Fatima seorang gadis yang sering main jailangkung. Suatu saat yang datang di permainan jailangkung nya adalah roh Dewantara mahasiswa di kampusnya yang hilang saat naik gunung, sudah hampir satu tahun lalu dan tidak ditemukan jasadnya. Ada perkiraan jasad Dewantara dimakan binatang buas, namun juga ada yang mengira Dewantara tersesat di kerajaan jin.
Roh Dewantara terus meneror Fatima namun perjalanan waktu dua makluk beda alam itu justru saling menaruh rasa kasih dan lama kelamaan rasa cinta.
Berkat rasa cintanya pula Fatima pergi ke gunung yang berada di luar jawa itu untuk memenuhi permintaan roh Dewantara . Di sebersit hati Fatima ada harapan jasad Dewantara ditemukan bahkan ada harapan lebih dari pada itu.
Fatima :
“Hmmm ada yang bilang jika tersesat di kerajaan jin bisa kembali pulang roh dan raganya...”
Benarkah yang masuk di jailangkung roh Dewantara? Dan apa yang sebenarnya telah terjadi pada Dewantara, satu tahun lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21.
“Ini Fatima bisa berkomunikasi dengan roh Dewa, Pak. Tapi kami juga tidak tahu itu benar roh Dewa atau jin yang menyamar menjadi roh Dewa.” Ucap Pungki lalu dia menoleh menatap Fatima.
“Tapi roh itu minta dikembalikan pada jasadnya yang ada di Nusa Tenggara Barat, di tempat Dewa tiada. Dan uang Dewa akan saya gunakan untuk ke Nusa Tenggara Barat Pak, agar roh itu bisa kembali menyatu dengan jasadnya. Mohon keikhlasan dari Bapak sebagai orang tua Dewa, jika uang itu saya pakai. untuk itu.” Ucap Fatima dengan hati hati dan santun.
“Hah? Benarkah? Kalau begitu kamu bisa menemukan raga anakku?” tanya Pak Hasto tampak bersemangat.
“Tapi saya tidak tahu Pak di mana tepatnya jasad Dewa berada. Kalau berada di dalam kerajaan jin, saya juga tidak bisa masuk ke dalam alam yang berbeda itu Pak.” Ucap Fatima jujur sebab dia belum pernah masuk di kerajaan jin.
Pak Hasto pun tampak ekspresi wajah nya yang tadi bersemangat kini menjadi sedikit kecewa. Dia lalu menatap wajah Pungki....
“Oooo saya ingat Pak, Fat...” saut Pungki tampak berbinar binar sorot matanya.
“Mas Syahrul, dia mungkin bisa membantu. Katanya dia pernah masuk di kerajaan jin. Saya pun juga berharap Dewa tersesat di kerajaan jin dan bisa selamat roh dan raganya.” Ucap Pungki selanjutnya.
“Siapa Syahrul?” saut Pak Hasto.
“Kakak tingkat dan teman kost saya dulu Pak.” Jawab Pungki.
“Panggil dia, suruh dia membantu aku. Aku biayai semua keperluan kalian untuk menemukan Dewa.” Perintah Pak Hasto dengan nada serius.
“Baik Pak.” Ucap Pungki lalu dia mengambil hand phone dari dalam tas ransel nya untuk menghubungi Syahrul. Tidak lama kemudian, setelah Pungki sudah menghubungi Syahrul.
“Bagaimana?” tanya Pak Hasto dengan tidak sabar.
“Nanti sehabis ashar dia ke sini Pak.” Jawab Pungki.
“Hmmm baiklah, kita tunggu.” Ucap Pak Hasto sedikit lega, muncul lagi harapan untuk menemukan Dewa.
“O ya, apa kalian sudah makan? Kalau belum ayo kita makan siang bersama. Kebetulan aku juga belum makan. Pelayan sudah menyiapkan makan siang.” Ucap Pak Hasto selanjutnya sambil menatap wajah Pungki dan Fatima.
“Jujur saja, belum Pak.” Ucap Pungki sambil tersenyum.
“Ayo kalau begitu, kita langsung ke ruang makan. Sudah lama kan Pung, kamu tidak makan di sini. Rumah ini menjadi sangat sepi sejak Dewa tidak ada.” Ucap Pak Hasto sambil bangkit berdiri.
Mereka bertiga pun melangkah keluar dari ruang kerja Pak Hasto. Pak Hasto melangkah lebih dulu. Pungki tampak sudah terbiasa berada di rumah itu, dia lalu melangkah di samping Pak Hasto sambil berbincang bincang ringan. Fatima tampak sangat hati hati melangkah di belakang mereka. Sesekali Fatima menatap dinding dinding ruangan yang dilewati, berharap melihat foto keluarga, namun tidak ada foto foto yang terpasang di dinding dinding itu. Hanya hiasan hiasan dinding saja yang terpasang.
Tidak lama kemudian mereka bertiga sudah sampai di ruang makan. Perut Fatima langsung berbunyi krucuk krucuk dan saliva di mulut keluar saat hidung mencium aroma masakan yang lezat. Dua pelayan tampak sibuk menarik tiga kursi dan menuangkan air mineral pada tiga gelas.
Fatima menelan saliva nya saat mata melihat menu makan siang yang terhidang...
CLEGUK
Meja makan yang luas itu tampak sangat lengkap menunya. Ada sup jagung manis, salad sayur, urapan sayur, bistik daging, sate, udang goreng, gurami bakar, tahu dan tempe goreng pun juga ada.
“Hmmm seperti menu pesta ini kalau di desaku.” Gumam Fatima di dalam hati. Fatima pun mendudukkan pantatnya di kursi, sebab Pungki dan Pak Hasto sudah lebih dulu duduk.
“Ayo makan yang kalian suka, jangan sungkan sungkan.” Ucap Papanya Dewa, satu pelayan menyiapkan satu mangkuk sup jagung manis buat Pak Hasto.
Sedang Pungki tampak mengambil nasi banyak banyak, lalu sate beberapa tusuk, bistik juga udang goreng. Mau mengambil lagi ikan bakar tapi ditunda dulu sebab piring telah tampak penuh Fatima mengambil nasi urap sayuran dan ikan bakar yang begitu menggoda dirinya.
Setelah selesai makan siang mereka bertiga menunggu Syahrul di ruang keluarga sambil berbincang bincang. Tampak Pak Hasto sangat bahagia.
“Terima kasih ya, aku sangat senang sekali bertemu dengan kalian. Bertemu kalian rasa rasanya rinduku pada Dewa terobati dan senang sekali kamu punya teman yang bisa masuk ke kerajaan jin... sungguh luar biasa hari ini...” ucap Pak Hasto dengan sorot mata berbinar binar.
Waktu terus berlalu dan benar setelah ashar Syahrul pun datang . Tampak Syahrul berjalan menuju ke ruang keluarga ditemani Hananta yang ekspresi wajahnya tampak tidak bersahabat.
Pak Hasto melihat orang yang dinanti nanti sudah datang terlihat langsung bangkit berdiri dan tersenyum lebar menyambut kedatangan Syahrul...
“Selamat datang anak muda... terima kasih sudah mau datang ke rumahku...” ucap Pak Hasto sambil mengulurkan tangannya. Setelah berjabat tangan mereka pun duduk di sofa di ruang keluarga itu.
Pak Hasto menatap Hananta yang ikut duduk di sofa itu..
“Han, kamu sebaiknya melanjutkan pekerjaan kamu saja.” Ucap Pak Hasto..
“Baik Pak.” Ucap Hananta dengan santun lalu dia bangkit berdiri dan melangkah meninggalkan ruang keluarga itu menuju ke ruang kerjanya yang berada di samping ruang kerja Pak Hasto. Keinginan untuk ikut mendengarkan pembicaraan mereka pun gagal.
“Pungki sudah menjelaskan pada kamu kan? Tolonglah aku, cari Dewa anakku yang sedang tersesat di kerajaan jin.” Ucap Pak Hasto sambil menatap Syahrul. Pak Hasto pun kini juga seperti mantan istrinya, sangat berharap Dewa masih hidup dan tersesat di kerajaan jin.
“Saya akan berusaha membantu sebisa saya Pak. Saya memang pernah masuk di suatu kerajaan jin, tetapi kerajaan jin di hutan di Jawa Pak, bukan kerajaan jin di gunung tempat Dewa tiada.” Ucap Syahrul dengan santun.
“Ooooh ternyata memang ada ya kerajaan jin itu?” gumam Pak Hasto dan semakin besar harapannya Dewa anaknya masih tersesat di kerjaan jin, dan bisa diselamatkan raga dan rohnya.
“Seperti apa Mas, kerajaan jin itu?” tanya Fatima yang kepo.
“Iya seperti apa? Dan bagaimana kamu bisa masuk di kerajaan jin? Apa kamu juga tersesat?” tanya Pak Hasto yang juga kepo.