SHE IS VERY DANGEROUS

Sesampainya ia di tempat tujuan, Auryn dengan tegas menuju gudang pil. Banyak pil obat yang diwariskan sang guru untuknya.

Dikarenakan waktunya yang terbatas, ia tidak banyak mengelilingi ruang. Wanita itu lebih memilih untuk pergi ke gudang obat dan mengambil sebuah pil pembersih sumsum untuk dirinya konsumsi.

Beruntung, ruang ini memiliki sumber airnya tersendiri sehingga ia tidak perlu repot untuk keluar dari sini hanya untuk sekedar membersihkan diri.

Dengan selembar kain ditangan dan ember kayu dalam genggaman, auryn mulai berjalan kearah danau yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah.

Setelah sampai, tanpa ragu wanita itu menanggalkan seluruh pakaiannya dan menggantinya dengan selembar kain yang tadi ia bawa.

Ia duduk bersila di atas batu besar, kemudian memasukan pil pembersih sumsum ke dalam mulutnya. Seketika saja, pil itu langsung larut dalam mulut dan mengalir dengan lancar di tenggorokan.

Rasa kesemutan mulai terasa di sekujur tubuh, membuatnya tak nyaman. Tak lama noda hitam mulai tercetak jelas di setiap inci tubuh, disusul dengan aroma yang tidak sedap.

Auryn masih bertahan di tempatnya tanpa berniat untuk beranjak, hingga 3 jam kemudian ia mulai membuka mata.

Ia memandang sekujur tubuhnya yang menghitam dengan tatapan datar, seolah ia sudah menebak jika ini akan terjadi.

Tanpa sedikit pun terburu-buru, auryn melangkah dengan perlahan menuju air danau. dirinya bisa melihat bayangan yang terpantul dalam air, namun tidak ia pedulikan.

Auryn mengisi ember kayu itu dengan air, dan menggunakannya untuk membersihkan diri.

Dibutukan waktu setengah jam bagi wanita tersebut untuk yakin jika tubuhnya benar-benar terbebas dari kotoran.

Ia kembali berdiri, lalu menatap bayangan sesosok wanita cantik dengan kulit putih bersinar dibawah terik cahaya matahari buatan.

Auryn yang telah memakai pakaian pasien rumah sakitnya kembali, mengedipkan matanya sekali. Dan seketika saja, ia yang awalnya berada di pinggir danau berpindah tempat menjadi berada disebuah ruangan yang nampak familiar.

Tentu saja, ruangan tersebut adalah kamar V.I.P tempat ia dirawat. Suster mengatakan jika dokter akan memeriksanya 2 jam setelah ia mengantarkan makanan.

2 jam hampir terlewati dan sudah waktunya bagi dokter untuk datang. Beruntung, ruang miliknya memiliki perbandingan waktu 2 : 1 dengan dunia luar, sehingga ia memiliki waktu yang cukup untuk bisa mengkondisikan tubuh barunya.

Auryn berbalik, berjalan kearah kursi sofa seraya mengambil sarapan yang tersedia di meja. ia memakannya sedikit untuk menghindari kecurigaan.

Tok tok tok

Krieeettt

Pintu kamar terbuka, menampilkan sesosok dokter pria paruh baya yang dilehernya tergantung sebuah alat pengecek detak jantung. Datang bersama seorang suster yang membawa beberapa peralatan.

"Selamat pagi, nona Auryn. Bagaimana kondisi anda? Apakah anda merasakan sesuatu yang membuat tubuh anda tidak nyaman?" sapa dokter itu ramah.

Pria paruh baya tersebut sempat tertegun beberapa detik, namun segera menormalkan ekspresinya.

Wanita itu pun beranjak dari sofa, kemudian berjalan menuju ranjang dan berbaring.

"Saya baik, dok. Saya juga tidak merasakan adanya masalah dengan tubuh saya." balas Auryn sopan.

"Kalau begitu, biar saya periksa terlebih dahulu kondisi anda saat ini sebelum memutuskan untuk mengizinkan anda keluar atau tidak dari rumah sakit ini." ujar sang dokter.

"Silahkan." balas Auryn singkat.

"Permisi." ucap sang dokter sebelum ia meletakan stetoskop di dada pasiennya.

Bukan hanya mengecek suara detak jantung, dokter itu juga mengecek denyut nadi, memeriksa tekanan darah, gula darah, kolesterol, fungsi paru, hingga indeks masa tubuh.

Setelah semua selesai, suster pun membereskan peralatannya.

"Bagaimana kondisi saya, dok?" tanya Auryn sambil merapikan pakaiannya.

"Bagus, kondisi anda bahkan telah membaik dengan cepat." ucap sang dokter.

"Kalau begitu, kapan saya diperbolehkan untuk pulang?" tanya Auryn lagi.

"Sebenarnya anda sudah bisa pulang hari ini juga. Jika anda mau, saya akan membuat surat pengantarnya sekarang juga." jawab dokter itu.

"Terima kasih, dok." ucap Auryn tersenyum tipis.

"Meski anda sudah bisa pulang, tolong jangan lupakan obat dan vitamin anda. Anda masih harus meminumnya tepat waktu." balas dokter memperingatkan.

"Saya mengerti." balas Auryn menganggukkan kepalanya.

Tepat ketika dokter itu menutup pintu, Auryn membuka laci samping ranjang kemudian mengambil handphone-nya.

Dalam ingatan yang diberikan pemilik asli, ia memiliki seorang sahabat kecil yang kini telah sukses menata karirnya menjadi seorang desainer.

Sang sahabat ini lah yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah. Sahabatnya juga sering memintanya untuk berpisah saja dengan sang suami, dari pada ia terus disakiti secara batin.

Namun pemilik asli juga keras kepala dengan pernikahan impiannya. Dia selalu menginginkan pernikahan sehidup semati, hanya maut yang memisahkan mereka. Dan keinginannya dikabulkan tuhan.

Sang suami hidup, sedangkan sang istri mati.

"Benar-benar pernikahan sehidup semati." batin Auryn terkekeh.

Ia menghentikan tawanya dan fokus pada handphone ditangan. Dilihat jika terdapat sebuah nama yang menurutnya sangat alay.

"Apa-apaan nih? 'My Beloved Husband'?" gumamnya kesal.

"Yang ada bukan 'my beloved husband' but ' my idiot ex-husband'." lanjutnya mengganti nama panggilan yang tertulis dalam hp-nya.

Setelahnya, ia terus men-scroll ke bawah sampai nama senia terpampang. Langsung saja, ia menghubungi sang sahabat ini.

Tut tut tut

"Hallo, Ryn? Kok kamu baru hubungin aku sih? Aku udah lama nelpon kamu, tapi hp kamu selalu gak aktif. Aku juga sempet nyariin kamu ke rumah, tapi rumah kamu terlihat sepi banget. Kamu kemana sih? Lagi liburan? Atau bulan madu? Tap.." ucap Senia bertanya tanpa ada jeda.

"Stop! Please stop! Oke? Tenang. Aku akan menjelaskan semuanya, tapi bukan sekarang. Aku tidak bisa membicarakan di telpon. Lebih baik, jemput aku di rumah sakit saat ini juga." ucap Auryn dengan nada lelahnya.

"Kamu sedang berada di rumah sakit? Sejak kapan? Siapa yang sakit? Apa kamu baik-baik saja?" cerocos Senia lagi.

"Ayolah, nia. Jangan sekarang, oke? Nanti pasti akan ku jelaskan sedetail mungkin, saat kita bertemu." balas Auryn.

"Lebih baik sekarang kamu bersiap untuk menjemput ku. Akan ku share loc, lokasi ku padamu." lanjutnya lagi sambil menutup panggilannya.

Ia tidak menyangka jika sahabat pemilik tubuh akan se-cerewet ini. Namun Auryn juga dapat merasakan ketulusan dari setiap perkataannya.

Senia memang benar-benar mengkhawatirkannya dan ia senang mengetahui fakta bahwa masih ada yang peduli terhadap pemilik tubuh.

Tanpa banyak kata lagi, ia pun segera meng-share lokasinya via WA.

Butuh 1 jam bagi Auryn untuk menunggu sang sahabat menjemputnya. karena itu, dia memutuskan untuk membereskan beberapa setel pakaiannya yang tersimpan apik di lemari.

1 jam kemudian.

Tok tok tok.

"Masuk." ucap Auryn tanpa menoleh kearah tamu.

Ia masih disibukan dengan handphone-nya dan tanpa sadar mengabaikan sang sahabat yang hanya menatapnya datar.

"ekhem." ucap Senia berpura-pura batuk, namun tak di gubris oleh sang empu.

"ekhem, uhuk uhuk." kembali, wanita itu berpura-pura batuk.

"Kalau anda batuk, silahkan hubungi dokter spesialis tenggorokan. Jangan menyebari orang-orang dengan virus yang anda bawa." ucap Auryn acuh.

"YA! RYN RYN! Teganya kamu mengataiku penyakitan." rengek Senia tidak terima.

Wanita berusia 24 tahun itu langsung saja menduduki sofa kosong di sebelah sang sahabat.

Ia memandang sahabatnya dengan tatapan tak percaya. Kenapa ia merasa jika wanita dihadapannya ini bertambah cantik?

Bahkan auranya pun terasa sangat berbeda.

"Ryn, Ryn, katakan padaku kamu tidak operasi plastik kan?" tanya Senia tiba-tiba.

"Hah? Apa maksud kamu?" tanya Auryn balik.

"Kamu gak bercermin hari ini? Kamu terlihat berbeda dari terakhir kita bertemu." ucap Senia.

"Apa yang berbeda? Aku masih tetap Auryn yang sama, yang sering main petak umpet denganmu, yang sering curhat tapi jarang menerima saran mu, yang masih setia mendengar ocehan tak jelas mu. Aku tetap Auryn, sahabat masa kecilmu." balas Auryn tersenyum.

"Aku tidak meragukan itu. Aku tahu kamu Auryn Magenta, seorang istri yang tetap bucin meski sang suami jelas-jelas berselingkuh." ucap Senia mendengus.

"Siapa bilang aku istri bucin?" balas Auryn tak terima.

"Lah, bukannya benar kan? Kamu bahkan menolak untuk bercerai saat suami kamu lebih memilih selingkuhannya." jawab Senia.

"Kamu benar, aku berbeda." balas Auryn tak nyambung.

"Hah, maksudnya?" tanya sang sahabat tak mengerti.

"Aku sudah berbeda. Aku tidak lagi sama seperti auryn yang dulu. yang menerima begitu saja perjodohan tanpa berfikir panjang. yang mencintai namun berakhir di khianati. Aku berbeda. Aku sudah berubah." ucap Auryn tenang.

Ia beranjak dari kursinya, dan berjalan perlahan menuju arah cahaya matahari. Sekilas, wanita tersebut memejamkan matanya sambil menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya.

Auryn membuka matanya kembali lalu tersenyum.

"Auryn si gadis desa telah mati, dan Auryn magenta telah terlahir kembali." ucap Auryn menyeringai penuh keyakinan.

Membuat sang sahabat yang sedari tadi memperhatikannya bergidik ngeri. Ia mengerti sekarang, sahabatnya memang berbeda. Wanita itu telah berubah.

Namun apa yang menyebabkan perubahan itu? Entahlah.

Tapi ia berdo'a, semoga perubahan ini tidak hanya mengubah dirinya menjadi lebih baik, namun kehidupannya pun akan menjadi lebih bahagia lagi.

.

.

.

TO BE CONTINUE.