“Addunya kulluhaa mata', wa khoyru mata’uddunya al mar’atushshalehah”
“Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalihah."
Kelanjutan cerita di Balik Cadar Aisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu
Lidya yang kaget langsung melihat Siti sambil mengerutkan keningnya.
Sejenak dia tertegun sambil memperhatikan penampilan Siti dari atas hingga ke bawah, kedua matanya naik turun berkali-kali. Namun siapa sangka kini Lidya malah terlihat menahan tawanya.
"Calon suami?" tanya Lidya sambil terus menahan tawa.
Siti tersenyum sambil mengangguk kecil.
Lidya langsung melihat Andre.
"Dia calon istrimu?" tanyanya sambil menunjuk Siti setengah tertawa.
"Iya. Dia calon istriku, kami akan menikah besok," jawab Andre lantang.
"Oh ya? Selamat kalau begitu." Lidya masih terus tertawa.
Siti berjalan menghampiri Lidya lebih dekat sambil terus tersenyum.
"Alhamdulilah jika kabar pernikahan kami membuat anda begitu senang."
Lidya langsung menghentikan tawanya.
"Suatu kehormatan bagi kami jika anda bisa menghadiri upacara pernikahan kami besok. Anda pasti akan menjadi tamu spesial kami."
Lidya tertegun. Dia lalu melihat Andre.
"Kalian benar-benar akan menikah?" tanyanya tak percaya.
Andre mengangguk cepat.
Lidya terperanjat. Kaget. Kini dia yakin jika ini bukan bercandaan.
"Maaf aku harus pergi, para santriwati sudah menunggu." Siti lalu berjalan meninggalkan keduanya diikuti oleh dua orang santriwati yang sedari tadi bersamanya.
Lidya terlihat syok, dia melihat Andre masih dengan tidak percaya.
Sedangkan yang dilihat nampak sibuk melihat jam tangannya.
"Aku harus pergi." Andre melangkahkan kakinya.
"Tunggu!" Lidya memegang tangan Andre.
Andre yang kaget langsung menepisnya kasar. Dia langsung melihat ke arah Siti yang sudah berjalan jauh membelakanginya. Takut jika calon istrinya itu melihat kejadian itu.
Lidya tentu saja kaget.
"Andre apa yang terjadi? Kenapa kamu kasar sekali?"
"Dan itu? Siapa wanita itu? Kenapa kamu akan menikah dengannya?"
Bukannya menjawab raut wajah andre malah menunjukkan rasa kekesalannya, namun dia berusaha keras untuk tak melihat Lidya. Andre terus memalingkan wajahnya.
"Aku tak harus menjelaskannya padamu kan?" Andre tampak akan kembali melangkah.
"Harus! Kamu harus menjelaskannya padaku," jawab Lidya yang kembali menghentikan langkah Andre.
"Katakan kenapa aku harus menjelaskannya padamu?" tanya Andre tanpa membalikkan tubuhnya.
"Selain rekan kerja kita tak punya hubungan apa-apa," lanjut Andre sambil akan kembali melangkah.
"Tapi kita pernah tidur bersama." Lagi-lagi perkataan Lidya kembali menghentikan langkah Andre.
Andre yang kaget dengan perkataan Lidya mematung.
"Jadi jika ada wanita yang harus kamu nikahi itu adalah aku. Bukan dia atau wanita lain."
Andre tertegun sejenak, tak bisa berkata apapun, hingga kemudian dia memilih untuk kembali melangkahkan kakinya dan pergi meninggalkan Lidya yang terlihat sangat sedih.
***
Lidya menangis sesenggukan, di dalam mobilnya yang masih terparkir di parkiran Pondok Pesantren, dia terus mencurahkan kesedihan hatinya setelah mengetahui jika Andre lelaki yang dicintainya selama ini akan menikah dengan wanita lain.
Dirinya sama sekali tak menyangka, tujuannya untuk mencari Andre dan membujuknya agar kembali mau bekerja justru membuatnya mengetahui jika Andre justru akan menikah. Namun di tengah kepedihannya Lidya terus bertanya-tanya dalam hati kenapa tiba-tiba Andre memutuskan untuk menikah, karena selama ini dia tahu persis jika pernikahan tidak ada dalam daftar prioritas hidupnya, Lidya bahkan seringkali mendengar Andre yang sesumbar jika dirinya tak akan pernah menikah dan terikat suatu hubungan dengan wanita.
Tak ingin terus diliputi rasa penasaran, Lidya segera menghapus air matanya, merapikan dirinya lalu segera turun dari dalam mobilnya, dia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, karena itu dia akan menanyakannya langsung pada wanita yang tadi mengaku sebagai calon istrinya Andre. Siti.
***
Siti yang tengah mengajar kaget ketika melihat Lidya yang berdiri di ambang pintu kelasnya.
"Bisa kita bicara sebentar?"
Siti langsung melihat ke arah para santriwati yang tentu saja kaget melihat wanita yang tak menutup auratnya masuk ke dalam kelas mereka.
"Tentu saja." Siti mengangguk.
Setelah pamit untuk pergi sebentar lalu memberi tugas pada para muridnya, Siti lalu bergegas menyusul Lidya yang sudah berjalan duluan.
Hadirnya Lidya di dalam lingkungan Pondok Pesantren sudah pasti menjadi tontonan para santri-santri disana, dan itu justru malah membuat Siti yang risih, karenanya ketika Lidya mengajak Siti untuk mengobrol di bangku taman, Siti menolak dan memilih untuk mengobrol di dalam mobilnya Lidya saja.
Setelah keduanya ada di dalam mobil.
Lidya terus melihat Siti yang duduk di sampingnya.
"Maaf mengganggumu. Tapi aku ingin bertanya banyak hal." Lidya membuka percakapan.
"Jika anda ingin bertanya tentang pernikahanku dengan Kak Andre, kenapa aku bisa menikah dengannya dan kenapa dia mau menikah dengan wanita seperti aku. Aku hanya ingin mengatakan satu hal."
"Bukan aku yang menemukannya, bukan juga dia yang menemukanku, bukan aku yang memilihnya bukan juga dia yang memilihku. Tapi Allah-lah yang mempertemukan kami, yang memilihnya untukku juga memilihku untuknya."
Lidya ternganga. Dia tampak tak bisa berkata-kata, karena cukup kaget dengan semua perkataan Siti.
"Jika sebelumnya kalian punya cerita masa lalu, apapun itu, itu urusan kalian. Kalian bisa menyelesaikannya dan maaf itu bukan urusanku."
Lidya semakin tak bisa berkata-kata. Wanita bercadar di sampingnya ini ternyata tak sesuai ekpektasinya. Wanita ini sangat cerdas dan lugas.
"Cukup?" tanya Siti dengan setengah tersenyum.
Lidya memegang kepalanya, nampak frustasi karena semua yang ingin dia tanyakan sudah dijawab telak oleh Siti.
"Aku sudah tidur dengan calon suamimu itu." Lidya coba menggertak Siti. Langsung memberi tahu sesuatu yang krusial menurutnya, yang pasti akan langsung membuat Siti syok.
Namun siapa sangka Siti malah tersenyum.
"Jangan bangga berbuat dosa, Allah saja menutupi aibmu lalu kenapa kamu mengumbarnya?"
"Dan aku tidak akan menghakimi atau menertawakan dosa orang lain karena siapa tahu Allah mengampuni dosanya karena ketidaktahuannya, tapi allah pasti akan menghukumku karena kesombonganku."
"Dan jika anda berharap aku mundur darinya setelah mendengar ini. Anda salah karena aku juga memiliki masa lalu yang tak sempurna."
Lidya kembali dibuat ternganga akan jawaban-jawaban Siti.
"Aku hanya berpesan. Ambillah pelajaran dari masa lalumu, tapi lupakan rasa sakitnya."
____________
Assalamualaikum
Salam hangat untuk semua pembaca.
Sebelumnya izinkan saya untuk meminta maaf atas keterlambatan update pada lanjutan kisah 'Di Balik Cadar Aisha' dikarenakan ada sesuatu hal yang harus saya prioritaskan terlebih dahulu.
Namun Alhamdulilah semoga dengan izin Allah mulai hari ini saya bisa kembali menulis, bisa terus update walau hanya satu episode perhari.
Terima kasih untuk yang telah bersabar menunggu kelanjutan dari cerita ini. Semoga Allah memperlancar segala urusan kita dan semoga kita semua selalu ada dalam lindunganNya. Aamiin
soalx jau dri suami😚😚
sy suka ceritax dan akan slalu menunggu kelanjutanx
smangat thor km hebat🙏🙏