NovelToon NovelToon
Love After Marriage

Love After Marriage

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Caroline Gie White

Indira dan Devian sama-sama dihadapkan pada kondisi traumatik yang sama. Sama-sama harus menelan pil pahit perselingkuhan. Indira memergoki pacarnya, Gilang berselingkuh dengan teman sekampusnya dan Devian dengan tragisnya melihat Mamanya berselingkuh dengan mata kepalanya sendiri, dirumahnya. Perasaan itu yang akhirnya bisa lebih menguatkan mereka untuk saling bantu melewati kenangan buruk yang pernah mereka alami.

Dan, takdir lebih punya rencana untuk lebih menyatukan mereka dalam sebuah pernikahan yang tidak mereka inginkan. Menikah di usia muda dan tanpa berlandaskan rasa cinta. Namun, Indira tidak pernah menyangka bahwa rasa nyaman yang ditawarkan oleh Devian pada akhirnya bisa membuat Indira tidak mau melepaskan Devian.

Akankan hubungan mereka baik-baik saja? Ataukah banyak konflik yang akan mereka hadapi dan semua itu berhubungan dengan rasa trauma mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caroline Gie White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HOLIDAY OR HONEYMOON

Keesokkan harinya..

"Semoga lo gak keberatan ada di kelas bisnis ya." Sahut Devian sewaktu mereka sudah di pesawat.

"Kalaupun kita ada di kelas ekonomi, buat gue gak masalah, selama itu.. sama lo."

"Pingsan deh gue."

Indira pun tertawa. Devian meraih tangannya dan kembali di genggamnya di sandaran bangku lalu terpejam. Indira tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di lengan atas Devian dan ikut terpejam.

"Oh.. My.. God.."

Devian pun tertawa melihat reaksi Indira ketika memasuki kamar hotel mereka. Dia lalu meletakkan koper mereka di dekat sofa setelah menutup pintu.

"Papa gak salah?"

Devian berdiri di samping Indira yang masih mengagumi mewahnya kamar. "Kan lo mantu kesayangan dia."

Indira menyikut perut Devian.

"Ada yang bisa buat lo terpesona juga. Sini." Devian menarik Indira ke balkon dan benar dugaan Devian kalau Indira lebih histeris.

"Ian, ini gokil banget!!"

Devian hanya bisa tertawa dan merekapun menikmati indah pemandangan pantai dan laut yang terlihat kebiruan di hadapan mereka.

"Kok sudah malam masih di luar?" Indira mengambil rokok yang sedang dihisap Devian lalu mematikannya di asbak dan dia duduk di samping Devian.

"Belum mengantuk. Lo juga kenapa belum tidur?"

"Sama, masih terlalu excited bisa ke sini. Oh iya, Papa apa kabar?"

"Tadi sudah kasih kabar kok, dia sehat dan urusannya juga sudah teratasi jadi mungkin lusa dia pulang."

"Alhamdulilah kalau begitu."

Mereka terdiam sejenak.

"Gue minta maaf sama lo ya, Yan."

"Maaf untuk apa?"

"Dulu, dihari gue dikasih lihat undangan pernikahan kita, gue sudah menuduh lo macam-macam."

"Gak pa-pa kok, gue mengerti lo pasti shock banget. Karena gue mungkin sama kagetnya waktu Bokap kasih lihat undangan kita, karena gue yakin, lo pasti marah banget sama gue."

"Kemarin setelah resepsi, Papa sempat ngomong sama gue, kalau lo juga gak tahu apa-apa soal rencana mereka menikahkan kita. Yang Papa tahu, lo.. sayang banget sama gue."

Devian tersenyum.

"Dan dia berharap dengan menikahkan anaknya dengan gue.." Indira menatap Devian. "Bisa menyembuhkan luka hatinya."

"Gue percaya kalau everything happens for a reason, semua pasti ada alasannya. Dan seperti yang gue bilang kemarin, pernikahan ini, keluarga lo, ternyata bisa jadi pengganti ketidakhadiran Nyokap. Jadi gue gak terlalu merasa sedih."

Mereka kembali terdiam sejenak menatap langit.

"Tapi kalau memang someday lo.. menyerah hidup sama gue."

Indira terkejut dan berpaling ke Devian yang masih menatap langit.

"Kalau lo merasa gue gagal buat lo bahagia, dan lo mau balik ke Gilang, gue bakal ikhlas melepas lo pergi.”

Devian berpaling menatap Indira. “Gue serius, Ndi, jadi lo gak usah ragu buat kasih tahu gue kalau emang someday itu ada.”

“Terus coba yakinkan gue saja, kalau emang someday lo yang merasa capek, lo juga gak usah ragu kasih tahu gue.”

Indira beranjak namun Devian menangkap lengannya sewaktu dia lewat di depannya lalu menariknya sehingga Indira duduk di atas pangkuannya dengan posisi menyamping dan kedua lengan Devian memeluk pinggangnya. Indira menatap Devian karena muka mereka sejajar.

"Gue tahu banget di hati lo masih ada Gilang, tapi kasih gue waktu buat jadi suami yang baik karena jadi suami yang sempurna susah, jadi mungkin suami yang baik sudah lebih dari cukup."

Indira tersenyum menatap Devian. “Mungkin lo benar soal Gilang, dia masih ada di hati dan pikiran gue, tapi kehidupan nyata gue sekarang sama lo, biarpun gue belum tahu bisa menerima lo sepenuhnya apa gak, tapi gue bakal hargai semua usaha lo. Dan buat gue, suami yang baik sudah jauh lebih dari cukup, jadi terus yakinkan gue saja kalau lo emang bisa jadi suami yang baik."

Devian tersenyum lalu tiba-tiba mencium pipi Indira yang membuat Indira terkejut.

"Maaf ya, tapi gue gemes banget sama istri gue, sahabat gue sendiri."

Indira bangun dari pangkuan Devian lalu buru-buru masuk ke dalam kamar. Devian hanya bisa tersenyum sambil meredakan degupan jantungnya.

Di dalam pun Indira langsung masuk ke dalam selimut dan perlahan tersenyum.

Apa-apaan ini? Kenapa gue deg-degan banget?

Indira lalu menutupi seluruh badannya dengan selimut dan mencoba memejamkan mata sambil tersenyum.

Tengah malam, Indira terbangun karena mendengar suara Devian yang memanggil mamanya. Dia melihat Devian masih terpejam di sampingnya sedang mengigau. Indira perlahan membangunkan Devian yang kemudian terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal. Keringatpun bercucuran dari keningnya.

"Lo gak pa-pa?"

Devian masih terlihat mengatur nafasnya. Indira lalu turun dari tempat tidur dan mengambil sebotol air mineral lalu disodorkan ke Devian yang kemudian meminumnya. Indira duduk di pinggir ranjang di samping Devian dengan menghadap ke arahnya.

"Lo yakin gak pa-pa?"

"Gue gak pa-pa, Ndi, makasih ya. Maaf lo jadi kebangun."

Indira menyeka keringat di kening Devian dan tanpa Devian duga, Indira malah memeluknya.

"Lo gak usah khawatir lagi ya, karena ada gue di sini."

Devian perlahan tersenyum lalu semakin memeluk Indira. "Makasih ya, Ndi, karena lo selalu ada disaat gue butuh seseorang."

Indira tersenyum dan membiarkan Devian semakin memeluknya.

Gue tahu dibalik ketegaran lo selama ini, ada rasa sakit yang gak akan bisa lo ungkapkan, Yan, tapi gue bisa ikut merasakannya. Jadi sampai kapanpun, gue bakal selalu ada buat jadi kekuatan lo.

Tengah malam, Devian kembali terbangun dengan kepala yang terasa sakit. Dia menoleh dan melihat Indira pulas di sampingnya. Dengan perlahan dia bangun dan berjalan terhuyung mengambil sesuatu dari tasnya dan menuju toilet.

"Rel.."

"Ian, lo gak papa?"

Devian duduk lemas di lantai dengan bersandar di pinggiran bath up. "Kepala gue sakit, Rel."

"Obat sudah lo minum?"

"Baru saja."

Devian mendengar Farel menghela nafas. "Mau sampai kapan lo mau merahasiakan ini, Yan? Indi berhak tahu kondisi lo. Gue yakin dia bisa bantu lo."

"Gue takut dia malah pergi setelah tahu kondisi gue."

"Sekarang lo tenangin diri lo ya. Gak usah mikir macam-macam."

"Thanks, Rel." Devian mematikan ponselnya lalu menelungkupkan kepalanya sambil menahan sakit.

***

Keesokkan paginya, Devian terbangun karena sinar matahari dari arah balkon, mengganggu matanya. Sambil memicingkan mata dia menoleh ke sampingnya dan tidak mendapati Indira. Dia lalu bangun dan turun dari tempat tidur dan menuju balkon menghampiri Indira yang sedang berdiri bermandikan cahaya matahari sambil memegangi secangkir teh ditangannya.

Indira menoleh dan tersenyum ketika Devian berdiri di sampingnya sambil meregangkan ototnya. "Gimana keadaan lo?"

"Never feel better like this (Gak pernah merasa sebaik ini.)"

"Dulu lo selalu memaksa gue buat balik ke Gilang karena lo sudah bisa menerima kenyataan, tapi gue belum melihat lo bakal siap kalau gue pergi dari lo."

Devian tersenyum sambil memandangi lautan lepas di hadapannya. "Gue amat sangat berusaha buat tegar di depan lo, karena lo benar, kehilangan Nyokap adalah pukulan terberat gue, tapi dimata lo, itu gak berpengaruh ya?"

"Sama sekali gak, karena mata lo gak pernah bisa bohong."

Devian berbalik badan dan bersandar di pagar balkon. "Tapi dengan adanya lo, gue bisa kuat sampai sekarang dan bisa berdamai sama keadaan gue."

"Itu sebabnya Papa menikahkan lo sama gue, biar lo gak semakin oleng."

"Maaf sudah merusak hidup lo yang indah dengan mimpi buruk karena bersuamikan gue."

Indira meletakkan cangkir tehnya lalu berdiri di hadapan Devian dengan menyilangkan kedua lengannya. "Awalnya gue berpikiran seperti itu, lo itu perusak semua impian gue, tapi belum seminggu gue jadi istri lo, gue perlahan bisa menerima takdir gue dan buat gue sekarang, lo bukan lagi mimpi buruk di hidup gue."

Devian mendengus sinis. "Lo ngomong kaya gitu biar gue gak semakin terpurukkan? Karena selama ini lo cuma merasa kasihan melihat keadaan gue."

"Iya, gue emang kasihan banget melihat lo, dari dulu, puas lo?"

Indira dengan kesal masuk ke dalam lalu keluar dari kamar. Devian kembali berbalik badan dan terdiam menatap laut dikejauhan.

To be continued....

1
Zaza Eiyna
gilang vs Marsha
Yvonne Dumais
Episode nya tolong diterbitkan semua sekaligus donk...jangan satu2 setiap hari. terima kasih
Yvonne Dumais
episode nya tolong diterbitkan sekaligus semuanya donk....jgn satu persatu...terima kasih
Càröliné Gie White
Terimakasih bwt yang sudah baca story aku sampai sini... 🙏🥰
Putu Sriasih
Luar biasa
Càröliné Gie White
Jadi makin semangat buat up terus..
Càröliné Gie White
Iya kak, makasih buat supportnya ya 🙏
mustaqim jm
Masih baca sampe sini thor. semangat upnya
Pena Hitam
di ikalnin terus kak..
semangat yaa semoga booming
Galuh Jennaira
Mereka yang berantem, gw yang baper /Sob/
Galuh Jennaira
Ayo devian, buat indira jatuh cinta sama kamu
Galuh Jennaira
Bibit hadirnya pelakor
Galuh Jennaira
Devian cowok gentle bgt
mustaqim jm
Semangat upnya thor.
Pena Hitam
Bagus ko kak, penempatan kalimat maupun tanda baca juga tepat.
Cuma tambahan aja kak untuk dialognya di kurangi jd biar balance dengan penjelasan latar dll. Biar pembaca tidak bosan 🙏
Pena Hitam: sama-sama ka 🙏
Càröliné Gie White: Terimakasih kak masukannya..
total 2 replies
Càröliné Gie White
Selalu berusaha lebih baik dalam menulis.. Saran kalian amat sangatlah berarti.. Terimakasih sudah mampir utk membaca story aku..
Galuh Jennaira
Penggunaan gaya bahasa yang sederhana jd bisa dengan mudah diikuti.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!