengannya dan sayapun langsung terpikat dengan bayi cantik ini!" jawab Reqy sambil memandang bayi mungil yang sangat menggemaskan itu.
"Bagus. Terima kasih namanya, Tuan." jawab Nia setuju dengan nama yang diberikan Reqy pada putrinya.
"Ya, aku juga setuju, Sayang!" kata Reza sambil mencium kening Nia.
Deg! Deg!
'Perihnya dadaku!' batin Reqy.
"Kalau begitu saya permisi. Aku pulang, Ras!" kata Reqy pamit walaupun berat melepaskan bayi cantik itu.
Akan tetapi, Reqy tidak ingin semakin terbakar jika terus disini.
"Iya, Kak, ayo Rasty temani!" jawab Rasty.
Reqy pun hanya mengangguk sebagai jawabannya dan meletakkan bayi cantik itu, Reqy kecup sebentar keningnya, entah dorongan darimana.
Ya, Reqy tau dia sangat ingin mengecup bayi cantik itu. Reqy kemudian berjalan keluar kamar diikuti Rasty.
Oek! Oek! Oek!
Saat Reqy akan membuka pintu, bayi cantik itu menangis sangat kencang membuat Reqy berhenti dan menoleh karena tidak tega mendengar suara bayi itu.
Hatinya ikut sakit mendengar jeritan bayi itu, kemudian kembali menghampiri bayi cantik itu yang sudah ada di gendongan Nia untuk ditimang kembali.
"Rain yang cantik, jangan menangis. Nanti, Om, kesini lagi, jenguk Rainya?" kata Reqy sambil mengusap pipi bakpao baby Rain di timangan Nia.
Deg! Deg! Deg!
Jarak yang begitu dekat membuat jantung Nia dan Reqy sama-sama berdetak kencang.
Dengan ajaib juga tangisan baby Rain langsung berhenti mendengar ucapan Reqy.
Dan Reqy tersenyum tipis kemudian berbalik untuk pulang.
"Hati-hati, Kak, Terima kasih sudah berkunjung. Sepertinya baby Rain sangat menyukaimu!" kata Rasty saat mengantar Reqy.
"Iya, lain kali aku akan berkunjung, lagi!" jawab Reqy di tengah dada yang bergejolak, seolah sangat berat meninggalkan baby Rain.
"Sering-sering ya, Kak!" jawab Rasty senang.
"Aku pulang!" jawab Reqy datar sambil mengangguk mengiyakan permintaan Rasty.
Kemudian Reqy bergegas meninggalkan Rumah Sakit itu menuju kediaman utama keluarga Sebanan. Jaraknya lumayan jauh dari mansion keluarganya.
Banyak pikiran yang mengganggu Reqy hingga membuat Reqy pergi ke Mansion utama keluarga setelah hampir 14 tahun tidak pernah menginjakkan kaki di mansion ini.
Tin! Tin!
"Mang, tolong buka gerbangnya!" kata Reqy sambil membuka jendela mobilnya.
"Aden! Iya den, sebentar ya!" jawab Mang Ujang yang terkejut melihat Adennya pulang.
Reqy pun melajukan mobilnya setelah mang Ujang membuka gerbang dan menuju parkiran Mansion.
Cklek!
Reqy kemudian masuk ke dalam Mansion utama dan berlari menuju kamar Mami dan Papinya di lantai bawah.
Mami dan Papinya yang ada di ruang keluarga pun terkejut dan langsung mengikuti Reqy.
"Ada apa Reqy? Apa yang kamu lakukan di kamar Mami?" tanya Mami saat Reqy ada di kamarnya.
Berdiri memandang foto bayi yang ada di figora besar tembok kamar Maminya.
Reqy diam seribu bahasa memandang foto itu!
"Kenapa kamu melihat fotomu? Tumben!" kata Maminya mendekat dan merangkul Reqy ikut menikmati pemandangan bayi kecil Reqy.
"Mam, Apa semua bayu wajahnya mirip?" tanya Reqy tanpa melihat Maminya.
Pandangannya masih fokus mengamati wajahnya saat bayi!
"Tentu saja tidak, Kalau semua mirip, Bagaimana sang ibu mengenali anaknya?" jawab Maminya.
"Ada apa, Reqy? Apa kamu melakukan kesalahan?" tanya Papinya yang melihat gelagat aneh putranya.
"Mami coba lihat bayi cantik ponakannya Rasty, Reqy merasa wajahnya sangat mirip dengan Reqy!" jawab Reqy yang langsung membuat Mami dan Papi terkejut.
"Apa maksudmu, Reqy!" pekik Maminya.
"Lihat dulu, Mam!"
Mami dan Papinya pun mulai melihat gambar yang ada di ponselnya sendiri, memperbesar agar terlihat jelas wajah baby girl itu.
Deg! Deg!
'Sangat mirip sekali! Kenapa aku tidak menyadari itu!' batin Maminya.
"Iya mirip, tapi mungkin kebetulan saja. Dia putri milik Reza, Reqy!" jawab Maminya.
"Mam, Mami bukan orang yang melupakan gen Sebanan, kan? Maka dari itu Mami bersikeras bahwa Reno bukan putra, Reqy? Mami yakin kebetulan?" tanya Reqy.
"Maksudmu? Kamu?" jawab Maminya terkejut hingga terduduk di sebelah Reqy.
"Mam dengarkan aku, Tentu aku yakin Mami tahu kebiasaanku jajan diluar. Tapi, aku selalu melakukannya dengan aman. Dan hanya satu kali, aku melakukannya tanpa pengaman dengan seorang gadis perawan yang aku temui di Jogja!" jawab Reqy.
"R—reqy!"
"Reqy melakukannya malam itu berulang karena baru pertama merasakan yang masih segel, Mam!" jawab Reqy lagi.
"Lalu?" tanya Papinya mulai serius dengan ucapan putranya.
"Mami sudah yakin memang, jika Sonia gadis murahan. Tapi kamu selalu menutupinya!" seru Maminya Reqy setelah mendengar kebenaran jika Reqy baru merasakan yang perawan saat di Jogja.
"Kejadiannya di bulan Februari saat proyek besar dengan Danu Condotama itu, Pap!" jawab Reqy.
"7 bulan!" seru Maminya sesaat setelah menghitung usia kandungan.
"Otakku sangat berisik sekarang, Pap, Mam. Aku merasakan jatuh cinta yang luar biasa saat melihat bayi itu. Jantungku berdebar, dadaku berdenyut. Seolah aku ingi melindungi bayi itu. Aku tidak pernah merasakan ini!" jawab Reqy lagi.
Entah kenapa Reqy menceritakan perasaannya pada Mami dan Papinya karena dia tak bisa berfikir jernih.
Otaknya dipenuhi tangisan Baby Rain!
"Kehamilan itu dihitung dari hari pertama haid terakhir ibu. Dari sini bisa Mami simpulkan jika bayi itu milikmu, karena usianya kurang dari 9 bulan dan kamu bilang dia tak tersentuh sebelum kamu nodai, kan!" jawab Maminya juga mulai berdebar.
"Kenapa tidak kamu nikahi, justru kamu menodai anak gadis orang?" tanya Papinya.
"Saat itu dia berusaha bunuh diri karena dijual pamannya pada Danu Condotama, dan menghadiahkannya padaku. Dia memberikannya dengan suka rela, Pap, dan setelah itu aku tau jika dia melakukannya karena balas budi mendiang ibunya!" jawab Reqy pelan.
"Balas budi bukan dengan tidur dan merenggut kegadisannya." pekik Papinya.
PLAK!
Bersambung...