Karena permintaan kakeknya , Ellena dan Luis terpaksa menikah dan hidup bersama tanpa cinta dalam pernikahan mereka. Akankah Ellena mampu bertahan dalam pernikahan itu, atau justru memilih untuk pergi? Hanya waktu yang mampu menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lakukan Saja, Aku Tidak Peduli
Siang hari yang terik, Ellena sibuk dengan rancangan gaun pengantin di boutique miliknya. Choa datang dengan wajah serius. "Ell, ada yang mencari mu," katanya sambil menunjuk ke ruang tunggu.
"Siapa?" tanya Ellena, alisnya berkerut.
Choa hanya menggeleng. "Aku tidak tahu."
Ellena meninggalkan ruangannya dan menuju ke ruang tunggu. Di sana, dia melihat seorang wanita berdiri dengan ekspresi tidak ramah.
"Kau yang bernama, Ellena? Aku ingin bicara," kata wanita itu tanpa basa-basi.
Ellena mengenali Adelia dari cerita-cerita Luis. "Jika ini tentang Luis, aku tidak akan meninggalkannya," kata Ellena seolah-olah sudah mengerti dengan maksud kedatangan Adelia.
Adelia memohon, "Tolong pikirkan perasaanku. Aku dan Luis sudah bersama sangat lama, dan kami berpisah karena dirimu."
Ellena mengangkat alisnya mendengar apa yang Adelia katakan. Dia sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan Adelia. "Kenapa kau harus menyalahkan orang lain atas ketidakmampuanmu sendiri? Dia tidak akan pergi jika kau bisa membuatnya merasa nyaman berada di sisimu sehingga dia tidak sampai berpaling ke hati lain."
Adelia tampak putus asa. "Kalau begitu, aku akan bunuh diri jika kau tidak menuruti permintaanku."
Ellena tersenyum sinis. "Lakukan saja apa yang kau inginkan karena aku tidak peduli." Dia berbalik dan melangkah pergi, tetapi kemudian berhenti dan menoleh kembali. "Sebaiknya kau pergi, jangan sampai pelangganku tidak nyaman karena keberadaanmu di sini."
Dengan itu, Ellena melenggang kembali ke ruangannya, meninggalkan Adelia yang tetap bergeming di tempatnya.
***
Luis baru saja keluar dari ruang operasi, merasa lelah namun puas setelah menyelesaikan operasi yang rumit. Saat ia berjalan menuju ruang istirahat, Adelia muncul di hadapannya dengan ekspresi penuh tekad.
"Luis, kita perlu bicara," katanya, suaranya tegas namun terdengar putus asa.
Luis berhenti, menatap Adelia dengan dingin. "Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan," jawabnya dengan nada datar.
Adelia menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata. "Aku masih sangat mencintaimu, Luis. Aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku sudah mengakhiri hubunganku dengan Rion."
Luis menarik napas panjang, berusaha menjaga ketenangannya. "Itu tidak akan mengubah apapun, Adelia. Hatiku sekarang sudah ada orang lain. Aku tidak bisa dan tidak akan kembali padamu."
Mata Adelia membulat, air mata mulai mengalir di pipinya. "Tapi Luis, aku sudah berubah. Aku berusaha menjadi lebih baik. Tolong beri aku kesempatan lagi."
Luis menggeleng pelan. "Kesempatan itu sudah lama hilang. Aku tidak bisa memberimu apa yang kau inginkan."
Wajah Adelia berubah, kini dipenuhi oleh kemarahan dan putus asa. "Kalau begitu, aku akan bunuh diri jika kau tidak mau kembali padaku." Dia mengeluarkan sebuah botol kecil dari tasnya, berisi cairan yang tidak diragukan lagi adalah raccun.
Luis menatapnya tanpa ekspresi. "Mengancamku tidak akan mengubah keputusanku. Jika itu yang ingin kau lakukan, lakukanlah."
Adelia terkejut, dia benar-benar tidak menyangka Luis akan begitu dingin. Dia membuka botol raccun itu dan menenggaknya dalam satu kali minum. Luis tetap tidak bergerak, menatapnya dengan tatapan yang tidak terpengaruh.
Saat Adelia mulai jatuh pingsan, Luis berbalik dan memanggil perawat. "Tangani dia, jangan sampai dia mati dan mempermalukan rumah sakit ini," katanya dengan tenang.
Para perawat dan dokter lain segera berlari mendekat, mengambil alih Adelia yang kini tergeletak tak sadarkan diri. Luis menatap mereka sejenak sebelum berbalik dan melanjutkan jalannya.
"Kau tidak akan pernah mengubah keputusanku, Adelia. Selamat tinggal," ucapnya pelan di tengah langkahnya.
Rumah sakit menjadi heboh oleh tindakan Adelia, namun bukannya merasa simpati, banyak yang merasa jijik dan malas dengan tindakan putus asanya.
***
Sang Surya telah kembali ke peraduannya, meninggalkan langit dengan lembayung senja yang menawan. Sang bayu berhembus pelan, membawa kehangatan yang tersisa di udara. Di horizon, cahaya keemasan perlahan memudar, menandakan datangnya malam.
Luis pulang ke rumah dengan tubuh lelah setelah hari yang panjang di rumah sakit. Ia langsung mencari Ellena, dan dia menemukan wanita itu di ruang tengah. Tanpa berkata apa-apa, Luis langsung menghampiri dan memeluknya erat.
Ellena tersenyum dan membalas pelukan suaminya. "Kau pasti lelah ya?" katanya lembut.
Luis hanya mengangguk, tetap dalam posisi memeluk Ellena. Ia menutup matanya, menikmati aroma tubuh Ellena yang begitu menenangkan. Segala kelelahan seolah sirna dalam pelukan wanita yang dicintainya.
Setelah beberapa saat, Ellena membuka percakapan. "Luis, mantan kekasihmu datang menemuiku di butik hari ini."
Luis terkejut, dia langsung melepaskan pelukannya dan menatap Ellena dengan alis terangkat. "Apa yang dia katakan?" tanya Luis penasaran.
Ellena menatap Luis dengan serius. "Dia memintaku untuk meninggalkanmu. Bahkan dia mengancam akan bunuh diri jika aku tidak menurutinya."
Luis mengernyitkan dahi, namun Ellena melanjutkan dengan senyum tipis. "Aku memintanya untuk bunuh diri saja kalau itu memang keinginannya. Tapi, tentu saja, itu tidak mengubah keputusanku."
Luis tersenyum mendengar jawaban Ellena, dia merasa lega dan terharu dengan keputusan Ellena. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia menundukkan kepala dan mencium Ellena dengan penuh gairah. Ciuman mereka segera berubah menjadi panas dan penuh hasrat, seolah tidak ingin melepaskan satu sama lain.
Mereka terus berciuman sambil berjalan menuju sofa, tidak melepaskan bibir mereka yang saling metlumat dan memagut. Luis menjatuhkan Ellena di atas sofa, kemudian ia berada di atas tubuh istrinya tanpa melepaskan ciumannya. Ciuman mereka semakin dalam, penuh dengan keinginan yang membara. Entah siapa yang memulainya lebih dulu. Pakaian mereka mulai berserakan di lantai, satu per satu dilepas tanpa henti.
Beruntung tidak ada orang lain di rumah itu, sehingga mereka bisa bebas mengekspresikan perasaan mereka. Setelah puas dengan kegiatan mereka di sofa, Luis mengangkat Ellena dalam pelukannya dan membawanya ke kamar mereka. Di sana, mereka melanjutkan kegiatan yang tertunda, menuntaskan malam pertama yang telah lama dinantikan.
Malam yang dingin bagi orang lain menjadi malam yang panas dan menggairahkan bagi mereka berdua, menandakan awal yang baru dalam hubungan mereka yang semakin erat dan penuh cinta.
***
Bersambung.
agar bisa menyenangkan suamimu...❤️❤️