NovelToon NovelToon
The Secret Of Fernshine Lighthouse

The Secret Of Fernshine Lighthouse

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Keluarga / Persahabatan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Floricia Li

Cosetta Elwood tak pernah tahu rasanya memiliki tetangga seumur hidupnya. Ia bersama keluarganya tinggal di kompleks mercusuar di tepi pantai hutan Fernglove yang jauh dari pemukiman penduduk. Suatu hari, sebuah perahu datang terombang-ambing dari laut, yang membawa seorang anak laki-laki bernama Cairo Argoyle.

Awalnya, Cosetta merasa skeptis dengan anak laki-laki yang lusuh dan bau itu. Cairo mengaku bahwa ia tak ingat tentang masa lalunya. Namun, lambat laun Cairo menjadi teman baru yang menyenangkan baginya.

Hanya saja, kenapa ya, kadang-kadang seperti ada yang aneh dari diri bocah laki-laki itu? Semoga saja, sih, apa yang ia takutkan tidak terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Floricia Li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Hay Barn

Cosetta mengerjapkan mata. Suara familiar itu membuatnya terpaku. Ia baru tersadar ketika Cairo memberikan radio usang itu pada Cosetta. “Nah, sudah.”

“Oh, iya,” kata Cosetta, setengah tak percaya bahwa kini ia bisa mendengar suara penyiar radio favoritnya sebelum tidur lagi. Atau ... penyiar radio itu sudah pensiun? Karena terakhir kali radio itu bisa dinyalakan adalah ketika dua tahun lalu, saat ia masih awal kelas lima SD.

“Kamu bahkan bisa membenarkan radio, hebat sekali,” puji Mr. Elwood.

Mrs. Elwood juga tersenyum. “Sebenarnya, apa, sih, yang tak bisa dilakukan oleh Cairo?”

Cosetta tak mempedulikan hujan pujian yang diberikan oleh orang tuanya pada Cairo. Biasanya, ia akan mengkritik keras dalam hati. Tetapi, kini radionya sudah menyala lagi! Ia tak perlu berebut dengan mama untuk mendengarkan saluran yang ia inginkan.

Hari itu, Cosetta senang sekali. Ia menceritakan tentang radionya pada Eula. Gadis itu ikut senang. “Bagus, deh. Di segmen Lantern-Lit Stories sekarang ada event, loh. Aku sedang berusaha mengikutinya.”

“Oh, event apa itu, Eula?”

“Radio Aetherwind Chronicles memberikan kesempatan untuk anak-anak berlatih mengisi segmen itu selama sebulan di musim panas. Nanti mereka akan membiayai perjalanan kita ke Butterford, serta kita akan tinggal di asrama selama sebulan! Aku sangat berharap aku bisa dipilih,” kata Eula. “Kamu juga ikut, Cosy, nanti kita bersama-sama pergi ke sana!”

Telah menjadi rahasia umum bahwa anak-anak desa sangat memimpikan pergi ke kota. Begitu juga dengan Eula. Membicarakan tentang kesempatan itu, matanya jadi berkilau-kilau.

“Memangnya apa syaratnya?”

“Kita hanya perlu menulis naskah cerita kita. Selain itu, kita harus menulis ulang cerita di lima segmen Lantern-Lit Chronicles. Ugh, aku masih kesulitan untuk menulis naskahnya ...”

Tanpa pikir panjang, Cosetta memutuskan untuk mengikuti event itu juga. Meskipun Butterford bukanlah kota yang megah, tetapi untuk tinggal di sana selama sebulan pastinya merupakan mengalaman yang baru. Ia dan Eula bahkan bertindak sejauh meminjam buku dongeng di perpustakaan untuk mempelajari cara membuat dongeng yang menawan.

Ketika mereka sedang memilih buku, tiba-tiba Cosetta teringat tentang sesuatu. “Oh, benar, Eula. Aku lupa mengatakannya padamu. Tapi, apakah kamu tahu tentang peta yang hilang di ruang guru?” tanya Cosetta.

“Tentu saja! Seisi sekolah sedang ramai tentang itu. Tak mungkin aku tidak tahu. Guru-guru juga kelihatannya sangat kesal. Kecuali Mr. Sterling, sih. Karena dia tidak mungkin merupakan orang yang pulang paling terakhir. Mereka saling menyalahkan,” kata Eula.

“Nah, apakah kamu ingat dengan gulungan kertas yang dibawa oleh Mabel di padang rumput waktu itu? Oh, aku benar-benar tak bisa menahan diri untuk tidak mencurigainya. Tapi, kemarin kutanya, ia mengaku tak mencurinya. Tapi ia juga tak ingin menunjukkan kertas itu padaku.”

“Mencurigakan!” kata Eula kepalang semangat. “Bodoh sekali aku tak ingat. Ayo kita tangkap Mabel!”

Cosetta menepuk bahu Eula, lalu tertawa. “Hei, kamu kira kita siapa? Aku sebenarnya sedang mencari cara supaya bisa melihatnya. Aku yakin ia tak mungkin memasukkannya di dalam rumah. Benar, kan? Rumahnya tidak terlalu besar dan tidak ada tempat tersembunyi,” katanya.

“Bukannya di rumahnya ada sebuah lumbung, ya? Bisa jadi ia menyembunyikan di sana.”

“Benar, sih.”

“Sekarang kamu jauh lebih ingin menyelidiki tindak kejahatan Mabel dari pada sebelumnya,” komentar Eula seraya mengerutkan dahi.

Cosetta menarik napas dan menahannya. Kerutan di dahinya menandakan bahwa ia sedang berpikir keras. Eula menyenggolnya.

“Ada apa?” tanya Cosetta.

“Apakah kamu melihatnya melakukan sesuatu yang tak termaafkan?”

Cosetta menghela napas, lalu memberitahukan kejadian hari itu pada Eula, ketika Mabel merokok di dalam hutan. Ia sebenarnya selalu menahan diri untuk bergosip. Mama selalu memperingatkannya dengan keras. “Kamu tahu, bergosip tentang keburukan orang lain itu perbuatan jahat. Ibu pernah mengalami rasa sakit karena gosip orang-orang. Ketika ibu hamil kamu, penduduk desa menuduh ibu macam-macam karena memilih tinggal di tengah hutan. Karena gosip itu, ibu pernah sampai hampir kehilangan kamu,” kata ibunya kala itu. Cosetta tak mengetahui detailnya. Tetapi melihat kilatan rasa sakit di mata sang ibu, kejadian itu telah menyakitinya dalam-dalam.

Tetapi, pada kejadian ini, ia tak mampu menyimpannya lama-lama. Lagipula, usia mereka masih tiga belas tahun. Mrs. Pritchett perlu tahu bahwa putri satu-satunya telah terbiasa merokok, ketika melihat dari gerak-gerik tangan Mabel di hutan ketika itu.

“Aku tak menyangka dia senakal itu! Berapa banyak pukulan rotan oleh Mr. Pritchett untuk menyadarkannya!” ucap Eula menggebu-gebu.

“Kudengar ayahnya sudah putus asa. Bagaimana kalau dia memutuskan untuk membiarkan Mabel begitu saja?”

“Oh. Itu tidak mungkin, kan? Memangnya dia tidak malu kalau sedang berkumpul di restoran dengan para pria?”

Mereka melanjutkan diskusi mereka setelah meminjam buku yang mereka inginkan pada seorang penjaga perpustakaan. Ketika mereka keluar dari perpustakaan, suasana yang berbeda menyambut mereka. Sang polisi desa, Mr. Redvers, terlihat berbicara dengan sang kepala sekolah di depan kantor guru. Mr. Sterling mengusir Eula dan Cosetta yang menghentikan langkah mereka di koridor, berniat untuk melihat.

“Sana pulang. Sudah selesai pinjam buku, kan?”

Mereka pergi menuju parkiran sekolah. Sepeda merah muda Cosetta terparkir rapi di sana. Cosetta menggenggam setang sepedanya, berpikir sebentar, lalu menoleh pada Eula.

Senyuman Eula membuat Cosetta tertawa. “Jadi?”

“Yeah, ayo! Aku sangat penasaran. Setelah kita melihat peta itu, baru kita laporkan ke Mr. Redvers!” kata Eula bersemangat. “Kalau sekarang, aku yakin dia hanya meremehkan kita. Begitulah orang dewasa!”

Keduanya pergi menuju rumah Mr. Pritchett. Jantung Cosetta berdegup kencang. Selama ini, ia memang menjalani hidupnya sebagai gadis yang baik. Tetapi ia sudah tumbuh jauh lebih besar dari ketika ia masih kelas enam SD. Dunia menjadi lebih lebar, memberinya perasaan bahwa ia bisa melakukan apa saja.

Termasuk menyelinap ke lumbung gandum milik Mr. Pritchett.

Siang hari seperti ini, para lelaki sedang bekerja di ladang. Para wanita akan berada di dalam rumah untuk menjahit atau mengerjakan pekerjaan rumah lain. Halaman rumah keluarga Pritchett yang luas dan ditumbuhi oleh rerumputan itu terlihat lengang.

“Apakah Mabel di rumah?” tanya Cosetta.

“Tidak tahu. Apakah kita bertamu dulu dengan alasan menemuinya? Maksudku, pasti tidak mencurigakan, kan, kita kan teman sekelas.”

“Dan membuat mereka mengantarkan kita pulang sampai ke gerbang? Kita tidak akan pernah memeriksa lumbungnya.”

Mata Eula melebar sejenak, lalu tertawa, “Kamu sangat bertekad, ya? Baiklah! Aku juga saaaangat penasaran!”

Kedua gadis itu mengendap-endap masuk ke dalam lumbung gandum. Mereka tak perlu membuka pintunya karena memang dibiarkan terbuka oleh Mr. Pritchett supaya para ayam bisa mencari makan di halaman dengan bebas. Di dalam lumbung, tumpukan jerami kering menutupi lantai. Sungguh tempat yang tepat untuk menyembunyikan segulung kertas besar.

Mereka menjelajahi lumbung. Saat itu, langkah kaki terdengar mendekati lumbung. Eula dan Cosetta berpandangan, lalu bersembunyi di sudut yang paling gelap. Jantung Cosetta bertalu-talu. Ia seharusnya tak masuk ke rumah orang lain tanpa izin. Mama bilang, ketika seseorang melakukan perbuatan yang salah, ia akan merasa gelisah.

“A-apa yang harus kita katakan kalau Mr. Pritchett menemukan kita?” tanya Cosetta.

“Semoga saja kita tidak ketahuan. Meskipun di sini tak ada barang berharga, ia pasti akan sangat heran kenapa kita berdua bisa ada di sini,” bisik Eula.

Langkah kaki itu makin mendekat. Cosetta merasa jantungnya berdegup makin kencang. Ketika seekor kambing besar berdiri di depan pintu lumbung, Cosetta tak tahu apakah ia harus senang atau sedih.

“Seekor kambing! Membuatku takut saja!” keluhnya seraya menjatuhkan tubuhnya yang sedari tadi dalam posisi berjongkok.

Tiba-tiba, terdengar suara kotekan ayam keras.

KAOK ... KAOK KAOK

Mata Cosetta melebar ketika melihat seekor ayam betina yang telah mengerami telurnya rupanya berada tak jauh dari mereka. Sayapnya mengembang siap menerjang. Cosetta dan Eula sontak berlari tunggang langgang keluar dari lumbung gandum keluarga Pritchett.

1
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭
ya Tuhan, sopo kelinci 🐰😭🤣🤣
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭: kasian kelincinya 😔
Floricia Li: enak kan sop kelinci? 😂
total 3 replies
Alexander
Suka dengan gaya penulisnya
Maria Fernanda Gutierrez Zafra
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!