Follow sosmed author
IG:Mia novita23
Tiktok:Miss Mia Novita
Hidup kamu selama ini sudah enak, jadi mama mau kamu merelakan suamimu untuk kakakmu, dan kamu ambil suami kakakmu yang tidak berguna itu!" ucap seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah mama tirinya pada Natalie, anak keduanya di keluarga Jonathan.
"Maksud mama aku disuruh bertukar suami dengan kakak?"
Bagai disambar petir disiang hari, Nathalia yang baru saja pulang kerja harus mendengar permintaan sang mama yang terdengar aneh. Namun disini Nathali tidak bisa menolak permintaan konyol ibu sambungnya, hingga mau tidak mau Nathali harus merelakan suami yang menikahinya satu tahun yang lalu untuk sang kakak dan menikah dengan suami kakaknya yang dingin dan juga cuek. Abian namanya.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan Nathali dan Abian? ikuti yukkk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
positif
"Bangsat! Berani sekali dia memerasku dengan ancaman" umpat Jesika setelah membaca pesan yang tadi dia terima.
Wanita itu menatap pada layar ponselnya. Merasa sangat menyesal dengan apa yang selama ini dia lakukan. hal itu sudah membuatnya terjebak dengan seorang Dave. Pria tampan namun pengangguran juga toxic.
Jesika melempar ponselnya kesal setelah mentransfer sejumlah uang yang Dave minta di pesan yang sudah dia kirim untuk Jesika tadi.
Malam berlalu. suara kicauan burung berhasil membangunkan Nathali di hari weekend. wanita itu mengerjab lalu membuka kedua matanya ketika angin sepoy menerpa wajahnya dengan lembut.
Semalam karna tidak bisa tidur, Nathali memutuskan menatap bintang dari balkon kamarnya, wanita itu menulis sebuah novel yang dia kasih judul"selamanya bersamamu" untuk mengisi malamnya yang kelam tanpa adanya sosok Abian di sampingnya. hingga tanpa sadar dia tertidur di di atas balkon dengan ponsel yang masih menyala.
Nathali memutuskan menulis kisahnya dengan Abian menjadi sebuah novel yang akan dia tulis sendiri.
"Hmm..sudah pagi" gumamnya seraya menguap beberapa kali. Kedua matanya masih terasa berat karna hanya tidur beberapa jam saja.
Nathali bangun lalu turun ke bawah. Mendapati Bu Salma yang sedang sibuk dengan aktivitas paginya di dapur.
"Selamat pagi, Bu." Sapa Nathali sembari mengambil segelas air putih
"Pagi, Ira. Sudah bangun?"
"Iya, Bu. apa hari ini ada acara? Bu Salma masak banyak sekali" tanya Nathali sambil memperhatikan beberapa masakan Bu Salma yang sudah tertata rapi di atas meja.
"Oh tidak..ini ada pesanan catering.. semalam saya lupa ngasih tau kamu buat minta bantuan" tukas Bu Salma sambil terus sibuk dengan masakannya.
"Kenapa nggak di bangunin saja tadi, Bu?"
"Sudah tidak masalah... Ini sebentar lagi selesai."
"Oh ya, Ira. Nanti tolong antarkan sebagian pesanan ini ke hotel pantura ya, soalnya saya mau antar pesanan Bu kades"
"Baik, Bu. biar Ira bantu angkat ke sana Bu"
Selama satu Minggu tinggal bersama dengan Bu Salma, wanita paruh baya itu memperlakukan Nathali dengan sangat baik seperti anaknya sendiri. Bahkan Nathali merasa seperti merasakan keberadaan sang bunda kembali di sisinya.
Sudah belasan tahun Nathali tidak merasakan kelembutan seorang ibu, ketika bertemu dengan Bu Salma, wanita itu merasakan kembali kelembutan sosok seorang ibu yang memberikannya kasih sayang tulus. Padahal kebersamaannya dengan Bu Salma hanyalah satu Minggu, namun Nathali bisa merasakan wanita itu sosok seorang ibu yang penuh kasih sayang.
"Seandainya sikap dan perlakuan mama Indri sama aku seperti Bu Salma. Pasti selama ini aku hidup bahagia" batin Nathali sambil terus menatap Bu Salma
"Papa...nana merindukan papa" batinnya yang tiba-tiba keingat akan Jonathan.
Setelah pernikahannya dengan Abian, Nathali memang tidak pernah lagi bertemu dengan Jonathan. Jangan kan bertemu, sebatas berkabar juga tidak pernah. Benar-benar terasa seperti orang asing yang tidak saling mengenal.
"Semoga papa selalu sehat disana" batin Nathali lagi lalu membuang nafasnya pelan.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah tuju..Nathali sudah bersiap untuk mengantarkan pesanan Bu Salma ke hotel pantura.
"Hati-hati di jalan ya, Ira."
"Iya, Bu. Saya jalan dulu"
Dengan menggunakan motor matic milik Bu Salma, nathali menuju hotel pantura yang berjarak cukup jauh dari kediaman Bu Salma. karna Hotel itu berada di pusat kota.
Nathali melihat kembali nama penerima yang sudah di tulis oleh Bu Salma beberapa saat yang lalu.
"Ibu Diana?" tanya Nathali pada seorang wanita paruh baya berparas cantik.
"Benar, apa kamu yang mengantar pesanan saya?"
"Benar, tu. Terimakasih sudah memesan. Saya permisi" Nathali menunduk sopan lalu membalikkan tubuhnya, namun dia tidak tau jika ada orang lain di belakangnya.
Bruuukkk
Nathali tertabrak pada tubuh orang itu"maaf... Maaf... aku tidak sengaja" ucap Nathali menoleh sekilas pada orang itu kemudian beranjak pergi meninggalkan lobi hotel.
Nathali melajukan kembali motor nya menuju kediaman Bu Salma..
Abian rutin melakukan pengobatan dengan di dampingi sang mommy dan juga Vano selaku dokter pribadinya.
"Kondisi kamu sudah semakin membaik, Ar." Kata Vano sambil membantu Abian belajar berjalan selama dua bulan terakhir
"Keinginanmu untuk sembuh memang luar biasa. Bahkan kamu bisa sembuh lebih awal dari waktu yang sudah aku perkirakan waktu itu" lanjut Vano lagi. memang dia pernah mengatakan pada Abian mungkin membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk pemulihan. namun, ternyata Vano salah, hanya memerlukan waktu dua bulan Abian sudah mulai bisa berjalan tanpa alat bantu.
"Ini semua juga karna bantuan kamu. Terimakasih"
Setelah sembuh total, Abian sudah membuat rencana untuk kembali ke kota Bogor dan mencari keberadaan Nathali di kota itu. Abian masih cukup tidak percaya dengan surat yang sudah dia baca hari itu. Pria itu ingin mendengar kebenaran secara langsung dari mulut Nathali.
"Bagaimana mengenai istrimu? apa teman-temanmu sudah menemukan keberadaannya?" Tanya Vano ketika mereka sudah duduk bersantai di kursi yang ada di taman kediaman Alexander.
"Belum...bahkan sampai saat ini Bima juga Vemas masih berusaha mencari keberadaan Nathali. entah kemana dia pergi" Abian membuang nafasnya berat.
"Sudah...jangan terlalu dipikirkan dulu... Untuk saat ini lebih baik kamu fokus dengan kesembuhan mu dulu. Setelah itu kami bisa mencari keberadaan istrimu, nanti aku bantu" tukas Vano seraya menepuk pundak Abian.
"Tidak perlu, aku sudah terlalu banyak merepotkan mu, Van."
"Jangan seperti itu, kita ini adalah saudara. Jadi sudah sepantasnya aku membantumu dalam segala hal. Oh ya, bulan mungkin aku tidak bisa datang, ada tugas ke Surabaya beberapa hari" terang Vano kemudian beranjak pergi.
****
Nathali menatap benda putih yang ada di tangannya. Benda itu menunjukkan garis dua di tengah yang awalnya samar hingga lama kelamaan menjadi jelas..
"Positif" gumam Nathali pelan. satu butir bening itu berhasil lolos membasahi kedua matanya.
Selama dua bulan ini Nathali terlalu sibuk dengan beberapa pesanan lukisan, sehingga dia tidak menyadari datang bulannya yang sudah lambat dua bulan..
Wanita itu menunduk, menatap perutnya yang masih rata namun ada nyawa lain di dalamnya.
"Aku hamil... apa yang harus aku lakukan sekarang" ujarnya sambil mengusap perutnya yang datar.
Nathali keluar dan menemui Bu Salma di ruang tengah, mengatakan apa yang saat ini terjadi padanya.
"Aku harus bagaimana, Bu?" lirih Nathali
"Kamu tenang saja, ibu yang akan membantu kamu buat merawat anak itu. Jangan terlalu khawatir" Bu Salma menggenggam tangan Nathali, berusaha meyakinkan jika semuanya akan tetap baik-baik saja.
"Lalu bagaimana jika nanti orang-orang tau aku hamil. Pasti mereka akan mempertanyakan dimana ayah bayi ini" itulah yang Nathali khawatirkan sejak tadi. Bagaimana jika orang sekitar mempertanyakan suami? Sedangkan tidak ada yang tau jika Nathali sudah menikah kecuali Bu Salma.
"Itu kita pikirkan nanti, yang perlu kamu lakukan sekarang hanya menjaga bayi dalam kandunganmu dengan baik hingga dia lahir nanti"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Vano berjalan pelan menyusuri koridor rumah sakit yang tidak terlalu ramai. Langkahnya terhenti ketika seorang penjaga farmasi memanggil nama Nathali di depan ruangan tunggu pengambilan obat.
"Nathali. namanya sama seperti nama istri Arcelio. Ah tapi tidak mungkin itu dia, hanya kebetulan namanya saja yang sama kali ya"
Vano kembali melangkah masuk keruangan Farmasi. Mengambil beberapa macam obat yang akan dia bawa kembali nanti untuk Arcelio.
"Nyonya Nathali.?" tanya seorang penjaga apotek itu
"Iya"
"Jangan lupa vitamin kandungannya diminum yang rutin ya,"
Nathali mengangguk kemudian pergi dari sana..
"Jadi wanita ini sedang hamil.. mukanya kok kayak familiar, tapi aku pernah melihatnya dimana ya"
jadi penasaran aq...