Gadis berparas ayu itu menatap langit penuh hampa, dia bimbang bahkan jika boleh memilih dia tak ingin ada didalam keadaan seperti saat ini.
Nazia tak pernah mengeluh atas semua kesulitan nya selama ini, tapi kali ini Nazia benar-benar dilema..
"Kak..." panggil sang Ayah, Nazia menoleh ke sumber suara tapi kembali menatap langit lagi
"Ayah tidak pernah memaksa, Ayah selalu ingin yang terbaik, Ayah juga akan selalu mendukung apapun pilihan anak-anak Ayah..."
"Apakah Ayah mengenal nya? Yah.. kakak bukan ingin pilih-pilih.. tapi pernikahan itu bukan sekedar tinggal bersama, tapi hidup bersama.. Zia belum terfikir untuk itu, apalagi Zia bahkan tidak mengenal nya..."
...
Ya... Pernikahan itu bukan sekedar tinggal bersama tapi hidup bersama.. Tapi Nazia harus di hadapan oleh keadaan yang membuat nya bimbang karna ada seorang Ayah yang melamar Nazia untuk anak lelakinya, tapi bahkan mereka tidak saling mengenal.
Apakah Nazia mampu menjawab dan menjalani nya??
Siapa Lelaki itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ajeng Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Nazia terdiam, Nazia sedang berusaha menetralkan hati dan pikiran nya, karna ini bukan sekedar jawaban biasa, jawaban yang akan di berikan nanti akan menemukan jalan hidup nya.
"Ya Allah inikah jawaban dari doa ku?"
"Jika ini jawaban nya, maka mudahkan bibir ini untuk menjawabnya"
Allah tidak mengatakan di dalam Al-Qur'an bawa kita akan berjodoh dengan orang yang kita cinta, tetapi Allah sudah berjanji dalam surat (An Nur ayat 26)
"kemana takdir mambawa ku, ku pasrahkan pada sang maha berkehendak.."
"seperti apa jalan jodohku, apakah dia cerminan diriku, apakah dia pelengkapku, atau ujianku, ku berpasrah pada Mu ya Rabb..."
Nazia terdiam hanya batin nya yang berbicara, semua yang ada di ruang tamu saling melihat bergantian.
Nampak Pak Hermawan menepuk-nepuk pundak Fatih, Fatih hanya bisa membalas dengan senyuman.
Ada ke khawatiran dari raut wajah pak Hermawan sedangkan Fatih sendiri bingung harus bagaimana, harus berkata apa, karna posisi dirinya saat ini masih sebatas mengikuti kehendak orang tua nya.
Nazia meraih tangan sang Ayah, mencium nya berkali-kali
"Ayah.."
"Iya Kak.."
" Nazia ada disini hingga saat ini, Nazia bisa berbicara, berjalan, Nazia bisa melakukan banyak hal, selain karna Allah itu juga karna peran ayah dan ibu.."
Mata Ayah Wahyu tiba-tiba berkaca-kaca mendengar penuturan sang putri.
"Yah, peran ayah dan ibu tidak akan pernah ada habisnya, karna Tuhan yang nyata di muka bumi ini adalah orang tua, sekarang yang Zia punya cuma Ayah, Nazia mau ayah ambil peran dalam menjawab khitbah ini. Apapun keputusan ayah, jawab ayah selama itu ayah ridho, Zia akan menjalani nya" Air mata Nazia tak lagi dapat Nazia bendung begitu pun dengan sang Ayah, bahkan kedua orang tua Fatih ikut haru.
"Kak, keputusan ada di tangan kakak, ayah mau kakak jawab sesuai hati kakak, apapun ayah akan meridhoi nya.."
Moments itu ternyata di saksikan oleh kedua adik Nazia juga, ternyata mereka sedang berdiri di depan pintu, Nazia melihat kedua adiknya dengan senyum tapi bibirnya bergerak menahan tangis begitupun kedua adiknya.
"Bismillah, dengan izin Allah, dengan Izin ayah, dengan ke ridhoan ayah , Nazia menerima khitbah dari om Hermawan" Ucap Nazia dengan berurai air mata sembari tertunduk.
" Alhamdulillah.." Ucap syukur semua yang ada di ruang tamu itu.
Tapi ternyata belum semua, karna Fatih hanya diam. Fatih bingung harus berekpresi seperti apa untuk saat ini.
Pak Hermawan menepuk-nepuk pundak Fatih, serta memberikan selamat, Fatih hanya bisa tersenyum mendengar jawaban Nazia.
Sedangkan Bu Gendis menghampiri Nazia, merangkul Nazia.
"Alhamdulillah, tante bahagia banget dengan jawab Nazia, kita memang baru kenal, tapi tante bisa melihat bahwa Nazia adalah wanita sholeha, tante pun merasa yakin sama seperti om yakin dengan Nazia.."
Nazia hanya bisa menganggukkan kepala, entah keberanian dari mana untuk Nazia menjawabnya, tapi tiba-tiba keyakinan condong kepada Fatih, padahal dia baru pertama kali melihat Fatih.
Takdir apa yang harus dia jalani telah dia pasrahkan kepada sang Maha Perencanaan, karna Allah lah sebaik-baiknya perencana.
"Nazia hanya wanita biasa tante, Nazia juga masih dalam proses belajar, maaf jika nanti ada yang tidak sesuai keinginan om, tante dan-"
"Dan mas Fatih." Lanjut Nazia karna sempat bingung harus memanggil apa.
"Alhamdulillah om bahagia banget dengan jawab Nazia, terima kasih sudah mau menerima anak om yang begitu banyak kekurangannya ini.."
"Jika di tanya pendapat saya, putri-putri saya begitu sempurna di mata saya, tapi di dunia ini tidak ada yang sempurna, karna kesempurnaan itu hanya milih Allah, tapi mereka adalah amanah terindah yang Allah berikan kepada saya" Balas Ayah Wahyu sebari mengusap kepala Nazia yang berbalut jilbab
"Salwa , Astari sini nak.." Panggil ayah Wahyu
Bu Gendis pun kembali ke kursi di sebelah sang suami, sedangkan Salwa dan Astari mendekat ke arah sang ayah.
Mata Salwa berkaca-kaca menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Ayah Wahyu pun memperkenalkan Fatih kepada kedua putri nya yang lain, memperkenalkan Fatih sebagai calon suami dari kakak mereka.
Kedua adik Nazia itu menangkupkan kedua tangannya ke arah Fatih, lalu berjalan mendekat ke arah Bu Gendis untuk mencium takzim tangan Bu Gendis.
Selesai bersalaman dengan Bu Gendis, kedua adik Nazia itu berjalan ke arah Nazia lalu merangkul Nazia erat.
"Kakak beneran mau nikah?? Terus nanti gak tinggal di sini? Nanti siapa yang bangunin adek sholat subuh? Nanti siapa yang masak buat adek, kak Salwa dan ayah juga..?" Tanya Astari dengan air mata yang sudah jatuh
"Nanti siapa yang akan teriak ke adek, adek pakaian kotornya taruh di ember" Tambah Astari sembari meniru gaya Nazia
Dan itu berhasil membuat air mata Nazia jatuh.
"Dek gak boleh bilang gitu.. " Tegur Salwa walaupun dirinya sendiri belum siap jika harus di tinggal oleh sang kakak.
Nazia menghapus air mata di pipi Astari lalu merangkul nya, begitu sulit menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari sang Adik.
"Maaf nih pak jadi mellow, sejak ibu mereka meninggal, Nazia adalah pengganti sosok ibu untuk adik-adiknya, jadi ya gini belum apa-apa udah pada mewek"
"Pak Wahyu, saya sangat paham dan memakluminya, saya malah terharu dengan kebersamaan, kerukunan keluarga ini.."
"Jadi Nazia minta mahar apa??" Tanya Bu Gendis setelah keadaan mulai stabil, kedua adik Nazia pun ikut duduk di samping Nazia
Nazia menoleh ke arah sang ayah.
Sang ayah tersenyum memberikan kode untuk Nazia menjawabnya langsung.
"Sebaik-baiknya mahar adalah mahar yang paling mudah (ringan)" Jawab Nazia sesuai HR Al Hakim
"Apapun mahar yang di berikan akan Zia terima dengan penuh kerelaan. Mahar nya ringan tapi tidak merendahkan” Tambah Nazia
"Tapi sebelumnya Zia boleh minta sesuatu om??" Tanya Nazia
"Boleh, tapi sebelumnya om boleh minta sesuatu juga??"
"Apa itu om??"
"Jangan panggil om, kan kamu udah resmi jadi calon mantu, jadi panggil Papa dan Mama saja.."
"Pa, semua butuh waktu, semua kan berproses " Kali ini Fatih yang bersuara dan itu membuat semua menoleh ke arah nya.
"Iya pa benar tuh kata Fatih, semua butuh waktu.." Balas bu Gendis setuju dengan Fatih
"Ok lah ok, kalau gitu apa permintaan Nazia??"
Nazia pun menyampaikan ke inginan nya, dimana Nazia ingin acara pernikahan mereka di adakan secara sederhana, cukup di masjid saja. Permintaan Nazia itu membuat Pak Hermawan dan Bu Gendis salin tatap.
"Kenapa? Pernikahan itukan sekali seumur hidup, apalagi relasi om cukup banyak, apa kata mereka??"
"Rahasiakan khitbah mu, umumkan pernikahan mu itu lah ketentuan nya, tapi pengumuman itu juga tidak perlu bermewah-mewah om.."
Pak Hermawan belum memberikan jawaban karna waktu juga terus berjalan, malam semakin larut. Tidak pantas rasa nya mereka bertamu hingga larut malam.
Pak Hermawan menyarankan jika besok untuk keputusan akan di diskusikan lebih lanjut, dan juga akan di hadiri beberapa kerabat terdekat.
Ayah Wahyu pun menyetujui nya, karna bagaimana sebuah pinangan perlu di saksikan beberapa kerabat agar tidak menimbulkan fitnah di kemudian hari.
Fatih beserta kedua orang tua nya pun berpamitan, Nazia masih belum berani menatap Fatih, hanya berani melihat punggung Fatih saat Fatih telah keluar dari rumah nya.
"Ya Allah, dia ya Allah, punggung itu yang hamba lihat di sepertiga malam. Apakah di sepertiga malam itu malaikat yang Engkau perintah untuk memberikan hamba petunjuk? Ridhoi keputusan hambamu ini ya Allah, jangan biarkan ada hati yang terluka, jika sudah terlanjur terluka maka sembuhkan" Batin Nazia
🌹🌹
Lanjut...???
Jazaakumullah khairon untuk semua dukungan nya, dalam bentuk apapun itu.,🥰
Like, Komen, Vote, Gift , Tips... Dan jangan lupa untuk rate bintang 5 🌟🌟🌟🌟🌟 ya
Ingat ini hanya coretan kecil yang berharap bisa bermakna besar untuk kita semua.
Karna....
Sebaik-baik nya Bacaan itu adalah Al-Qur'an
Dan jangan lupa follow IG kak Ajeng ya @ajeng_kirana90
bikin cepat masuk...