Byan, seorang pria yang memiliki mimpi, mimpi tentang sebuah keadaan ideal dimana dia membahagiakan semua orang terkasihnya. terjebak diantara cinta dan sayang, hingga terjawab oleh deburan laut biru muda.
tentang asa, waktu, pertemuan, rasa, takdir, perpisahan.
tentang mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arief Jayadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tentang Asih (2)
"lihat kembali hatimu, seberapa telah terbagi?!"
kalimat yang aku ucapkan kepada mas Byan tempo hari. hatiku hancur, karena menurutku mas Byan menyembunyikan sesuatu dari diriku. Aku sebenarnya yakin mas Byan tidak akan mengkhianati cinta kami, yang telah bertahan 6 tahun ini. Aku tau mas Byan akan selalu menjaga perasaan kami berdua dengan sekuat tenaganya, karena sering kali ia telah membuktikan betapa kuatnya ia mencintaiku, betapa ia rela berkorban hanya untuk diriku. aku tau mas Byan terlalu baik untuk berniat menyakiti perempuan.
namun, ditengah keyakinan keyakinan itu, aku tetaplah seorang wanita yang memiliki hati dan perasaan, aku merasa terancam akan kehadiran wanita lain yang bukan saudarinya, bukan ibunya mendadak memiliki kedekatan seperti itu dengannya. aku tak ingin menerima ada wanita lain yang berada disisiku dengan mas Byan. Mas Byan adalah milikku, sepenuhnya harus dan akan selalu menjadi milikku.
temanku Kinan, yang kebetulan berkantor di dekat kantor mas Byan lah yang awalnya bercerita tentang bagaimana beberapa minggu kebelakang mas Byan sering terlihat di kantin kantornya dengan wanita itu, Kinan dan aku tak mengenalnya, tak mengetahui namanya, kemudian aku mulai mencari tau lebih lanjut.
ternyata wanita itu bernama Ony. setelah itu beberapa kesempatan aku melihat ponsel mas Byan, anehnya mas Byan tidak pernah merubah kunci ponselnya dan tetap saja membiarkan ponsel itu tergeletak, seperti tidak sedang menutupi apapun, tidak khawatir aku menemukan sesuatu yang janggal dari ponsel miliknya ini.
log panggilan beberapa kali nama Ony tercatat dari panggilan keluar dan masuk, yang membuatku terkejut adalah waktu panggilan bisa mencapai 50menit hingga ber jam jam. dari sini aku langsung bisa menyimpulkan bahwa Ony menyukai mas Byan, sementara mas Byan entah secara sadar atau tidak, telah membuka pintu kepada wanita ini! aku tidak Terima!
hari itu amarahku pecah, ditambah stress mengurus segala persiapan pernikahan yang semakin dekat dan mengkerucut, aku meledak!
sebenarnya tidak ada yang berubah dari mas Byan, aku merasakan bahwa ia tetap. mencintaiku, tetap memberikan waktu untukku, kami tetap bisa menjalaninya seperti biasa, tapi aku tidak bisa mengingkari aku cemburu, aku tidak menyukai perasaan ini, aku tidak. menyukai keberadaan Ony di sisi mas Byan.
sudah berlalu beberapa hari dari pertemuan ku terakhir dengan mas Byan, ia masih tetap menghubungiku setiap waktu, menanyakan keadaanku, merayuku, namun hatiku masih belum mau menyambutnya seperti sediakala, entah karena hatiku masih sakit atau hanya karena egoisku sebagai wanita. Aku saat ini hanya fokus ke usaha dan persiapan pernikahan kami.
konsep yang kami ambil adalah pesta luar ruangan, pesta yang akan sangat sederhana, hanya teman teman dan kerabat dekat saja yang akan hadir, namun tidak menghilangkan kesan megah, tentu saja aku tetap ingin menjadi permaisuri hari itu. Sedari kecil aku selalu memimpikan menjadi seorang Ratu di kerajaan yang istananya dekat dengan laut, namun meskipun dekat dengan laut, istana itu berdiri di tebing tebing yang kokoh mempertahankan istana dari serangan dari pihak luar. istana yang setiap ruangannya bisa mendengar deburan ombak. Aku ingin pesta pernikahanku nanti mendekati impian ini. Nantinya aku dan para undangan akan menggunakan pakaian bertema biru muda, seperti langit dan laut, yang menyatu namun tentu saja, akulah Ratu pesta tersebut. aku ingin pesta itu, semua orang akan saling bertegur sapa, mempererat hubungan mereka semua, saling mengenal, saling berbagi cerita dengan indahnya menerbangkan keakraban yang akan membuat pesta kecil itu menjadi hangat dan memorable di setiap orang yang hadir nantinya.
Aku sudah pernah membicarakan konsep konsep ini pada mas Byan, jauh sebelum dia melamarku. dan ia selalu mendukung keinginanku, bahkan ia yang selalu mengarahkan agar aku memilih yang terbaik yang tersedia, seperti gaun, dekor, dan lain sebagainya. Mas Byan selalu meminta ku untuk mempertimbangkan pilihan lain,
"harga tidak terlalu menjadi masalah" begitu katanya.
ya, mas Byan adalah orang yang sangat memperhatikan detail, setiap hal bisa ia teliti dengan sangat baik, bahkan ia akan dengan mudah menemukan benang yang melesat setengah jahitan. Anehnya dengan sifat attention to detail ini ia tetap saja seorang laki laki yang sulit diminta untuk merapikan rumahnya sendiri. walau sebenarnya rumahnya tidak terlalu berantakan, tapi seringkali ia sembarangan meletakkan pakaian kotor, kunci dll.
beberapa hari belakangan, aku banyak murung, dan mengurung diri di kamarku. pesan-pesan dari mas Byan banyak yang aku balas seperlunya saja. Aku masih enggan bertemu dengannya, akupun tak mau menghubungi Ony, untuk menyampaikan keberatanku akan keberadaanya. Itu aku serahkan sepenuhnya pada mas Byan, karena aku sendiri memiliki keyakinan dia adalah milikku, ia akan tetap milikku. meski bisa saja aku menghubungi Ony, aku sudah memiliki nomor kontakknya dari ponsel mas Byan yang tidak pernah di kunci dariku. Tapi tidak akan aku lakukan, aku lebih mahal dan lebih mewah dari itu. Kalaupun mas Byan akhirnya meninggalkanku demi Ony, aku takkan larut berkepanjangan, pikirku dan yakinku pada diriku sendiri.
kemurungan itu sepertinya terbaca oleh bapak, sore ini seperti biasa keluarga kami selalu berkumpul di balkon lantai atas, untuk menikmati kopi dan snack sembil bercerita tentang apa saja.
"kenapa kamu Asih?" ujar bapak kepadaku.
"emang kenapa pak?" balasku bertanya.
"ada masalah sama Byan?" lanjut Bapak.
"itu godaan menjelang pernikahan, sudah biasa, kamu dan Byan sedang di uji, apakah bisa lulus atau tidak, karena pernikahan nanti ujiannya banyak, berat dan bertubi-tubi. Siap ngga?" Bapak melanjutkan lagi.
kalau sudah begini akan banyak cerita dan wejangan yang akan muncul dari bapak, sementara aku tidak bisa melengos pergi, aku harus mendengarkan setiap kata yang keluar dari diri Bapak. Adat istiadatku, adabku tidak mengijinkan aku pergi, lagipula aku memang sedang butuh nasehat dari Bapak. Sudah lama aku tidak mendapat masukan masukan seperti ini dari bapak, terutama semenjak aku sibuk dengan usah dan persiapan pernikahanku. Bapak tidak menghakimi siapapun, bapak lebih banyak memposisikan diri sebagai helikopter yang melihat semua nya dari atas dan memberi arahan, bapak pun tidak memaksakan solusi yang ditawarkan, sebenarnya bapak tidak terlalu memegang adat jawa yang kolot dengan kuat, tapi bapak hanya tidak ingin aku dan kakakku kehilangan jati diri kita sebagai orang jawa. hal ini juga yang ingin aku wariskan kepada anak anakku kelak.
*****
"mas, hari rabu ini temenin Asih fitting baju ya" tulisku pada mas Byan.
ya semenjak obrolanku dengan bapak tempo hari, aku memutuskan aku ingin lulus dari ujian ini, aku ingin memperbaiki hubunganku dan berjuang bersama dengan mas Byan, calon suamiku, calon ayah anak anakku kelak. Apapun yang terjadi pada mas Byan dan Ony, aku tau mas Byan tetap memilih aku, aku yakini itu. Aku meyakini ia mencintaiku, pun aku mencintainya.
*****
"aku mulai menerimanya, karena ia membuktikan ia mencintaiku, pun aku mencintainya"
*****