NovelToon NovelToon
The Strongest Swordsman Mage

The Strongest Swordsman Mage

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Vivi Aulina

[Update Setiap Hari]

Suatu hari dunia mengalami perubahan. Gate dan monster terus bermunculan. Tugas manusia sekarang adalah membasmi para monster sebelum monster-monster itu yang membasmi mereka. Ini adalah cerita seorang pria yang terkenal dengan julukan 'Swordsman Mage terlemah', yaitu Zeha. Dia tiba-tiba mendapatkan kekuatan dari kristal aneh, dan demi menjadi yang terkuat, dia harus mencari sepuluh 'Fragments Of Eternal Power'.

High-Demonic Eyes, kekuatan dari Immortal Demon yang tersegel di dalam Demon Crystal, secara tidak sengaja diaktifkan dan akhirnya menjadi miliknya. Zeha harus menjalani hidup antara cahaya dan kegelapan, kekuatan para dewa dan iblis yang dia miliki, menjadi tumpuan di mana dia akan menjadi yang terkuat.

Dengan kekuatan itu, dia bertekad menjadi penyihir terkuat, melindungi manusia dan membebaskan dunia dari bencana.

+

+

Karya Fantasi-Aksi pertama!

Ayo buruan bacaaa!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi Aulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 - KUNJUNGAN

Xavier langsung dikejutkan oleh interior rumah sang nenek yang begitu kuno dan lusuh. Bahkan ia merasa kalau tempat ini tidak layak disebut sebagai sebuah rumah.

“Ayo.” Zeha menuntun Xavier menuju basement. Sedari tadi, Xavier terus mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Matanya tak berhenti membola dan ekspresinya tampak terkejut.

“Apa ini benar rumah guru? Kau tidak bohong, kan? Siapa tahu ini sebenarnya adalah rumahmu,” tanya Xavier.

Zeha kembali emosi. Ia tak mengerti kenapa di setiap omongan Xavier, selalu ada kata-kata yang membuatnya naik darah.

(Master, kau harus menghajarnya.)

“Diam Litch.”

( ... )

Zeha menghela napas pendek. “Aku tidak berbohong,” jawabnya kesal.

Meski begitu, Xavier tetap tidak percaya. gurunya yang merupakan salah satu profesor terkemuka di akademi itu ternyata tinggal di kandang lusuh ini? Dia benar-benar tidak bisa mempercayai itu.

(Lihat, pria tampan itu tidak percaya dengan kata-kata master. Kau harus menghajarnya.)

“Diam Litch.”

(Master ...)

“Diam.”

( ... )

Menghajar Xavier? Lucu sekali. Bahkan sebelum ia sempat melakukan itu, Xavier pasti sudah lebih dulu meninju perutnya dan membuatnya pingsan lagi seperti saat itu.

Mengingatnya saja sudah membuat emosi Zeha kembali naik.

Zeha berhenti ketika mereka sudah tiba di sebuah dinding putih polos di dalam gudang.

Mata Xavier memicing ketika melihat aksi Zeha yang tengah memandangi dinding polos. Jelas ia kebingungan.

“Kenapa kau menatap dinding polos itu? Apakah di sana ada sebuah pintu rahasia?” tanya Xavier asal.

“Iya,” jawab Zeha yang berhasil membuat Xavier terkejut bukan main.

“Beneran?” Mata Xavier membulat tidak percaya. Sementara Zeha fokus mencari titik di mana simbol sihir disembunyikan.

Sang nenek pernah menjelaskan bagaimana cara membuka pintu rahasia kepada Zeha. Saat itu Zeha tak bisa mempraktikkannya lantaran ia tak punya sihir sama sekali. Tapi sekarang berbeda.

Zeha menyentuh setiap titik tersembunyi pada dinding, kemudian menyalurkan sihirnya. Tangannya terus bergerak mengikuti letak titik tersebut. Waktu itu, Zeha mengira kalau titik-titik yang terhubung itu membentuk sebuah lingkaran, namun nyatanya tidak seperti itu.

“Apa yang kau lakukan?” Xavier menatap sinis. Di matanya, aksi Zeha sekarang terlihat seperti orang gila.

(Master, dia menganggapmu gila. Sungguh tidak sopan!)

Zeha tidak menghiraukan pertanyaan Xavier dan ocehan Litch. Ia terus melanjutkan aksinya yang menghubungkan titik-titik tersebut. Hingga akhirnya ia pun berhasil, dan bersamaan dengan itu, muncul sebuah lingkaran sihir berwarna biru pada dinding putih polos itu.

Zeha tersenyum lebar, sementara Xavier sukses mematung. Ia sungguh tak menyangka kalau pada dinding polos itu terdapat akses ke ruangan rahasia.

Lingkaran sihir itu berubah menjadi sebuah pintu. Zeha langsung membukanya tanpa banyak berpikir.

“Ayo masuk.”

Mereka berdua melangkah masuk. Kali ini ekspresi Xavier dua kali lebih terkejut dari sebelumnya. Interior basement yang ia masuki sangat jauh berbeda dari interior rumah sang nenek.

“Hebat ... Aku tidak menyangka kalau hal seperti ini ada di rumah guru,” ucap Xavier yang penuh dengan kekaguman.

“Yah, awalnya aku juga tidak percaya. Nenek memang luar biasa!” imbuh Zeha.

Xavier mengalihkan atensinya pada Zeha, menatapnya tajam lantas berkata, “Kau ... Kau harus berhenti memanggil guru dengan sebutan tidak hormat seperti itu.”

Zeha sukses terkejut oleh perkataan Xavier barusan. Namun, ia membalas dengan santai, “Tidak mau. Dari awal aku sudah memanggilnya nenek. Nenek juga tidak keberatan jika aku memanggilnya begitu.”

“Panggil dia guru. Dia adalah seorang guru!”

“Tidak mau.”

Xavier benar-benar kesal. Sudah lama rasanya dia tidak sekesal ini pada seseorang. Entah kenapa sikap Zeha mengingatkannya kepada seseorang yang juga sering mengganggunya.

Xavier juga ingin memanggil gurunya dengan sebutan nenek. Namun begitu ia mencoba untuk melakukannya, ia langsung mendapat pukulan keras di perut dan kepala.

Xavier sangat iri pada Zeha. Dan itu membuatnya sangat kesal.

“Kau ...!” Kedua tangan yang Xavier mengepal dengan sanga kuat. Sementara itu, Zeha yang menjadi sumber kekesalannya tengah berjalan ke suatu tempat di basement.

(Hihihi, lihatlah ekspresi wajahnya itu. Hahahahahhahahhahaha ...)

Litch terus tertawa terbahak-bahak, sementara Zeha hanya mengabaikannya.

“Di dalam sini ada barang-barang berharga seperti artefak dan beberapa senjata,” ujar Zeha sembari menunjuk ke sebuah pintu kecil yang terletak di ujung basement.

Seketika emosi Xavier menghilang, dan digantikan oleh rasa penasaran. Ia melangkah cepat menghampiri Zeha dan berkata, “Cepat buka!”

Zeha lantas membuka pintunya dengan kasar. Xavier yang pertama kali masuk dan langsung memeriksa ke setiap sisi ruangan yang luasnya sekitar 16 meter persegi itu.

Ia menghampiri satu persatu peralatan yang terpajang di sana. Mulai dari pedang, tombak hingga perisai dan armor. Ekspresinya dipenuhi perasaan kagum, seperti sedang melihat sesuatu yang sangat langka.

“Nenek memberiku artefak White Sword yang ada di sini.” Zeha tiba-tiba membuka suaranya, membuat Xavier refleks membalikkan badan.

Matanya tertuju pada pedang yang tergantung di pakaian Zeha. Sampai sekarang ia pun masih belum mengerti, kenapa sang nenek memberikan artefak luar biasa itu kepada Zeha.

“Sekarang aku paham, seberapa beruntungnya dirimu bisa mendapatkan pedang luar biasa itu,” ucap Xavier lantas beralih menatap Zeha.

“Apakah pedang ini sangat luar biasa?” tanya Zeha penasaran.

“Tentu saja. Banyak swordsman mage yang menginginkan pedang itu. Dikarenakan keberadaannya yang luar biasa, guru terpaksa menyimpan pedang itu bersamanya. Tapi tak kusangka kalau guru akan memberikannya kepadamu.”

Zeha tertegun. Sekali lagi, ia menyadari betapa baiknya perlakuan sang nenek padanya. Bahkan sampai rela mempertaruhkan nyawa demi dirinya.

Zeha menunduk, pandangannya berubah sendu. “Aku berjanji akan bertambah kuat. Sejak insiden kematian nenek, aku sudah bertekad akan menjadi lebih kuat.”

Xavier terdiam. Sejujurnya ia merasa sedikit kagum, namun ia segera menepis perasaan itu. “Aku tahu sejak melihat energi sihir yang terpancar dari dirimu. Kukira saat itu kau sengaja menyembunyikan kekuatanmu. Tapi ternyata kau benar-benar lemah. Payah dan bodoh.”

(Aku setuju.)

“Kgghhk ...!” Padahal Zeha sedang bersedih, tapi kalimat Xavier berhasil membuat darahnya naik lagi. Ditambah sikap Litch yang malah mendukung Xavier, padahal sedari tadi ia terus mengutuk pria itu.

Zeha lantas mendongak dan berteriak kesal, “Itu karena aku belum lama menjadi muridnya nenek!”

“Saat itu juga aku tidak punya sihir sama sekali!” lanjutnya dalam hati.

“Ah, begitu?” balas Xavier acuh tak acuh, membuat emosi Zeha semakin meninggi.

“Lihat saja! Aku akan menjadi lebih kuat darimu dan mengalahkanmu!” teriaknya menunjuk kesal kepada Xavier.

Xavier mengangkat dagunya dan memasang ekspresi angkuh. “Aku akan menantikannya.”

“Kukh ...!” Rahang Zeha mengeras kembali. “Aku akan berlatih di sini sekitar satu minggu. Bagaimana denganmu?”

“Apanya?”

“Apa kau akan tetap menginap di sini?”

Xavier tersenyum sinis. “Hah! Aku ke sini hanya karena tidak percaya dengan omonganmu. Aku juga sudah melihat kondisi rumah guru. Tidak sopan jika aku terus mengunjungi rumahnya tanpa izin!”

Bacot. Itulah yang dipikirkan oleh Zeha. Ia menatap sinis dan tidak percaya pada Xavier. “Oh, begitu?”

“Tentu saja!”

-

-

-

Zeha terus berlatih teknik sihirnya di basement rumah sang nenek. Setiap tiga hari sekali, Xavier selalu datang mengunjunginya dengan berbagai alasan.

Kunjungan pertama, Xavier datang dengan membawa empat buah kotak kayu besar yang berisikan bahan-bahan makanan.

[“Saat itu aku tidak melihat adanya bahan-bahan makanan di sini. Setiap rumah itu harus memiliki stok persediaan makanan!”]

Begitulah alasannya.

Pada kunjungan kedua, Xavier datang dengan membawa beberapa peralatan dapur.

[“Alat-alat dapur di rumah guru sudah sangat tua dan jelek. Aku tidak bisa membiarkan itu! Rumah guru haruslah diisi dengan alat-alat yang mewah!]

Pada kunjungan ketiga, Xavier datang dengan membawa beberapa tukang bangunan. Para tukang bangunan itu bertugas untuk mendekor ulang seisi rumah sang nenek.

[“Guru tidak bisa tinggal di kandang kuda ini. Aku tidak bisa membiarkannya!”]

Butuh satu minggu hingga pengerjaan rumah sang nenek selesai. Rumahnya berubah total. Yang awalnya tampak sangat lusuh seperti kandang hewan, kini berubah menjadi rumah mewah seperti rumah seorang bangsawan. Dindingnya terbuat dari beton dan bukan kayu. Benar-benar berubah total.

Xavier terus-menerus datang dan mengubah setiap sisi rumah sang nenek, sementara Zeha sibuk berlatih di basement. Sejatinya, ia sendiri tidak peduli dengan apa yang Xavier lakukan. Selagi itu tidak mengganggu masa latihannya, ia tidak peduli.

Satu bulan kemudian.

Xavier dan Zeha tengah makan di ruang makan di rumah sang nenek. Zeha masih tidak percaya dengan interior yang ia lihat sekarang. Ini sudah bukan lagi rumah sang nenek, mereka seperti berada di rumah orang lain.

“Seberapa banyak uang yang ia keluarkan untuk membangun ulang rumah ini?!” Zeha berteriak dalam diam. Untuk orang miskin sepertinya, ia harus berpikir dua kali jika ingin mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu.

Ia juga tak menyangka bisa memakan daging yang harganya sepadan dengan gaji tahunannya.

“Aku tidak akan ke sini lagi mulai besok,” ucap Xavier tiba-tiba.

“Oh, begitu?” balas Zeha acuh tak acuh. Ia tahu perkataan itu hanyalah sebuah omong kosong belaka.

“Aku serius. Akademi mengadakan pertemuan mendadak kepada seluruh swordsman mage di kekaisaran. Katanya pertemuan ini akan membahas soal gate dan dungeon.”

Aksi Zeha yang tengah memotong daging sontak terhenti. Ia mendongak, dan menatap Xavier tajam.

“Apa kau akan pergi?” tanya Xavier.

Zeha terdiam selama beberapa saat—sedang memikirkan sesuatu. Lalu setelah itu, ia pun menjawab, “Aku tidak akan pergi.”

“Kenapa? Ini kesempatan bagus untuk memperkenalkanmu sebagai murid guru yang baru.”

“Justru itu semakin membuatku tidak ingin pergi.”

“Cih, dasar orang aneh.”

Zeha hanya membalas dengan senyuman tipis. Ada alasan lain mengapa ia tak ingin berpartisipasi dalam acara itu. Di akademi, ia dikenal sebagai murid pecundang yang tidak bisa menggunakan sihir. Jika nanti si sana ia bertemu dengan murid-murid teman sekelasnya, maka hal buruk yang tidak ia inginkan akan terjadi.

“Sebelum itu, aku ingin meminta sesuatu padamu,” ucap Zeha dengan serius, sukses membuat Xavier penasaran.

1
Dewo Bumi
cerita na terlalu bertele-tele Thor
Dewo Bumi: gpp 💪💪💪
vamelinaa: se-sebenarnya aku juga ngerasa gitu sih😭
total 2 replies
Gehrman
Apakah ini Reupload?
vamelinaa: iya! makasih sarannya!😄
Gehrman: Lanjutkan Thor, sebenarnya tulisanmu sudah rapi walaupun ceritanya agak klise masih enak dibaca.

Struktur dan pacing ceritanya juga sudah bagus.

Asal rutin update, bakal banyak reader yg baca kok.

Saranku sih bisa diperlihatkan sedikit konflik ceritanya atau motivasi si MC ini biar pembaca tahu ceritanya akan mengarah kemana.
total 3 replies
Gehrman
Emmm keknya aku pernah baca Novel ini deh, kalau tidak salah si nenek ini orang kuat dan bakal jadi guru si MC
Gehrman
Emmm jadi, g akan ada bangsawan2 lain yg ada di luar wilayah kota? 🤔
vamelinaa: ada, tapi gak begitu terkenal
total 1 replies
Alfa Doankk
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!