NovelToon NovelToon
Hati Seluas Samudera

Hati Seluas Samudera

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: nurilmi

Perjalanan hidup yang berliku-liku harus diterima dengan penuh keikhlasan. Sebagai seorang single parents yang memiliki seorang anak laki-laki itu tak mudah. Setelah kehilangan pekerjaan di salah satu perusahaan di ibukota.
Akankah berakhir dengan bahagia di perjalanan hidupku ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurilmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 27

Aku masih terbaring lemah di ruang perawatan, saat ini di temani oleh mama Galuh. Karena mbok Darmi yang sekarang ini menggantikanku untuk sementara membuat racikan kue yang selalu di buat olehku selama aku sakit. Mbok Darmi dibantu oleh ketiga pegawaiku yang masih keponakan mbok Darmi. Selama aku di rawat di rumah sakit, aku hanya bisa telepon video call dengan Fahri. Karena anak kecil tidak boleh masuk untuk menjenguk orang sakit. Yang menemaniku selama sakit mama Galuh bergantian dengan Nisa terkadang dengan Serli apabila tidak sibuk.

"Ma.....kalau Nisa repot mengurusi catering lebih baik mama pulang saja, aku enggak apa-apa enggak di temani nanti ada apa bisa minta tolong perawat datang kemari membantuku", ucapku menatap mama Galuh yang sepertinya sedang kebingungan karena banyak pesanan catering.

" Benar kamu enggak apa-apa kalau mama tinggal nak?"tanya mama Galuh seraya menatapku dengan intens.

"Benar ma.....enggak apa-apa", ujarku kembali.

"Baiklah ada apa-apa telepon mama atau Nisa ya nak", kata mama Galuh seraya berdiri bersiap untuk beranjak pergi.

Aku mencium tangan mama Galuh lalu mama Galuh mencium keningku.

"Hati-hati ya ma......di jalan".

" Iya nak, mama tinggal pulang dulu ya", ucap mama Galuh seraya beranjak meninggalkanku.

Alhamdulillah ya Allah aku masih di kelilingi orang-orang yang baik dan sayang sama diriku dan anakku. Tiba-tiba vibrasi dari ponselku bergetar, kulihat nama yang tertera di ponselku yaitu mas Azzam. Sudah beberapa kali tak pernah aku jawab teleponnya ataupun chat di aplikasi hijau tak pernah aku balas. Entah aku masih enggan berurusan dengannya. Apalagi sewaktu Fahri menceritakan pada Azzam tentang keadaan aku dan Fahri sebelum ini yang begitu miris terdengarnya, membuatku tak nyaman bila bertemu dengan mas Azzam. Aku enggak ingin terlihat rapuh saat teringat rumah yang di jual oleh adikku dan aku tak mampu untuk mempertahankan dengan membelinya kembali. Kesal marah kecewa sakit hati iya itu jelas sekali yang aku rasakan, bagaimana perjuangan seorang ayah yang membeli tanah dan dibangun menjadi rumah sampai aku renovasi menjadi tingkat berlantai dua yang pada akhirnya raib begitu saja dalam sekejab adikku menjual rumah peninggalan orang tua.

Aku menghela nafasku yang terasa berat tiba-tiba saja, ku hembuskan nafasku dengan pelan dan berucap astagfirullah. Terdengar suara ketukan dari pintu aku terdiam saat siapa gerangan yang masuk ke ruang rawat inapku. Mas Azzam melangkah mendekati ranjang tempat ku berbaring seraya menatapku tajam, aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah lain.

"Sarah apa ini yang kamu hindari tidak mau menjawab telepon dan chat dari aku hmm.....", ucap Azzam geram.

Aku terdiam saat tatapan matanya yang tajam serasa menghunus ku.

"Jawab Sarah...... jangan diam saja, apa salahnya kamu berbagi cerita denganku....... sampai kamu sakit terbaring lemah seperti ini hanya karena kamu mengingat semua penderitaan yang pernah kamu alami sebelum ini.....", ucap mas Azzam pelan menahan kesal.

Airmataku tak terasa mengalir, menangis dalam diam dan membenarkan apa yang dikatakan oleh mas Azzam. Terlihat bingung mas Azzam saat melihatku menangis dalam diam. Ingin menenangkan diriku sempat ingin memeluk diriku tapi tak jadi karena takut aku marah padanya. Mas Azzam terdiam menatapku duduk di kursi di sebelah ranjang tempat tidur dan memberikan lembaran tisu untuk menghapus airmata ku. Dengan sabar mas Azzam menemaniku sampai akhirnya aku terlelap tidur. Hingga menjelang malam aku terbangun, kulihat mas Azzam masih di sisi ranjang tempat tidur yang aku tempati sedang mengetik sesuatu di laptop kerjanya.

" Sarah, ayo makan dahulu lalu minum obat. Keburu dingin makanannya.....belum lama ini makanannya sudah di hangatkan oleh petugas ", kata mas Azzam lembut.

Posisi ranjang tempat tidur di setengah dudukan oleh mas Azzam melalui tombol di sisi ranjang.

" Aku bisa makan sendiri mas", ucapku saat melihat mas Azzam ingin membantu menyuapi diriku.

"Aku bantu suapi makan tidak ada penolakan", tegas mas Azzam.

" Aku terlihat seperti anak kecil bila di dekatnya, terkadang bicaranya lembut terkadang seperti marah, apa temperamennya seperti itu ya", gumamku dalam hati.

Beberapa suap aku sudah sedikit kenyang kuputuskan untuk berhenti makannya takut muntah karena masih terasa mual dan pusing. Mas Azzam pun tidak memaksa diriku untuk menghabisi makan malamku. Selang setengah jam aku meminum obat.

"Kalau sudah mengantuk tidurlah kembali, aku temani kamu di sini sampai besok pagi", kata mas Azzam.

" Terimakasih ya mas Azzam, maaf sudah merepotkan", ucapku menatap mas Azzam yang sedang berkutat dengan laptopnya.

"Tidak perlu berterimakasih dan aku enggak merasa direpotkan, mulai saat ini janganlah merasa terbebani oleh suatu hal yang sudah terlewati cukup melihat kedepan walaupun terkadang sedikit menengok ke belakang boleh.... asal jangan kebablasan,aku bersedia menyodorkan bahuku untuk tempatmu bersandar sampai kapanpun. Jagalah kesehatan makan yang teratur jangan sampai terlewatkan, kasihan Fahri masih membutuhkanmu sebagai seorang ibu", tutur kata mas Azzam yang sangat menyentuh hatiku.

Aku mengangguk mengiyakan tutur kata mas Azzam yang lembut dan memberikan senyuman ku padanya.

" Jadi rasanya ingin memelukmu apabila diijinkan olehmu Sarah ", ucap mas Azzam menggodaku.

Aku langsung cemberut mendengar godaannya yang terkadang celetuk begitu saja. Sudah larut malam aku tertidur pulas hingga besok menjelang pagi.

...****************...

Saat terdengar adzan subuh aku terbangun, kulihat kesamping kananku mas Azzam sudah tidak ada mungkin sedang ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat subuh.

Aku ingin ke kamar mandi ku tekan tombol di sisi kiri ku untuk memanggil perawat untuk membantu ku. Tak lama perawat datang membantuku serta sekalian lap badan sebelum mas Azzam datang kembali ke ruang rawat inap yang aku tempati. Setelah selesai perawat yang membantu diriku keluar kamar dan terdengar samar-samar suara mas Azzam yang sedang menelepon entah siapa.

" Sudah selesai Sarah di lap badannya? " tanya mas Azzam.

", Sudah mas, ehmm....... mas Azzam dari masjid sholat subuh? tanyaku

" Iya, sekalian tadi menelepon Denis untuk membawakan aku pakaian ganti hari ini ", kata mas Azzam kemudian.

" Mas Azzam tahu darimana aku di rawat inap di rumah sakit ini?" tanyaku penasaran.

"Kenapa Sarah, apa aku enggak boleh tahu kamu sedang sakit di rawat inap di rumah sakit ini..... aku mengetahuinya dari tanteku yang kebetulan dokter yang merawat kamu saat ini", ucap mas Azzam tersenyum padaku.

" Dunia kok sempit banget ya mas, pasti selalu ketahuan sama kamu", gerutuku yang masih terdengar oleh mas Azzam.

Ketukan pintu terdengar setelah di buka ternyata Denis yang membawa pakaian ganti untuk mas Azzam kenakan ke kantor. Setelah memberikan pakaian untuk mas Azzam, Denis berlalu begitu saja karena mas Azzam tidak mengijinkan Denis masuk ke ruang rawat inap yang aku tempati. Entah kenapa padahal pakaianku tertutup dan aku memakai hijab. Saat mas Azzam mandi terdengar vibrasi dari ponsel mas Azzam bergetar terus menerus. Ingin kujawab teleponnya takutnya penting tapi aku enggak berani tapi aku penasaran akhirnya aku jawab teleponnya.

"Hallo assalamu'alaikum", ucapku terdengar tak asing dari suaranya.

" Walaikumsalam, kamu siapa berani-beraninya angkat telepon anak saya", kata orang di seberang sana yang ternyata tante Dewi mama mas Azzam.

"Sa-saya Sarah,tante", ucapku terbata.

" Sarah..... kok kamu bisa sama Azzam..... kamu diapain sama Azzam, sekarang kamu di mana!!!"ujar tante Dewi memberondong pertanyaan padaku,

"Aku di rumah sakit tante dan mas Azzam sedang mandi saat ini tante", ujarku sedikit gugup.

" Gimana bisa Azzam sedang mandi.....kalian habis berbuat apa!!!" seru tante Dewi.

Saat aku ingin menjelaskan ponsel langsung di ambil oleh mas Azzam.

"Halo mama jangan salah paham tolong dengarkan penjelasanku dulu ma, aku dan Sarah tidak berbuat apa-apa. Saat ini Sarah sedang sakit di rawat inap di rumah sakit tempat tante Karin kerja ma.....dan aku tadi malam menginap di rumah sakit menemani Sarah karena Sarah tadi malam enggak ada yang menunggu inya", ucap mas Azzam pada tante Dewi.

" Oh, syukurlah kalau begitu, tapi Sarah sakit apa Zam? " tanya tante Dewi kembali.

"Hanya kelelahan saja ma", ucap mas Azzam.

" O ya sudah kalau gitu nanti mama akan menjenguk Sarah ", kata tante Dewi telepon pun berakhir.

" Maaf ya Sarah,atas kesalahpahaman mama", ujar mas Azzam seraya mengusap wajahnya.

"Enggak apa-apa mas, aku bisa memaklumi kekhawatiran seorang ibu pada anaknya", ucapku tersenyum.

" Tapi kenapa tadi enggak aku iyakan saja ya, jadi nanti kita langsung di nikahkan", celetuk mas Azzam jahil.

Spontan aku mencubit lengannya yang kebetulan masih berdiri di samping ranjang tempat tidur. Mas Azzam berteriak kesakitan setelah aku cubit lengannya sampai merah.

1
Nụ cười nhạt nhòa
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
ISIMPFORMITSUKI
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
Isabel Hernandez
Jangan berhenti menulis thor, karyamu bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!