NovelToon NovelToon
Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Cintapertama / Horror Thriller-Horror / Cinta Terlarang / Cinta Murni / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Pihak Ketiga
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Dokter Fikri adalah seorang psikiater dari kepolisian. Dokter Fikri adalah seorang profesional yang sering menangani kriminal yang mengalami gangguan kepribadian.

Namun kali ini, Dokter Fikri mendapatkan sebuah pasien yang unik, seorang gadis berusia 18 tahun yang mempunyai riwayat penyakit kepribadian ambang (borderline).

Gadis itu bernama Fanny dan diduga membunuh adik tiri perempuannya yang masih berumur 5 tahun.

Apakah Dokter Fikri biaa menguak rahasia dari Fanny?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 : Dr. Ahmad Fikriyansyah

Aku merasa semakin tertekan setelah pembicaraanku dengan Fanny, di mana dia mengungkapkan bahwa identitas asliku adalah Nazam. Tekadku untuk memahami kebenaran semakin kuat, jadi aku memutuskan untuk menemui Dr. Irma dan meminta penjelasan lebih lanjut mengenai data Fanny serta ucapan Michelle yang mendorongku untuk mencari kebenaran berdasarkan intuisiku sendiri.

Ketika aku memasuki ruang Dr. Irma, suasana terasa tegang. Aku langsung membuka pembicaraan, "Dr. Irma, aku perlu memastikan informasi yang tidak konsisten tentang Fanny. Berkas yang aku baca sebelumnya menunjukkan bahwa Fanny berusia 18 tahun dan dikategorikan sebagai adik tirinya, Sasya yang terbunuh. Namun, berkas lain menunjukkan bahwa dia berusia 25 tahun dan bernama Sasya Fanny Laurensius. Bisakah kamu menjelaskan ini?"

Dr. Irma memandangku dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Dr. Fikri, kamu harus tahu bahwa data seperti ini bisa saja mengalami kesalahan dalam proses administrasi. Kami selalu berusaha memperbarui informasi yang ada."

"Ini bukan hanya soal data administrasi," kataku tegas. "Yunita juga muncul dalam ingatanku. Dia adalah anakku menurut ingatanku, tapi di berkas yang aku baca sebelumnya, Yunita adalah anak dari Fanny. Mengapa ada ketidaksesuaian besar seperti ini?"

Dr. Irma tetap tenang, seolah mempertimbangkan jawabannya dengan hati-hati. "Kesalahan administrasi bisa terjadi, terutama jika ada perubahan data yang tidak segera diperbarui. Mungkin ada pengacauan antara catatan yang berbeda. Namun, tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika kami bisa memperbaikinya."

Kemarahanku semakin memuncak, aku dengan kasar menggebrak meja Dr. Irma dengan sangat keras, anehnya Dr. Irma tidak terkejut. Seperti dia sudah terbiasa mengalami hal ini. "Siapa Nazam? Kenapa Fanny memanggilku dengan nama Nazam! Kamu harus menjelaskan semuanya!"

Dr. Irma tetap duduk dengan tenang, matanya menatap kosong ke arah meja. Dia menarik napas panjang sebelum mulai berbicara, suaranya lembut namun penuh makna yang tersembunyi. "Kadang-kadang, Dr. Fikri, realitas dan ilusi tidak dapat dibedakan dengan mudah. Dalam labirin yang kita hadapi, beberapa kunci mungkin hilang di antara bayang-bayang."

Aku merasa bingung dengan kiasan yang digunakannya. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti semua ini. Beri aku penjelasan yang jelas!"

Dr. Irma menatapku dengan tatapan penuh rahasia. "Pikirkanlah segala sesuatu seperti sebuah lukisan yang penuh warna dan tekstur. Tidak semua warna dalam lukisan itu adalah apa yang terlihat di permukaan. Ada lapisan-lapisan tersembunyi di bawahnya. Kadang-kadang, kita harus menggali lebih dalam untuk menemukan arti sebenarnya."

"Jangan main-main denganku, Dr. Irma!" seruku, frustrasi semakin mendalam. "Aku butuh jawaban yang jelas, bukan teka-teki yang membingungkan."

Dr. Irma mengangguk pelan, seolah memahami tekanan yang aku rasakan. "Baiklah, mari kita anggap bahwa setiap individu adalah sebuah karakter dalam sebuah cerita. Setiap karakter memiliki latar belakang dan peran yang mungkin tidak langsung terlihat. Fanny dan kamu atau seharusnya, Nazam adalah bagian dari cerita yang lebih besar."

"Apa yang kamu coba katakan?" tanyaku, hatiku berdebar kencang. "Apa hubungannya antara aku, Fanny, dan Nazam?"

"Dr. Fikri, dalam dunia ini, ada banyak narasi yang saling berjalinan. Fanny memiliki peran yang penting dalam cerita ini, begitu juga denganmu. Hubungan kalian—baik yang nyata maupun yang tersembunyi—adalah kunci untuk memahami keseluruhan gambaran." Dr. Irma berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada yang lebih misterius, "Terkadang, nama hanyalah simbol. Seperti bayangan yang bergerak di dinding gua, nama-nama ini mungkin berubah sesuai dengan cara kita melihat dan mengartikannya."

Aku merasa semakin bingung. "Apa maksudmu dengan simbol dan bayangan? Aku butuh penjelasan konkret tentang siapa Nazam sebenarnya, dan kenapa itu penting!"

Dr. Irma menatapku tajam, lalu bertanya dengan nada yang semakin membuatku merasa tidak stabil. "Siapa nama istri dan nama anakmu?"

Aku terkejut dan panik. "Apa maksudmu? Aku...aku," kepalaku mulai terasa seperti akan meledak, aku tidak tahu nama mereka. "Bagaimana bisa aku tidak tahu nama istri dan anakku? Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku tidak bisa mengingat hal-hal dasar tentang hidupku sendiri?"

"Bukankah nama anakmu Yunita? Itu yang selalu kamu sebutkan? Yunita.. Yunita.. Bukankah nama anakmu sama dengan nama anaknya Fanny yang ada di dalam berkas?" Tanya Dr. Irma mendesakku dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa aku mengerti.

Aku tertegun, terengah-engah, merasakan denyut jantungku semakin cepat. "Apa yang kamu katakan? Yunita? Tapi itu...itu tidak mungkin. Yunita...Yunita adalah nama anakku. Bagaimana bisa nama yang sama ada dalam berkas Fanny?"

Kepala ku semakin pusing, rasanya seperti berada di tengah badai yang tak bisa aku kendalikan. "Tidak mungkin! Tidak mungkin Yunita adalah anak Fanny! Aku...aku ingat dengan jelas bahwa Yunita adalah anakku! Ini tidak mungkin, ini tidak masuk akal!"

Aku berjalan mondar-mandir di ruang Dr. Irma, meremas rambutku dengan tangan gemetar. "Kenapa aku tidak bisa mengingat nama istri dan anakku? Kenapa semua ini terasa seperti mimpi buruk yang tidak berujung? Ada sesuatu yang sangat salah di sini, dan aku merasa terjebak dalam kebohongan besar."

Aku terus berjalan mondar-mandir, merasa jantungku berdebar kencang. Dr. Irma tiba-tiba memutar sebuah video di layar monitor yang ada di ruangan. Aku menatap layar dengan mata yang membelalak, menyaksikan video penangkapan dari kepolisian.

Dalam video itu, tampak sosokku, tampaknya lebih muda, memegang Colt M1911 dengan ekspresi yang sulit dikenali. Di sampingku, Fanny tampak sangat tertekan, wajahnya penuh dengan air mata, menangis histeris. Suara di video itu samar-samar, namun aku bisa mendengar isak tangis dan teriakan putus asa dari Fanny.

Kepalaku berdenyut sangat keras, rasanya seperti seluruh isi kepalaku tertekan. "Ini—ini tidak mungkin! Aku tidak pernah melakukan hal seperti ini!" Aku merasa mual dan hampir tidak bisa bernapas.

Di dalam video itu juga ada Reino yang memandangku dan Fanny dengan kebencian. Terdengar suara samar dari Reino, "Aku akan membunuh kalian, Nazam... Fanny... "

"Apakah kamu ingat semua ini Dr. Fikri?" Tanya Dr. Irma mendesakku.

Aku menggelengkan kepala, rasa panik semakin menyelimuti diriku. "Tidak, aku tidak ingat sama sekali. Aku tidak pernah melakukan hal seperti ini! Apa yang terjadi di sini? Kenapa aku ada di video itu, memegang senjata, dan apa hubungannya dengan Reino?"

Dr. Irma mematikan rekaman tersebut dan mendekat, menatapku dengan ekspresi sulit diartikan. "Coba ingat, kapan kamu pertama kali tiba di sini?"

"Aku pertama kali sampai di sini beberapa bulan lalu! Aku menerima panggilan dari AKBP Sunaryo untuk menangani kasus Fanny!"

Dr. Irma memalingkan pandangannya sejenak, lalu melemparkan sebuah koran ke arahku. Aku menangkap koran tersebut dengan tangan gemetar dan membaca tajuk utamanya, "AKBP Sunaryo Meninggal Dunia Karena Sakit Setahun yang Lalu."

Aku masih terpaku dengan koran itu di tanganku, kepalaku penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab. Dr. Irma menatapku dengan intensitas yang tajam. "Dr. Fikri, sudah saatnya kita berhenti bersembunyi di balik kebingungan ini. Kamu perlu mengingat siapa dirimu sebenarnya."

Aku menelan ludah, berusaha meredakan kegelisahanku. "Apa maksudmu? Aku tahu siapa aku. Aku adalah Dr. Ahmad Fikriyansyah, Sp.KJ. Aku seorang psikiater dan perwira polisi."

Dr. Irma mendesah, ekspresinya semakin mendalam. "Itu hanya bagian dari kebenaran. Pikirkan lagi, lebih dalam. Siapa dirimu yang sebenarnya? Apa yang telah kamu lupakan atau coba abaikan?"

Aku meremas koran itu, merasa semakin terjebak. "Aku... Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud. Aku adalah Dr. Ahmad Fikriyansyah."

Dr. Irma melangkah lebih dekat, suaranya semakin mendesak. "Tidak, itu bukan jawaban yang aku cari. Siapa dirimu sebenarnya, jauh di dalam hatimu? Ingat kembali, Nazam."

Kata itu menghantamku seperti palu. Tiba-tiba, potongan-potongan memori mulai bermunculan, kepalaku terasa berdenyut semakin keras. Aku mencoba melawan, tapi kata-kata itu terus menggema di pikiranku.

"Nazam... Aku adalah... Nazam?" bisikku dengan suara gemetar, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan.

Dr. Irma mengangguk perlahan, ekspresi wajahnya mencerminkan campuran antara simpati dan tekad. "Ya, kamu adalah Nazam. Itulah identitas aslimu, yang telah kamu sembunyikan atau lupakan. Kini, kamu harus menerima dan menghadapi kenyataan ini, tidak peduli seberapa menyakitkannya."

Aku merasa seluruh duniaku terbalik, kebenaran yang selama ini terkubur dalam-dalam akhirnya terungkap. "Jadi, ini semua... siapa sebenarnya aku? Apa yang telah aku lakukan?"

Dr. Irma menatapku dengan penuh perhatian. "Itulah yang harus kamu temukan, Nazam. Perjalananmu baru saja dimulai. Tapi sekarang, setidaknya kamu tahu siapa dirimu sebenarnya."

1
Livami
kak.. walaupun aku udah nikah tetep aja tersyphuu maluu pas baca last part episode ini/Awkward//Awkward//Awkward/
aarrrrgh~~~
Umi Asijah
masih bingung jalan ceritanya
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ
Novelku sendiri
Livami
orang kayak gitu baik fiksi ataupun nyata tuh bener2 bikin sebel dan ngerepotin banget
Livami
huh.. aku suka heran sama orang yang hobinya ngerebut punya orang... kayak gak ada objek lain buat jadi tujuannya...
Umi Asijah
bingung bacanya..😁
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Ada yang mau ditanyain kak?
total 1 replies
Livami
terkadang kita merasa kuat untuk menghadapi semua sendiri tapi ada kalanya kita juga butuh bantuan orang lain...
Livami
ending episode bikin ademmm
Livami
ok kok semangat thor
Livami
woo.. licik juga Tiara
semangat tulis ya Thor /Rose/
bagus ceritanya
Livami
bagus Lo Thor.. ditunggu up nya.. semangat/Determined//Determined//Determined/
LALA LISA
tidak tertebak...
Sutri Handayani
pffft
LALA LISA
ending yang menggantung tanpa ada penyelesaian,,lanjut thoor sampai happy ending
LALA LISA
benar2 tak terduga ..
LALA LISA
baru ini aku Nemu novel begini,istimewa thoorr/Rose/
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Terimakasiiih
total 1 replies
LALA LISA
cerita yg bagus dengan tema lain tidak melulu tentang CEO ..semangat thoorr/Rose/
Reynata
Ngeri ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!