Shima merelakan suaminya menikah lagi. keturunan menjadi alasan ia rela di madu. kesulitannya dalam mengandung membuatnya harus rela berbagi suami dengan wanita lain.
Dinar, tak lagi bisa menolak keinginan ibu dan istrinya untuk menikahi Rizka.
Segala usaha sudah mereka lakukan agar Shima bisa mengandung. Namun Tuhan memang belum memberikan kepercayaan itu pada mereka.
Akhirnya dengan terpaksa Dinar mengabulkan keinginan ibu dan istrinya.
Dia hanya berharap semoga pernikahan mereka akan bahagia, karena pernikahan itu tidak di dasari perselingkuhan.
Namun, cobaan silih berganti mengguncang prahara rumah tangga mereka.
Di tambah Dinar mulai berat sebelah semenjak mengetahui kehamilan istri keduanya.
Mampukah Shima dan Dinar mempertahankan maghligai rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehilangan.
Emilio merasa miris melihat keadaan sekretarisnya yang babak belur. Entah apa yang terjadi dengannya. Sungguh melihat seorang wanita seperti itu membuat Emilio merasa sedih.
Dia sendiri bingung apa harus menghubungi suami atau keluarga Shima.
Sekretarisnya itu keluar tanpa membawa barang-barangnya.
Tadi dia melihat ada mobil di halaman rumah Shima dan itu bukanlah mobil sekretarisnya. Dia menduga jika itu adalah mobil suami Shima.
Emilio berpikir jika kekerasan ini pasti ada sangkut pautnya dengan suami Shima.
"Halo Dam?" Akhirnya dia memutuskan meminta Damian untuk mencari tahu tentang keluarga sekretarisnya.
"Iya Mil, ada apa?"
"Tolong cari tahu tentang keluarga Shima. Orang tua atau keluarga lainnya. Dan bawa ia ke rumah sakit tempat Shima di rawat. Nanti aku berikan alamatnya," pinta Emilio tegas.
"Shima di rawat? Bukankah tadi dia tidak apa-apa? Apa terjadi sesuatu Mil?" tanya Damian cemas.
"Kamu lakukan saja dulu perintahku tadi, nanti kamu akan tahu. Kalau bisa saat ini juga ya!"
Tak berselang lama seorang Dokter muda keluar dari ruang UGD dan mendekati Emilio.
"Astaga kamu apakan dia Emil!" sentak Dokter muda itu.
Emilio memicing menatap sang Dokter yang tiba-tiba menuduhnya yang tidak-tidak.
"Apa maksud kamu Jo? Jangan berpikiran buruk tentangku! Dia itu sekretarisku. Katakan ada apa dengannya?" jawab Emilio geram.
"Sekretaris? Sejak kapan kamu pakai sekretaris? Apa Damian sudah mengundurkan diri?"
Emilio berdecak kesal karena si Dokter muda itu justru mempertanyakan hal yang tak penting menurutnya.
"Aku ini keluarga pasien, harusnya kamu menjelaskan keadaan pasien, ini malah bertanya yang tidak penting!"
"Eh iya ... Iya, maaf. Kau ini!"
"Pasien mengalami trauma berat, semua tubuhnya di penuhi luka pukulan dan cambukan. Serta kami enggak dapat menyelamatkan janinnya. Sepertinya dia telah mengalami kekerasan sek*su*al," jelas Dokter yang di panggil Emilio Jo itu.
Emilio menarik napas, ingatannya melayang pada sore tadi saat dirinya mengantar Shima pulang. Dimana wanita itu selalu mengusap perut ratanya.
Terlihat sekali bahwa kehadiran bayi itu menjadi sesuatu yang sangat di tunggu olehnya. Dia tak bisa membayangkan akan sehancur apa hati Shima kalau mengetahui ia telah kehilangan bayinya.
"Bisa buatkan surat visumnya sekalian? Siapa tahu di kemudian hari dia membutuhkannya," pinta Emilio.
Dokter Jo mengacungkan kedua jempolnya. Meski dalam benaknya dia penasaran apa yang sebenarnya terjadi dengan pasien wanita yang di tanganinya itu.
"Oh iya, tolong rahasiakan keberadaannya saat ini. Aku yakin ada sesuatu yang terjadi dengannya."
"Kamu mencurigai seseorang? Suaminya mungkin?" tanya Jo penasaran.
"Dokter Jonathan, apa kamu mau aku mencabut semua sahamku di rumah sakit ini?" ancam Emilio pada Dokter muda itu.
Jonathan lantas mengangkat kedua tangannya. Dia menyerah, setidaknya dia paham bagaimana sifat Emilio yang tak suka di paksa.
Biarlah nanti Emilio sendiri yang menceritakan kejadiannya.
Tak lama Damian datang bersama dengan dua orang paruh baya yang merupakan orang tua Shima.
Anshori dan Yusri mendekati Emilio. Bahkan Yusri sudah menangis sesenggukkan dari tadi.
"Anak saya kenapa? Maaf kenalkan saya ayah Shima, Anshori," ujar pak Anshori pada Emilio.
"Saya atasannya Shima pak. Saya Emilio. Mari kita ke ruangan Dokter saja, biar Dokter yang menjelaskan pada bapak," pinta Emilio sembari mengantar orang tua Shima ke ruangan Jonathan.
Damian sendiri di minta tetap menunggu di depan ruangan Shima untuk berjaga-jaga.
Di ruangan Jonathan, Dokter muda itu kembali menjelaskan apa yang terjadi dengan Shima seperti yang dia jelaskan pada Emilio tadi.
"Siapa orang bejad yang telah melakukan ini pada Shima yah?" tangis Yusri pecah, tak menyangka sang putri akan mengalami nasib yang begitu tragis.
"Mas menemukan Shima di mana?" tanya Anshori pada Emilio.
Emilio pun menjelaskan awal kejadian hingga dia akhirnya bisa membawa Shima ke rumah sakit untuk di selamatkan.
Anshori mengepalkan tangannya. Dia yakin ini perbuatan menantunya.
"Ini pasti perbuatan Dinar bu!"
"Bapak yang tenang pak. Jangan gegabah. Lebih baik kita hubungi Haris pak," sergah Yusri.
"Pak Emilio, terima kasih banyak telah menolong putri kami. Saya enggak tau akan seperti apa kalau dia tidak bertemu bapak tadi," ucap Anshori.
"Bapak tenang aja. Saya juga telah membantu menyembunyikan keberadaan Shima sampai masalah ini selesai. Jaga Shima, dia pasti akan terguncang saat sadar nanti. Dia pasti butuh kalian."
.
.
Di rumah Shima. Dinar bangun pada pagi harinya. Dia lalu meraba ke samping ternyata tak menemukan keberadaan sang istri.
Dinar terlonjak kaget, dia lantas mengusap wajahnya kasar. Pelan-pelan dia teringat dengan kejadian kemarin.
"Oh shit! Shima di mana kamu sayang?" ucapnya tercekat lalu bangkit berdiri.
Dia melihat pakaian sang istri yang koyak, serta ceceran darah di lantai.
Dinar menjambak rambutnya. Dia benar-benar panik. Takut terjadi sesuatu yang buruk pada sang istri.
Dinar mencari keberadaan istrinya dengan mengikuti jejak darah di lantai dan berakhir hilang di depan pagar.
Dia benar-benar frustrasi karena Shima pergi tanpa membawa apa pun. Tasnya masih tergeletak di ruang tamu. Ponselnya pun masih di sana.
Dinar membuka tas Shima dan menemukan sebuah foto USG yang kemarin hendak di tunjukkan oleh sang istri.
Tubuh Dinar bergetar, tangisnya pecah. Dia tak menyangka karena rasa cemburu telah membutakan mata hatinya hingga dia dengan tega menyiksa raga sang istri.
Dinar benar-benar merasa menyesal. Dia segera membersihkan diri. Dia yakin sang istri pasti pergi menuju rumah sakit.
Dia sudah mencari di beberapa rumah sakit tapi tak satu pun dari rumah sakit itu menerima pasien bernama Shima.
Dinar bahkan sampai ke klinik-klinik karena berpikir mungkin di sekitaran klinik sang istri pergi mengobati diri.
Dinar mendesah frustrasi, perutnya perih. Dia bahkan belum mengisi perutnya sejak semalam.
Foto Shima dengan lelaki yang dia yakini atasan Shima kemarin membuatnya gelap mata.
"Apa lelaki itu yang membawa Shima pergi?" monolognya.
Dinar lantas membuka ponsel sang istri. Di sana tak ada percakapan apa pun dengan atasannya yang di beri nama Pak Emil selain pekerjaan.
Tak lama suara bel rumah berbunyi, dengan malas Dinar bangkit untuk membukakan pintu.
"Mas?"
"Nar?" panggil Amanda dan Rizka berbarengan.
"I-ini darah apa Nar?" tanya Amanda bingung.
Dinar lalu menjatuhkan diri di sofa dan memegangi kepalanya dengan kedua tangan.
"Mas ada apa ini? Mana mbak Shima?" tanya Rizka panik.
"Dinar! Katakan ada apa?" bentak Amanda tak sabar.
"Ini salah Dinar mah, Dinar udah buat Shima celaka. Dinar suami kejam dan tak tahu diri," racaunya.
"Apa maksud kamu?" tanya Amanda tak percaya.
"Apa mas melukai mbak Shima?" tanya Rizka lirih.
Jantung Rizka berdebar sangat kencang. Melihat darah yang bercecer di tambah penampilan sang suami yang berantakan, istri kedua Dinar itu merasa ada yang tak beres telah terjadi dan ia takut menjadi penyebab semuanya.
"Kamu, sebenarnya kamu dapat dari mana foto itu hah!" bentak Dinar murka pada istri keduanya.
Tubuh Rizka bergetar, tatapan tajam sang suami membuat nyalinya ciut. Belum juga menjawab pertanyaan sang suami. Suara di depan pintu membuat ketiganya menoleh.
"Dasar baji*ngan!" tanpa perasaan Haris mendekat dan menghajar Dinar di depan ibu dan madu adiknya.
Anshori hanya diam memperhatikan. Sungguh dia pun ingin melakukan hal yang sama pada menantunya itu.
"Kamu itu binatang menjijikan! Kau apakan adikku hah!"
"Cukup! Tolong hentikan. Ini ada apa pak Anshori," sela Amanda mengiba.
Rizka mendekati sang suami yang sudah babak belur. Dia menangis sesenggukkan, tak menyangka akan menjadi seperti ini akhirnya.
"Saya pastikan mereka akan berpisah bu Amanda," jawab Anshori datar.
Mendengar sang mertua akan memisahkannya dengan sang istri, Dinar berusaha bangkit.
"Jangan ayah, maafkan Dinar. Tolong jangan pisahkan kami," rengeknya dengan suara tersengal-sengal.
"Kamu tunggu saja surat cerainya!" jawab Haris dengan dada naik turun.
.
.
.
.
Lanjut
anak ular di pelihara suatu saat pasti akn matuk juga.
wong Bpk e bayi ijek sehat kok nyuruh Shima iyalah Shima punya suami kaya ntar anak sudah deket pasti akn di pakai buat ndeketi Emilio. otak Rizka itu dah penuh rencana cm Shima saja yg bodohnya kelewatan.