Shanum mendapat kabar bahwa ayahnya sakit. Demi menuruti permintaan sang ayah, ia pun harus rela menjalani perjodohan dengan seorang pria.
Siapa sangka pria yang dijodohkan dengan dirinya adalah Arga, mantan kekasih Shanum yang pernah menggores luka mendalam di masa silam. Membuat Shanum trauma untuk menjalin cinta lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Puspitasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Kebenaran Yang Baru Saja Terungkap
Sesampainya di hotel, Arga segera mengobati luka Shanum menggunakan obat luka yang ia beli di apotek. Sesekali Shanum meringis kesakitan saat Arga mengoleskan obat pada lukanya.
"Ini akan sangat sakit, tetapi tolong tahan sedikit," ucap Arga yang kembali mengoleskan obat tersebut.
Shanum memperhatikan suaminya itu. Tak dipungkiri jika Arga lebih tampan dari yang dulu. Matanya yang sedikit sipit, hidungnya yang mancung, bibir merah yang tipis dan lembab. Arggghhhh! Bibir itu mengingatkan Shanum lagi pada ciuman yang tak sengaja kemarin. Wanita itu langsung menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran kotor yang sempat hinggap di otak cantiknya.
Arga tertegun melihat Shanum yang tiba-tiba menggelengkan kepala. Membuat pria itu pun bertanya-tanya.
"Kamu kenapa?" tanya Arga.
"Hah?!" Shanum terkejut dengan mengerjapkan matanya beberapa kali.
"A-aku ... aku tidak apa-apa," jawabnya.
"Benarkah? Lantas kenapa kamu menggeleng-gelengkan kepala seperti tadi?" tanya Arga lagi.
"Eh ... itu ... aku hanya melakukan senam kepala saja. Ya, aku melakukannya karena merasa kepalaku sedikit kaku," timpal Shanum dengan gugup.
Shanum menjadi salah tingkah usai ketahuan tengah memikirkan sesuatu. Wanita tersebut langsung menarik kembali kakinya yang sudah diobati oleh Arga.
"Kalau sudah selesai, aku ingin beristirahat," ucap Shanum.
Arga tersenyum, "Baiklah, kalau begitu selamat beristirahat," balas Arga yang langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Kamu mau kemana?" tanya Shanum yang melihat Arga hendak pergi meninggalkan dirinya.
"Aku ingin keluar dulu, jika ada sesuatu kamu bisa menghubungiku, maka aku akan segera menemuimu."
Arga kembali melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda. Shanum menatap punggung Arga yang semakin lama semakin menjauh. Ia melirik lukanya yang telah diobati dan diperban oleh pria tersebut. Wanita itu mengelus perban tersebut, lalu kemudian tersenyum sembari berucap,
"Terima kasih."
.....
Keesokan harinya, Shanum berencana untuk berjalan-jalan sejenak menikmati liburannya di kota tersebut. Ia mengunjungi tempat wisata di sana. Mengambil beberapa potret dirinya di beberapa tempat yang menurutnya perlu diabadikan.
Shanum pergi sendirian tanpa ditemani oleh Arga. Karena ia merasa lukanya sudah cukup membaik dan juga Arga sedang ada kerjaan dengan pamannya. Entah mereka mempunyai proyek apa, Shanum tak mau tahu urusan suaminya itu. Shanum mengingat perjanjian pranikah mereka, bahwa keduanya tidak perlu mengetahui urusan masing-masing.
Saat Shanum tengah berjalan sembari melihat hasil foto dirinya di layar ponselnya itu, tanpa sengaja ia pun bertabrakan dengan seseorang yang membuat ponsel miliknya jatuh ke dalam kolam yang ada di dekat sana.
"Astaga ponselku ...."
Shanum hendak turun ke bawah, ia harus menemukan ponsel tersebut karena baginya ponsel itu amat penting. Apalagi itu adalah ponsel yang biasa ia gunakan untuk berbisnis. Pastinya semua nomor klien penting ada di dalam ponsel tersebut.
Saat Shanum baru saja mencelupkan kakinya ke dalam air. Tiba-tiba seseorang dari belakang menahan tangannya.
"Kamu tidak perlu turun, biar aku saja yang turun karena aku sudah membuat ponselmu masuk ke dalam air," ujar suara pria yang ada di belakang Shanum.
Saat Shanum menoleh, ia cukup terkejut mendapati pria yang menggantikannya masuk ke dalam air tersebut. Hal itu tentu membawa ingatan Shanum ke masa lalu, karena pria itulah yang membayar Arga taruhan untuk mendekati Shanum.
Tak lama kemudian, pria itu pun menepi dengan membawa ponsel Shanum yang telah basah. Ia duduk di samping Shanum yang tengah duduk di pinggir kolam tersebut.
"Ponselnya mati. Aku akan bertanggung jawab untuk mengganti kerusakannya," ujar pria tersebut sembari mengelap layar ponsel Shanum dengan bajunya.
Shanum langsung beranjak dari tempat duduk, "Tidak perlu! Berikan saja padaku!" tukas wanita tersebut merebut paksa ponselnya.
Pria itu menatap Shanum dengan seksama. Ia tampak mengingat-ingat wajah Shanum yang terasa tak asing.
"Kamu ... Shanum?" tanya pria itu yang baru saja mengenali Shanum. Memang untuk saat ini, Shanum agak sulit dikenali karena perubahan pada penampilannya secara drastis. Wanita itu sangat berbeda jauh pada saat duduk di bangku SMA, yang pastinya Shanum lebih cantik karena melakukan perawatan rutin pada wajahnya.
Shanum membuang muka saat pria bernama Kenzo itu mengenali dirinya.
"Wah, ternyata benar! Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi. Tapi ... Ngomong-ngomong kamu sekarang makin cantik, beda seperti yang dulu," ucap Kenzo.
"Wajar saja. Berarti kemarin karena aku jelek jadi kalian menjadikanku sebagai bahan taruhan?" ketus Shanum.
"Hahaha ... Kamu masih saja mengingatnya padahal kejadiannya sudah sangat lama," ujar Kenzo.
"Tetap saja kalian menyakitiku saat itu. Aku merasa harga diriku terinjak-injak dan juga kelakuan kalian cukup menghancurkan mentalku kala itu," jelas Shanum.
Kenzo terdiam, entah mengapa raut wajah pria itu tiba-tiba berubah seketika saat Shanum membahas masalah tersebut.
"Maaf Sha, aku tidak tahu kamu akan seterluka itu. Sebenarnya ...."
"Cukup! Aku tidak mau mendengar apapun lagi! Aku menganggap semua itu tak pernah terjadi," bantah Shanum yang langsung memotong ucapan Kenzo.
"Tidak, Sha! Kali ini kamu harus tahu yang sebenarnya. Kamu sudah salah paham sejak awal!" seru Kenzo.
Shanum langsung mengernyitkan keningnya, iaa pun kembali menjatuhkan bokongnya tepat di samping Kenzo.
"Salah paham bagaimana maksudmu?" tanya Shanum dengan wajah penasaran.
"Saat itu, aku dan Arga sepakat untuk taruhan, karena pada saat itu Arga adalah tipikal orang yang terlalu tertutup. Dia awalnya menemuiku, berkata hendak meminjam uang untuk berobat ibunya. Aku memanfaatkan Arga, aku membuat sebuah kesepakatan, jika Arga berhasil mengencani seorang gadis, maka aku akan membayarnya cash tanpa harus dikembalikan. Bisa dikatakan bahwa itu semua adalah sebuah taruhan."
"Hingga akhirnya aku tahu, bahwa Arga mengencanimu. Aku cukup terkejut dengan hal itu. Maaf sebelumnya, ada banyak gadis yang lebih menarik mengejar Arga kala itu, bahkan gadis paling populer pun menembak Arga, akan tetapi ditolak mentah-mentah olehnya."
"Setelah aku melihat cara Arga menatapmu, aku tahu bahwa dia mencintaimu dengan tulus. Sebagai seorang sahabat dekat, tentu aku sangat mengenal Arga."
"Saat itu aku hendak memenuhi janjiku, membayarnya karena telah memiliki kekasih. Namun, kamu sempat mendengar percakapan kami dan membuat hubungan kalian kandas saat itu juga."
"Asal kamu tahu, sejak saat itu Arga memutuskan hubungan pertemanan denganku. Dan dia juga tidak mengambil uang taruhan itu sepeser pun. Setahuku, Arga juga sempat menemui ayahmu saat itu," ujar Kenzo panjang lebar menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
"Ayahku?" gumam Shanum.
"Iya, ayahmu. Tetapi kala itu kamu sudah pindah keluar kota, sehingga Arga pun tak sempat menjelaskan yang sebenarnya padamu." tutur Kenzo.
"Dia menemui ayahku untuk apa?" Shanum masih kebingungan. Ia hendak menelepon ayahnya, mencoba mencari tahu hal yang satu itu, akan tetapi ponsel Shanum mati.
"Bolehkah aku meminjam ponselmu untuk menelepon ayahku?" tanya Shanum.
"Silakan!" Kenzo pun menyerahkan ponsel tersebut.
Shanum segera mengetikan kontak ayahnya yang memang sudah di luar kepala. Tak lama kemudian, Pak Bayu pun langung mengangkat panggilannya.
"Halo Pa, ini Shanum. Shanum ingin menanyakan sesuatu pada papa," ujar Shanum.
"Menayakan apa, Nak?"
"Pa, apakah benar saat Shanum pindah sekolah, Arga pernah menemui papa?" tanya Shanum penuh selidik.
"Iya, dia pernah menemui papa," ujar Pak Bayu menjawab pertanyaan putrinya.
"Untuk apa dia menemui papa? Apa yang ia katakan?" tanya Shanum yang masih dihantui rasa penasaran.
"Meminta untuk menjodohkan kamu dengannya setelah dia sukses." jawab Pak Bayu.
Maafkan aku ya gengs, karena membuat kalian menunggu sampai bertahun-tahun 😅 Terima kasih banyak buat kalian yang sudah membaca karyaku sampai selesai. Berkat dukungan dari kalian, aku bisa menamatkan kisah Arga dan Shanum. Berat sih, sangat berat namatinnya karena aku dilanda mager bgt, ngga cuma itu aja aku juga males mikir. Astaga🤦....
Sebenarnya kisah Shanum dan Arga ini diambil sedikit dari kisahku, dimana aku yang sampai saat ini masih menjadi pejuang garis dua. Semoga saja ya, Allah mempercepat karena umurku hampir kepala 3😅
Intinya aku berterima kasih sebanyak-banyaknya sama kalian, tanpa kalian aku hanyalah remahan rengginang yang berada di kaleng Khong Guan. Udah dulu ceramahnya, semoga kita berjumpa lagi di karya aku yang lainnya. Biar ngga bosen nunggu, baca aja yg tamat wkwkwk. Itu pun kalau kalian berkenan hahaha ....
Udah ya, udah sangat panjang. Ngetiknya di kolom komentar biar nanti jadi top komen wkwkwkw. Sekian dan terima kasih. Ketjup manjahhh dari othor termager ini 💋💋💋💋💋♥️♥️♥️