NovelToon NovelToon
Si Rubah Licik

Si Rubah Licik

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar dan dikhianati suami tercinta. Hanya karena paras dan penampilannya yang tidak menawan.

Hidup ditengah-tengah manusia yang suka menghakimi sesama dan berbuat dusta. Rasa sakit mana lagi yang tidak dapat dia hindarkan?

Itulah mengapa dia memalsukan kematiannya dan menyamarkan identitasnya menjadi sesosok yang lain, demi membalaskan dendamnya!

Saking heroik setiap aksi yang ditunjukkannya lewat identitas barunya, dia sampai dijuluki si rubah licik! Mengapa bisa terjadi? Bagaimana kelanjutan kisahnya? Penasaran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Problematika Kehidupan

Ayuma, Hendrik dan Zahra tampak terlibat di situasi yang tidak pas.

Dimana setelah beberapa hari belum berjumpa, Ayuma dan Hendrik kembali dipertemukan walau dalam keadaan yang mengangetkan.

Pertanyaan yang dilontarkan Zahra pun, seketika membuat Hendrik kebingungan.

Untungnya, Ayuma dengan cepat menghampiri Zahra dan mengulurkan tangan, "halo. Perkenalkan saya Ayuma Alexa Xavier. Partner bisnis pak Hendrik. Nona cantik sekali. Senang bertemu anda disini.

Ayuma melebarkan senyum dan mengukuhkan sisi profesionalnya supaya tidak menimbulkan kecurigaan. "Apa perempuan ini kekasihnya tuan Hendrik?"

Ayuma mengamati, "whaaa. Cantiknya. Mereka memang pasangan yang cocok."

Zahra yang awalnya dihantam firasat buruk, seketima luluh. Dia membalas jabat tangan Ayuma seraya mengatakan, "Zahra Almira. Tunangan Hendrik. Salam kenal."

Deggg. Ayuma melek mata dan terkejut atas pengakuan Zahra. Seolah ada yang menggelitik hatinya, namun ia tidak tau itu apa.

Ayuma cuma cengengesan, menolehkan tatapan ke Hendrik yang juga menatapnya intens.

"Ayuma...."

Hendrik bak membisu kaku. Kata-kata yang ingin sekali dikeluarkannya seolah mati kutu.

Apalagi ketika melihat Ayuma melebarkan senyum manisnya ke dia, perasaan Hendrik kian menggebu.

"Sebelumnya maaf telah menganggu. Saya kemari hanya untuk mengulurkan berkas-berkas penting."

"Jadi saya pamit undur diri. Terima kasih."

Ayuma mengangguk dan kemudian membuka pintu mobilnya, hendak masuk.

"Tunggu." Tiba-tiba suara berat Hendrik mengalun.

Ayuma melongok.

"An.. Anda tidak mau ngopi terlebih dahulu?" Ajak Hendrik terbata-bata.

"Iya benar. Kebetulan kami membawa banyak makanan dari kebun raya." Sahut Zahra, ramah.

Ayuma merenung sebentar dan tak berselang lama dia menolak ajakan mereka dengan halus, "mohon maaf. Saya masih banyak urusan. Terima kasih atas kebaikan tuan dan nona. Permisi."

Bruuupp. Ayuma masuk dan menutup mobil. Dia menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.

Dalam beberapa menit setelahnya, mobil yang dikemudikannya berlalu meninggalkan Penthouse Hendrik. Bruuuummm.

Di kamar Hendrik.

Zahra nampak bingung atas ekspresi tunangannya yang mendadak sendu, sembari menatap jendela entah merenungkan apa.

"Sayang, what's wrong??" Zahra yang agak risau memegang bahu belakang Hendrik dan bertanya.

Hendrik membalikkan badan dan secepat kilat menarik pinggul Zahra melekat ditubuhnya lalu menyampaikan, "menurutmu mengapa seseorang selalu dihantam rasa gelisah, padahal dia telah memiliki segalanya?"

Zahra menaikkan alisnya, "maksudmu?"

"Pertanyaan macam apa itu?" Zahra memanyunkan bibir.

Hendrik mengangkat dagu Zahra dan mengelus-elus bibir indahnya.

"Tidak ada rasa."

Batin Hendrik menghentikan perlakuannya dan membuat Zahra sedikit kecewa. "Sayang? Kenapa??"

Hendrik menggeleng dan menyingkirkan pelukannya, "tidak apa-apa. Aku mengantuk."

Hendrik menarik langkah ke kasur.

Braaakk. Ia melentangkan badannya.

Dan Zahra cuma bisa mendengus berat sambil menghampiri Hendrik lalu menindih hingga merengkuh punggung gagahnya dari atas.

"Selamat istirahat sayang. Chuuupp." Zahra mengecup Hendrik, mengucapkan kata-kata sebelum tidur.

Dada Hendrik nyesek dan pikirannya bertempur, "Ada apa denganku?"

"Mengapa aku begini?"

Hendrik menutup kedua matanya.

"Zahra, maafkan aku."

Di sisi lain, kediaman Alexander.

Ruang kerja Ayuma__

Haaaaahhhh.

Ayuma terlihat mendengus kasar sesudah menyeduh kopi pahitnya.

Di meja kerjanya yang berserakan dengan banyak dokumen-dokumen, dia melamunkan satu keadaan disaat ia bertemu Hendrik dan sang tunangan.

Tatapan mata Ayuma layu. Semangatnya meloyo. Untuk sesaat detak jantungnya seakan tiada henti-hentinya mempercepat pompanya. Sehingga menimbulkan kesan sakit dan sesak secara bersamaan.

Ayuma sontak memegang dada dan merintih.

"Ukkhhh. Dadaku....,"

...****************...

...****************...

Pada waktu bersamaan___

Berlokasi di pinggiran kota, Bram terlihat menyusuri jalanan sepetak yang berada di permukiman kumuh.

Ia membelok ke sebuah gang sempit. Dijejerkan oleh rumah-rumah warga yang memiliki kesan kecil, kotor dan tidak terurus.

Anak-anak yang bermain dengan pakaian compang-camping, berlarian kesana-kemari.

Orang tua mereka beserta para lansia yang berada disana sambil mengerjakan beberapa hal sederhana, cukup memprihatinkan bila dilihat. Kulit hitam legam berminyak, kerak-kerak daki di badan serta baju-baju lusuh yang mereka kenakan, tidak begitu enak dipandang.

Sampah-sampah menyebar kemana-mana dan mengeluarkan bebauan yang menyengat.

komplotan tikus berlalu-lalang mengumpulkan sisa-sisa makanan. Sedangkan kucing-kucing terlantar mondar-mandir, mencari setitik harapan.

Berpasang mata orang-orang yang bermukim disana, terus-terusan memandang ke arah Bram karena hanya penampilannya yang mencolok.

Mengenakan pakaian mahal serta sepatu hitam berkilauan. Tatapan heran disertai kejenuhan, menjadi santapan Bram.

Tetapi Bram tidak menghiraukan hal demikian. Tujuan utamanya menjajali permukiman ini, jauh lebih penting.

Selepas menempuh perjalanan yang cukup menguras tenaga, Bram pun tiba didepan satu pabrik terbengkalai.

Dimana ada sekelompok pria berbadan kekar dan bertampang sangar, berjaga-jaga dekat pintu masuknya sembari memantau keadaan sekitar.

Bram mengalunkan langkahnya menghampiri mereka, dengan menunjukkan sebuah id card sebagai tanda pengenal.

Para pria kekar yang tadinya mengerumuninya sambil menatapnya tajam, akhirnya menyebar dan Bram pun dipersilahkan masuk. Cekrekkk.

Pintu terbuka lebar dan terlihatlah lautan manusia yang nampak bersenang-senang di bawah alunan musik dan kedip-kedipan lampu seperti yang biasa ada di diskotik.

Meja-meja yang tersebar kemana-mana, dipenuhi judi, tumpukan uang, miras dan narkoboy.

"Yuhuuuu!!!" Teriakan semakin menggema, dan goyangan serta gelak tawa mereka kian meramaikan keheningan malam.

Bram memperhatikan sebentar dan seorang pria menuntunnya menemui seseorang, "Sebelah sini tuan."

Bram melaju ke satu ruangan yang berada di bagian terdalam gedung tersebut. Klotak... Klotak..

"Silahkan masuk." Sang penuntun yang berbadan besar itupun membawa Bram masuk ke satu ruangan yang dipenuhi oleh perempuan-perempuan berpakaian minim.

Ditengah-tengah mereka ada sesosok pria seram yang wajahnya penuh luka sayatan.

"Ahhh. Kau sudah datang rupanya." Pria seram yang sebut saja namanya Tetan, spontan melepas rangkulannya dari para perempuan malam dan menyuruh mereka keluar sebentar.

Setelah bayang-bayang perempuan malam tersebut menghilang, Tetan sontak merentangkan tangan dan terbahak-bahak gagah, "bwahahaha. My brother! Apa kabarmu?"

Tetan berdiri dan Bram seketika melebarkan senyuman, menyambutnya dengan pelukan.

"Aku baik kawan! Hahahaha."

"Duduklah." Ucap Tetan terduduk bersama Bram.

"Katakan, apa yang mau dikeluhkan sahabat lamaku ini?" Tetan memulai obrolan penting mereka.

"Hahaha. Langsung ke intinya nih berarti." ~Bram

"Hahaha. Tentu saja." ~Tetan

Bram meraba-raba sakunya dan mengeluarkan ponselnya, menunjukkan foto Ayuma!

Bram menguraikan, "jadi begini. Dia adalah CEO baru ditempat kerjaku. Namanya Ayuma Alexa Xavier."

"Aku memintamu untuk menyelidiki dan mencari-tahu mengenai asal-usulnya yang sebenarnya."

"Sebab sampai sekarang, identitasnya tidak sepenuhnya diumbar ke publik. Data-data tentangnya telah dikunci dan sangat privasi."

Tetan mengangguk-angguk mencerna omongan Bram dan kemudian menyambungkan, "cuma mencari tahu sajakah atau membunuh dia sekalian?"

Tetan memancarkan aura membunuhnya yang pekat.

Bram menyeringai, "kau mata-matai dia saja dulu. Nanti kalau sudah waktunya, silahkan bunuh saja dia sesuka hatimu."

1
Fitria Dewi
yeyyyyyy happy ending 🥳👍👍👍👍👍👍
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Huuu, makasih loh udah nemenin sampe akhir🤧 Terhuruuu akutu
total 1 replies
Fitria Dewi
Hendrik cpetan Dateng kasihan ayuma 🥺
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: 🥺🥺🥺🥺🥺😭
total 1 replies
Fitria Dewi
lanjut tor semangat 💪🥳
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Maacihhh
total 1 replies
Resi Maulana
Luar biasa
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Makasih kak🙂🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!