"Aku menyukainya. Tapi kapan dia akan peka?" ー Asami
"Aku menyukaimu, tapi kurasa orang yang kamu sukai bukanlah aku" ー Mateo
"Aku menyukaimu, kamu menyukai dia, tapi dia menyukai orang lain. Meski begitu, akan aku buat kamu menyukaiku lagi!" ー Zayyan
.
.
.
Story © Dylan_Write
Character © Dylan_Write
Cover © Canva
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dylan_Write, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan Yang Kembali
Entah bisa disebut rencananya berhasil atau hanya sebuah kebetulan, Asami dan Mateo kembali akrab seperti dulu. Keduanya sudah saling menyapa bahkan sekarang punya nama panggilan masing-masing.
"Sasa Micin, mau kemana?" Panggil Mateo iseng saat melihat Asami di koridor kelas ketika ia sedang mampir ke sekolah sepulang PKL.
"Saya bukan micin, Mamat!" Sahut Asami tidak mau kalah.
Begitulah keseharian mereka sekarang.
"Bentar, Sa. Ada yang mau saya omongin." Ucap Mateo serius. Asami menghentikan langkah namun masih dengan tatapan sinis, "apaan?"
"Kamu bawa motor?" Asami menggeleng, "nggak, tadi berangkat sama temen. Kenapa?"
"Pulang sama siapa?"
"Nggak tau. Paling nanti bareng lagi sama temen."
Mateo tersenyum misterius, "Oke deh."
Asami menaikkan sebelah alisnya, "apa sih?"
Mateo kemudian berlalu meninggalkan Asami yang kebingungan. Bibirnya menggerutu kesal karena perlakuan Mateo makin hari makin aneh, membuatnya semakin berharap.
Kadang saat ada pertemuan OSIS yang mengharuskan anggotanya pulang malam, Asami selalu berangkat bersama Mateo. Ia menggunakan alasan matanya yang minus dan silinder sebagai tameng agar bisa berangkat bersama Mateo. Dan Mateo pun tidak mempermasalahkan hal itu. Ia malah dengan senang hati mengantar-jemput Asami seperti dulu lagi.
...ΩΩΩΩ...
Mata Asami membulat saat melihat notifikasi pesan masuk di handphonenya. Ia bahkan sampai harus mencubit pipinya sendiri untuk meyakinkannya bahwa ini bukan mimpi.
Pesan itu berbunyi : "Saya akan ke rumahmu sepulang PKL." Dan pesan itu dari Mateo.
Asami memang diberi tugas untuk membuat proposal 17-an oleh kakak-kakak OSIS, namun Asami belum terlalu paham cara membuatnya dan kakak-kakak OSIS tidak mau membantu. Padahal Asami sudah bilang pada Mateo akan berusaha mengerjakan sendiri, namun ia maksa untuk turun tangan langsung sebagai wakil ketua.
Dan di sinilah Mateo sekarang, berada di depan rumah Asami dengan Asami yang sudah menyambut dengan ceria di depan gerbang.
"Ayo masuk. Kamu benar-benar baru pulang PKL terus ke sini?" Tanya Asami penasaran.
"Nggak sih, saya pulang dulu tadi naruh tas." Sahut Mateo. Ia melepas helm lalu mulai memasuki rumah Asami.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Ibumu mana?" Tanya Mateo, matanya berkeliling mencari sosok ibu Asami. Asami lalu memanggil dan tak lama wanita paruh baya itu keluar dari dalam.
"Eh udah sampai ya. Masuk masuk. Kalian mau kerjain dokumen kan?"
"Iya, Bu."
"Masuk aja. Asa, bikinin minum temennya."
Asami mengangguk kemudian berlalu ke dapur setelah sebelumnya menyalakan komputer dan membiarkan Mateo mengutak-atik dokumen di komputernya. Sepuluh menit kemudian, Asami kembali dengan dua gelas penuh es teh. Ia memberikannya satu pada Mateo dan satu untuk dirinya sendiri.
"Gimana menurutmu? Ini saya bikin sendiri dua malam, modal internet aja. Masih bingung sebenernya susunannya gimana. Kata-katanya juga nggak ngerti." Keluh Asami seraya menatap gambar layar komputernya.
"Sebenernya kata-katanya udah pas, cuma penempatannya salah." Koreksi Mateo, "coba kamu ketik ulang, saya yang bacain."
Asami menurut. Ia mengetik semua yang Mateo ucapkan. Ketika ada salah, Mateo langsung mengoreksi dan menuntun Asami membetulkan penempatan kata-katanya. Mereka berdua bekerja sama layaknya partner kerja sungguhan sampai waktu berjalan sangat cepat bagi mereka. Adzan Maghrib pun berkumandang.
"Ada masjid nggak Deket sini, Sa?"
Asami menunjuk, "di sebelah sana ada mushala. Kelihatan kok soalnya di pinggir jalan. Kamu mau shalat di sana?"
Mateo mengangguk. Ia kemudian bangkit tepat saat adzan berakhir, "saya shalat dulu ya. Kamu lanjutkan aja, kalo ada yang nggak ngerti berhenti dan tunggu saya." Perintahnya. Asami mengangguk semangat, Mateo pun berlalu.
Sekarang Asami sibuk buat status di WhatsApp tidak peduli statusnya sudah titik-titik. Ia membagikan rasa senangnya hari ini di status, membuat penonton statusnya hanya bisa bersweatdrop ria. Selesai membagikan status, Asami bangkit untuk shalat juga.
Lima belas menit kemudian, Mateo kembali dan dikejutkan dengan semangkuk mie tersedia di depan komputer. Asami nya tidak ada. Ia celingukan mencari keberadaan Asami.
"Oh sudah kembali? Kata ibu, kita disuruh makan dulu." Ujar Asami seraya menaruh gelas es teh yang penuh es batu. Mateo belum meminumnya jadi Asami menambahkan gula dan es batu saja ke dalamnya, sedangkan gelas milik Asami ia isi ulang es tehnya.
"Repot-repot banget. Kan saya jadi enak hehe." Kekeh Mateo. Ia pun duduk lalu langsung mengambil mangkuk mie tersebut, "makasih ya." senyumnya hangat sebelum menyeruput mie yang masih hangat itu.
Asami ikut tersenyum. Hatinya berbunga-bunga luar biasa. Buru-buru ia ikut menyeruput mie miliknya sebelum ia ditinggal makan lagi seperti waktu itu.
..............
"Ini udah selesai. Tinggal kasih kakak kelas aja nanti. Bilang ini basic proposal pertama yang kamu buat." Ujar Mateo begitu mengklik tombol save pada komputer.
Asami mengerutkan keningnya, "kenapa? Kan kamu ikut bikin juga."
"Yang wakil sekretaris kan kamu. Saya mah wakil ketua dan cuma bantu kamu bikin. Yang sudah bikin dari awal kan kamu juga." Jelas Mateo. Asami setuju, tapi tetap saja dia kan membantu juga.
Mateo bangkit lalu memakai jaketnya, "nanti kalo ada yang salah langsung revisi aja."
Asami bangkit dari duduk, kecewa karena Mateo sudah mau pulang, "iya..."
"Saya pulang dulu ya, makasih loh mie sama es tehnya."
Asami menggeleng, "bukan apa-apa kok."
"Ibumu di kamar ya? Nitip salam aja ya." Mateo bergegas keluar disusul Asami yang mengekor sampai gerbang. "Hati-hati ya, makasih buat hari ini." Ucap Asami lesu.
"Makasih juga." Balas Mateo seraya tersenyum manis. Asami yang tadinya lesu jadi kembali semangat melihat senyuman manis Mateo itu. Mateo menyalakan motornya lalu melaju sesaat sebelum kembali pamit pada Asami.
Asami berbunga-bunga. Ia harap dapat merasakan perasaan ini selamanya.
...ΩΩΩΩ...
"Ini apa?"
"Proposal 17-an kak. Aku coba buat kemarin soalnya disuruh kak Illa."
Lily menghela napas lelah, "ini sih bikin kerjaan baru namanya."
Bagai tersambar petir, hati Asami patah seketika mendengarnya. Proposal yang ia buat susah payah hanya bermodalkan internet dan Mateo yang susah payah datang ke rumahnya untuk membantu dibilang hanya menambah kerjaan baru. Asami menunduk.
"Kenapa si Illa ngasih tugas yang aneh-aneh sih? Kan harus kerja dua kali kalo begini mah, duh!" Keluh Lily pada angin. Ia mengabaikan Asami yang masih berada di depannya. Asami mengepalkan tangan kuat-kuat.
"Udah kamu balik PKL lagi aja. Lagi PKL kan? Ini biar saya yang urus." Ucap Lily dingin.
Asami menurut lalu ia segera pergi dari Ruos sembari menahan tangis. Hasil kerja kerasnya di mata Lily adalah hal yang sia-sia. Ia memang mengharapkan kritik, tapi bukan yang seperti ini. Asami kecewa dengan Lily.
.............
"Saya kecewa sama kak Illa." Keluh Mateo tiba-tiba saat keduanya pulang dari pertemuan OSIS hari minggu.
"Kenapa kecewa?"
Mateo menghela napas lelah, "mereka setiap bikin keputusan, saya nggak pernah diajak padahal saya kan wakil ketua. Kalo saya berpendapat, pendapat saya nggak pernah dipikirkan juga."
Mata Asami membulat. Apa yang dikatakan Mateo sangat mirip dengan yang Asami rasakan selama ini atas perlakuan Lily padanya.
"Mereka tuh nyuruh kita mengutarakan pendapat, tapi kalo pendapat adik kelasnya nggak pernah di dengar, buat apa mengutarakan? Egois banget yang dipikirin cuma pendapat mereka doang, pendapat adik kelasnya nggak dipikirin." Oceh Mateo kesal. Asami diam, mendengarkan dengan seksama.
Selama perjalanan Mateo mengoceh tentang ketidaksukaannya pada angkatan kak Illa dan hampir seluruh opini Mateo related dengan Asami makanya Asami mengangguk-angguk setuju selama Mateo mengoceh.
Mateo juga bilang bahwa Rika sebagai wakil bendahara juga merasa tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan, padahal mereka bertiga ini kepengurusan inti OSIS. Serasa ada circle di dalam circle jadinya. Mereka bertiga pun kecewa dengan angkatan kak Illa.
Asami buru-buru ganti topik guna mencairkan suasana yang sudah memanas, "Umm... Kamu pernah kecelakaan, Mat?"
Mateo melirik Asami dari kaca spion motornya, "pernah. Memang kenapa?"
Asami memancing Mateo untuk bercerita tanpa Asami harus bertanya, dan pancingannya berhasil.
"Waktu saya SMP saya ngebut naik motornya. Waktu itu saya lupa mau kemana. Lalu pas lewat depan sekolah SMP saya, pas mau nyalip dari kanan, tiba-tiba muncul mobil box. Saya berusaha menghindar tapi akhirnya jatuh karena tidak seimbang. Waktu itu saya nggak pakai helm, kepala saya terbentur dan waktu itu saya pingsan di tempat. Bangun-bangun udah di puskesmas dengan perban di kepala." Cerita Mateo.
Asami jadi khawatir. Meski itu cerita lama, tetap saja Asami khawatir karena yang mengalami adalah orang yang disukai Asami.
"Memangnya kamu pernah kecelakaan?" Mateo balik bertanya.
"A-ah... Itu baru kejadian dua Minggu yang lalu." Jawab Asami gugup. Ia selalu merinding setiap menceritakan atau mengingat kembali kejadian hari itu.
"Kecelakaan dimana?"
"Persimpangan sekolah."
"Kok bisa?"
"S-saya mau belok, udah kasih sen tapi tetap ditabrak dari belakang t-terus saya malah dimaki k-karena katanya salah saya." Asami meremas bajunya, mencoba tetap kalem meski sebenarnya tubuhnya gemetar.
"Kok saya nggak tahu ya?" Mateo bertanya-tanya.
"I-iya, saya nggak mau orang lain khawatir."
Mateo terdiam sejenak. Asami melanjutkan, "sekarang pun dada saya sesak terus setiap naik motor."
"Itu namanya trauma. Tapi gapapa, trauma hanya bisa hilang kalau dilawan." Mateo tersenyum simpul, diam-diam ia berbisik sangat pelan.
"Kamu hebat sudah berusaha melalui itu."
Mateo mulai tertarik dengan cara berpikir dan bertindak Asami.
Akankah suatu hari cinta Asami terbalaskan?
...******...
Semangat ya🙂
pasti dia ngerasain hal itu tapi tetep berusaha buat nahan rasa sakitnya tanpa harus di luapkan.
Tak bisa berbicara juga tak ingin merasa sakit/Scowl/
semangat Zayyan kamu pasti bisa membuat Asami jatuh hati sama kamu. . .
masih jauh...saling support yaa
Ini karya pertamaku di sini. Hope this book can make all of you enjoy reading!
Masih banyak kekurangan dalam buku ini, tapi aku selalu berusaha memperbaikinya hari demi hari.
Mohon dukungannya~!
smgt thor💪