They Are Not Your Baby

Rapat pertama mereka telah berakhir, sepanjang pembicaraan mereka tatapan mata Ghama hanya tertuju pada Fira. Wanita itu sedikit tidak nyaman dan membuatnya keluar lebih dahulu dan kini menunggu Syifa di kursi tunggu lantai pertama perusahaan Haryadi Group.

Ketika sepasang langkah kaki mendekatinya Fira mengira itu Syifa, dia dengan tersenyum menyambutnya. "Kenapa kamu" kagetnya karena yang datang bukanlah Syifa melainkan Ghama.

"Kamu menghindari ku pagi ini" ucapnya.

"Tidak" sahut Fira kembali duduk.

"Lantas mengapa kamu sudah pergi dari rumah sakit begitu aku ingin berpamitan dengan Vino dan Vina" dia beralih duduk didepan Fira.

"Aku hanya memberi kalian waktu" sahutnya.

"Ghama.." teriak seorang wanita menghampirinya.

Wanita itu duduk disebelah Ghama "Aku sudah mencari kamu dari tadi ternyata kamu disini, ah kamu siapa ya? Kenapa bisa bersama pacar saya" wanita itu menatap kearah Fira.

"Pacar! Saya hanya rekan bisnisnya, saya dari SDL Collection__" Fira meresponnya dengan tersenyum.

"Ternyata penyedia baju untukku, oh iya salam kenal ya aku Natalia aktris utama dalam film ini sekaligus pacar Ghama" sahutnya menyodorkan tangan pada Fira.

Fira menyambut tangan wanita itu, "Aku Fira semoga kedepannya kita bisa bekerjasama dengan baik" sahutnya tersenyum.

"Saya permisi" Fira berdiri lalu pergi.

"Fira ini tidak seperti yang kamu bayangkan..." Ghama ingin mengejarnya tapi Nata menahan tangan Ghama.

"Nata kenapa kamu mengatakan itu?" tepisnya

Natalia tertawa, "Ku dengan dari Bisma kamu menemukannya, aku hanya ingin menyapa dia" sahutnya.

"Terserah kamu, aku akan mengejarnya Jika sekali lagi kamu melakukan hal-hal aneh langsung aku laporkan bang Bisma suruh putusin kamu" ancamnya melangkah pergi.

"Kejar terus Ghama" pekiknya masih tertawa.

"Kamu isengin dia lagi?" Bisma menegurnya.

"Habisnya dia lucu sekali, sudah lima tahun berlalu tapi tetap saja tidak bisa melupakan wanita itu. Tapi dia sungguh cantik dan berkarakter, entah kenapa dia tidak seperti yang kamu katakan" Nata menatapnya.

"Aku mengatakan apa tentangnya?" sahut Bisma bertanya

"Kamu mengatakan jika dia dari desa, setalah aku lihat tutur kata dan sikapnya bukan seperti anak desa" Nata menjelaskan pemikirannya.

Bisma hanya menghiraukannya, Natalia wanita cantik 28 tahun bekerja sebagai aktris dan juga seorang modeling terkenal. Saat ini aktris dengan nama panggung Nata tersebut menjalin hungan asmara dengan Bisma secara private.

-

Didepan mobilnya lengan Fira ditarik Ghama, kedua netra mereka saling tatap saat Fira tanpa sengaja berbalik.

Fira mendorongnya menjauh.

"Fira dengarkan aku dulu.." Ghama berusaha mendekatinya

"Mundur lah, bicara disitu saja. Kamu ingin aku mendengarkan tentang apa?" dia memberi batasan lagi diantara mereka.

"Fira aku ingin menjelaskan tentang Nata.." perkataan Ghama terjeda

"Tuan Ghama Dian Haryadi, jika anda ingin membahas masalah pekerjaan maka akan saya tanggapi tapi jika ingin membahas tentang urusan pribadi anda, saya mohon undur diri" dia menjeda perkataan Ghama.

"Oh satu lagi, kita tidak memiliki hubungan apapun jadi anda tidak perlu menjelaskan tentang hubungan anda dengan aktris tadi. Saya rasa pembicaraan kita cukup sampai disini. Saya lelah.."

Fira masuk kedalam mobil, tidak jauh darisana Syifa dan Tina mulai mendekati mobil itu. Mereka berdua masuk, kaki Fira menginjak pedal gas dan membawa mobil dengan kecepatan yang agak maksimum.

"Kak Fira ada apa? suasana hatimu sepertinya buruk?" Tina menegurnya.

"Tidak buruk.." sahutnya

"Tapi tidak juga baik bukan?" sindir Syifa tepat mengenai sasaran.

Fira menurunkan kecepatan laju mobilnya, dia menghela nafasnya perlahan. Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya.

Dilain tempat, Vino dan Vina sedang bermain ditemani Tiwi. Wanita tua itu datang seorang diri, niat awalnya adalah untuk menjemput Ghama tapi putra nakalnya tersebut sudah meninggalkan rumah sakit tanpa memberinya kabar.

"Nenek cantik, bawain Nana es cream lagi ya besok" gadis kecil itu memakan lahap es cream yang dibawa Tiwi.

"Tante apa kabar?" tanya Ibnu yang kebetulan berada di ruangan itu.

"Kabarku baik, Ibnu mengenai kondisi Ghama. Apa dia sudah benaran membaik? Kenapa dia sudah meninggalkan rumah sakit.."

Ibnu menatap kearah Tiwi, "Ghama sudah membaik sejak 3 hari yang lalu Tante. Dia sendiri yang tidak ingin keluar dari rumah sakit. Ibnu sudah nasehatin tapi dia tetap bertahan dirumah sakit" sahutnya.

"Oh begitu ya, syukurlah.. " Tiwi merasa lega mendengar penjelasan dokter muda tersebut.

Sebagai ibu nya wajar jika Tiwi mengkhawatirkan kondisi Ghama. Wanita yang sudah mulai terlihat keriputan diwajahnya itu hanya bisa mengkhawatirkan kedua putranya.

Dia belum memiliki menantu makanya kondisi kedua putranya hanya Tiwi seorang yang mencemaskan mereka.

"Tante akan lama disini?" tanya Ibnu membuatnya mengangguk.

"Jika begitu, Ibnu titip mereka dulu ya. Ibnu mau memeriksa kondisi pasien Ibnu semalam, Sebentar lagi Fira pulang kok.." pinta Ibnu.

"Memangnya Fira menjaga kedua anaknya seorang diri? Apa tidak ada pengasuh untuk mereka?" tanya Tiwi padanya.

"Biasanya ada Bu Arin yang menjaga tapi beberapa hari ini Bu Arin ijin tidak masuk karena anaknya demam. Maka dari itu Vino dan Vina dijaga Ibnu Tante" sahutnya.

"Yasudah baiklah, kamu silahkan sibuk dulu biar mereka Tante yang jagain sampai Fira kembali".

Ibnu sudah meninggalkan ruangan itu, tangan Tiwi yang tadi menggendong Vina menempatkan anak manis itu disebelah Vino. "Nana mau punya ayah gak?" bisik Tiwi tapi masih terdengar juga oleh Vino.

"Nana mau punya ayah. Tapi ayah Nana harus ayah kandung bukan ayah sambung.." tuturnya membuat Tiwi mengusap lembut kepalanya.

Tiwi tersenyum dalam benaknya Ghama masih memiliki kesempatan karena Vina menginginkan ayah kandungnya, sedangkan Ghama adalah ayah biologis sikembar tersebut.

"Nana tadi katanya mau ke toilet, kenapa gak jadi?" Tegur Vino.

"Oh iya lupa" dia menepuk jidatnya.

"Nenek cantik, Nana pergi ketoilet dulu ya" dia turun dari ranjang Vino.

"Apa Nana mau ditemani?" tanya Tiwi, anak Gadis Fira itu menggelengkan kepalanya. Dia sudah melewati daun pintu.

Vino menatap kearah Tiwi, "Nenek pasti sudah diberitahukan oleh Om Ghama bukan, jika Aku sudah tahu kebenarannya".

Tiwi mengangguk, dia sangat ingin memeluk anak lelaki yang mirip Ghama kecil itu. Tapi dia sadar diri, tidak ada kata berhak untuknya di panggil nenek oleh anak lelaki itu. Selama 5 tahun ini Fira membesarkan anaknya seorang diri, dia tahu jika Fira adalah wanita yang kuat dan hebat.

"Kamu memang anak yang cerdas nak..." Tiwi menyeka air mata yang sudah tidak tertampung lagi oleh kelopak matanya.

"Simpan saja rasa bersalah nenek, aku tidak ingin melihat mu menangis karena kejadian yang bukan kesalahan kalian. Ibu selalu mengatakan jika dia tidak tahu siapa ayah kandung kami." Vino tersenyum padanya.

"Boleh aku memelukmu?" Tiwi bertanya dengan ragu-ragu.

Vino mengangguk, wanita itu berhambus memeluknya erat. Sudah lama dia menginginkan seorang cucu dan kini cucu itu sudah berada tepat di depan matanya.

Tapi Tiwi tidak bisa mengatakan pada dunia jika mereka berdua adalah cucunya.

.......

...[21]...