Cinta beda usia namun murni bukan karena embel embel mencari materi tapi karena kesalahpahaman membuat kisah keduanya harus berakhir tanpa kata selesai. Hana yang merasa kecewa karena penolakan sepihak yang diberikan ibu si pria membuat hana memutuskan pergi membawa buah cintanya bersama pandu. Sementara pandu kelimpungan mencari hana sampai membuat hidupnya berantakan.
Penasaran sama kisahnya?
Yuk mampir, baca dan jangan lupa like serta dukungannya yaa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Pelukan hangat
Terbangun dengan kepala yang berdenyut nyeri ditambah tubuhnya begitu lemas membuat hana harus meminta izin tidak masuk kantor hari ini. Seharian hana hanya berbaring diatas ranjang tanpa makan bahkan minum dan hanya pergi ke kamar mandi jika sedang butuh.
Air mata hana masih terus menetes setiap kali nyeri di hatinya kembali hadir. Kalimat tuduhan yang begitu menyakitkan masih terus terngiang di kepala hana sampai membuat otaknya penuh suara berisik.
"Cinta ini membunuh ku." sepenggal lirik sebuah lagu terucap dari bibir hana yang lagi lagi bergetar menahan sesak di dada.
"Uang" desis hana lagi.
Perkara satu kata itu hana mendapat penilaian buruk dari ibu kekasihnya. Bertemu baru kemarin tapi bagaimana bisa hana sudah mendapat penilaian seburuk itu. Dalam pikiran hana sekarang, harusnya ibunya pandu mau mengenal hana lebih dulu barulah memberi penilaian atas diri hana.
"Terhalang restu." Gumam hana kali ini.
"Memangnya penampilan ku seperti wanita matre?"
Hana menggeleng kuat, kemarin ia datang menggunakan pakaian santai. Dress dibawah lutut sepatu dan tas selempang kecil. Tak ada merk terkenal dari setiap barang yang kemarin hana kenakan. Semua barang barang yang hana miliki dibelinya sendiri walaupun pandu kekasihnya adalah pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Pandu memang belum pernah memberikan barang kepada hana dan hana juga tak pernah meminta apapun kepada pandu.
"Lalu bagaimana aku bisa dinilai hanya ingin uangnya mas pandu."
Lagi lagi hana terisak. Tuduhan yang terlontar dari bibir tipis maya kemarin benar benar menyakitkan bagi hana.
"Aku mencintai mas pandu bahkan dia bukan bos dikantor ku."
Remasan tangan hana di bajunya menandakan kalau sekarang hana teramat sakit hati.
Tok
Tok
Tok
Sibuk menangis sampai hana tak mendengar ketukan pintu.
Tok
Tok
Tok
"Hana" suara lembut pujaan hatinya terdengar begitu merdu tapi kali ini suara yang biasanya selalu hana rindukan terdengar begitu menyakitkan ditelinga hana.
"Apa setelah ini aku harus berpisah dengan mas pandu." Lihir hana kembali menangis.
Tok
Tok
Tok
"Han, buka pintunya. Ini mas, sayang."
"Mas" isak hana semakin menjadi. Mendengar pandu menyebutnya sayang malah semakin membuat hati hana serasa diremas remas.
"Buka sayang." Ucap pandu lagi dari balik pintu.
Tok
Tok
Tok
"Hananya didalam kok mas, dari semalam ga keluar. Apa mungkin sakit kali yaa." Ucap teman sebelah kamar hana yang melongok kepalanya dari balik pintu.
"Iya sepertinya sedang sakit, saya telpon juga ga diangkat makanya kesini?" Pandu bersikap ramah karena memang dirinya kenal dengan beberapa penghuni kost disini.
"Di ketuk saja lagi mas, mungkin aja anaknya tidur."
"Iya"
Pandu kembali mengetuk pintu kamar hana tapi masih dengan cara yang sopan padahal pandu sudah sangat ingin mendobrak pintu didepannya ini karena hana yang tak kunjung membukakan pintu.
Tok
Tok
Tok
"Han ......."
Ceklek
Belum pandu menyelesaikan ucapannya pintu sudah terbuka dan menampilkan penampilan hana yang benar benar berantakan. Mata sembab wajah penuh air mata bahkan rambut panjang hana di kuncir sembarang oleh hana. Jangan tanyakan lagi betapa berantakannya hana saat ini karena hana juga masih mengenakan pakaian semalam.
"Sayang"
Pandu langsung membawa hana kedalam pelukannya sambil mendorong langkah hana untuk mundur agar mereka masuk kedalam kamar hana.
Dalam dekapan pandu, hana menumpahkan lagi tangisannya. Sejak semalam hana tak berhenti menangis, menangis tertidur dan bangun lalu kembali menangis lagi.
"Hei, kamu kenapa jelek sekali sih." pandu melonggarkan pelukan dan berusaha mengangkat wajah hana yang terus menunduk.
"Sayang, lihat mas."
Astaga, pandu ingin menangis melihat air mata hana yang terus jatuh. Pandu tau hana benar benar terluka atas apa yang sudah ibunya ucapkan kemarin.
"Maafkan mas sayang."
Suara pandu tercetak di kerongkongan, dadanya sesak sampai pandu tak bisa kembali membuka suara.
Hana masih terus menangis dalam pelukan hangat pandu yang kali sangat terasa berbeda. Biasanya hana akan merasa sangat nyaman saat pandu memeluknya erat tapi entah mengapa kali ini hana merasa ini adalah pelukan mereka yang terakhir.
...****************...
semoga pandu dan Hana bisa mempertahankan keluarga dan anak-anak Dr mak Lampir