Dirundung, mendapat perlakuan tidak adil, dituduh atas perbuatannya yang tidak dia lakukan, dan dijadikan babu adalah hal biasa bagi Freesia (Sia). Namun, ucapan dari ibu kandungnya sendiri membuatnya patah hati hingga membuat gadis itu menerima saja saat diusir dari rumah dan dikeluarkan dari keluarga Wijaya.
Tanpa arah Sia berhenti di sebuah halte. Naas, Sia menjadi korban perampokan dan saat melarikan diri, Sia ditabrak oleh sebuah truk yang melaju kencang. Sebulan setelah kecelakaan, ingatan dan kekuatan Sia dari kehidupan sebelumnya pulih. Sia berubah dari gadis biasa menjadi luar biasa.
"Waktunya membalas dendam," ucap Sia.
Di sisi lain, Dante gusar mendengar kabar kecelakaan Freesia. Pria tampan itu khawatir jika ingatan Freesia kembali dan tidak akan mencintainya lagi.
Berhasilkah Sia membalas dendam?
Akankah Sia kembali ke kehidupan lalu sebelum reinkarnasi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triple.1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Cerita
"Argh!" Dante berteriak kesakitan.
Bukan hanya organ dalam yang mulai digerogoti oleh racun laba-laba hitam tapi pikiran Dante mulai terusik oleh racun. Josh, Danielle, dan Rodja berusaha menenangkan pria itu dengan mentransfer energi mereka. Seluruh pintu aula cahaya di tutup agar tidak adak yang melihat keadaan yang cukup mengerikan. Namun, teriakan suara kesakitan menggema hingga setengah alam abadi.
Adam melesat turun ke alam fana. Dia rela mengingkari janji temu yang sudah disepakati oleh Luther sebelumnya. Adam harus memberitahu Luther terlebih dahulu sebelum mereka bertemu agar tidak ketahuan oleh Freesia. Dia tidak ingin gadis itu salah paham. Mengingat Freesia telah membangun formasi pelindung.
"Luther, aku tidak peduli jika kau marah. Aku segera tiba di depan rumahmu."
Luther terduduk mendengar kontak batin yang baru saja dilakukan oleh Adam. Freesia ada di rumah, sedangkan Adam sebentar lagi akan tiba. Dia tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan ilmu penutup aura agar Freesia tidak mengetahui keberadaan Adam. Gadis itu bisa salah paham.
"Argh! Masa bodoh. Kenapa juga aku terlalu peduli dengan perasaan gadis itu."
Luther berjalan menuju halaman depan rumah mereka. Tepat saat pria itu membuka pintu, Adam mendarat di halaman depan rumah mereka.
"Dante kritis. Tiga senior berusaha membantunya. Aku rasa waktu yang kita miliki semakin menipis."
"Bukannya tiga bulan. Sedangkan ini baru saja tujuh hari. Bagaimana racun itu bisa bereaksi hebat seperti itu?"
"Tidak ada yang tahu pasti mengenai dampak racun laba-laba hitam. Hanya Freesia yang mengetahuinya."
Luther menatap ke jendela lantai dua. Jendela itu terhubung langsung dengan kamar Freesia. Pria itu menghela napas panjang. Berharap Freesia melihat dan mendengar kabar Dante agar dia tidak susah-susah menjelaskan lagi padanya.
"Berikan ini pada Dante!" Luther menyerahkan botol kecil tadi pada Adam.
"Apa ini?" Adam menatap lekat botol yang sudah berpindah ke tangannya.
Reaksi Adam mirip dengan reaksi Luther tadi.
"Obat. Setidaknya bisa memperpanjang waktu hidup Dante."
"Kau mengutuknya?"
"Tidak. Siapa pun pasti tahu efek racun laba-laba hitam. Usia alam abadi telah mencapai ribuan tahun. Dalam kurun waktu itu, biasa di hitung tidak sampai sepuluh jari orang yang terkena racun laba-laba hitam."
Adam diam mendengar penjelasan Luther. Benar yang dikatakan Luther. Belum pernah ada yang selamat saat terkena racun laba-laba hitam dan belum ada satu pun ahli yang menemukan penawar racun itu. Tapi yang membuat Adam bingung dari mana Freesia mendapatkan obat itu.
"Apa obat ini manjur?" tanya Adam.
"Pasti."
"Kau yakin sekali. Bagaimana kau tahu obat ini akan berhasil?" tanya Adam.
Kemarin malam Adam bertemu dengan Luther untuk meyakinkan Freesia agar kembali ke alam abadi. Jika Freesia mau menemui Dante, setidaknya dengan kehadiran gadis itu, Dante memiliki semangat hidup dan mau menerima segala upaya pengobatan dari lima alam. Dia tidak berpikir bahwa Freesia justru dapat menyembuhkan Dante.
Luther menghela napas setiap kali berurusan dengan sosok yang bernama Freesia dan Dante. Sampai-sampai dia pernah mengutuk jangan sampai ada orang lain yang dia temui memiliki nama yang sama dengan dua orang itu. Jika itu terjadi, dengan senang hati dia akan memaksa mereka kawin. Suka tau tidak suka. Cukup mereka saja yang membuatnya sakit kepala.
"Freesia pernah terkena racun laba-laba hitam,"ujar Luther.
"Apa? Tidak. Kau pasti bercanda agar aku percaya obat ini manjur."
"Buka saja tutup botolnya dan cium aroma obat itu!" perintah Luther dengan sinis.
Tidak banyak yang tahu mengapa Freesia menjadi gila dan terobsesi lima puluh tahun yang lalu. Hanya dia dan Mily yang mengetahui penyebabnya. Bodohnya lagi gadis itu meminta dia dan Mily untuk tutup mulut.
Adam membuka tutup botol dan mendekatkan mulut botol ke hidungnya. Aroma menyengat seperti bau karbit sangat menganggu indra penciumannya. Dengan indra penciuman yang tajam, Adam tahu bahwa inti dari obat itu adalah darah laba-laba hitam. Adam segera menutup kembali botol di tangannya.
"Gila! Jadi, kalian menyembunyikan kebenaran selama ini?" Adam semakin tidak percaya bahwa kerabatnya bisa merahasiakan sesuatu yang begitu penting selama puluhan tahun.
"Permintaan Freesia," jawab Luther santai.
"Jadi itu alasannya kau setia mengikutinya ke alam fana saat dia bereinkarnasi?" Adam melontarkan pertanyaan dengan menggebu-gebu.
"Bahkan aku yang menjaga jiwanya sebelum gadis itu reinkarnasi."
"Apa? Kau menghabiskan seluruh tenaga untuk menyelamatkan jiwanya dan mengirimnya ke reinkarnasi?"
"Bukan aku tapi Mily."
Tubuh Adam mundur beberapa langkah saking terkejutnya. Luther tersenyum kecut melihat kerabatnya yang sangat terkejut mendengar kebenaran yang telah tersimpan puluhan tahun lalu.
"A, aku butuh penjelasan!" seru Adam setelah berhasil menguasai diri.
"Penjelasan apa?"
"Dengar, bro! Walau bagaimanapun aku berhak mengetahui seluruh kebenarannya. Ceritakan padaku keseluruhan kebenaran itu!" pinta Adam dengan tegas.
Luther kembali menatap jendela di lantai dua. Tidak ada sosok bayangan Freesia di sana tapi dia yakin, gadis itu pasti mendengarkan. Lagipula bukan salahnya menceritakan rahasia yang sudah tersimpan rapat selama lima puluh tahun terakhir. Freesia memberinya obat untuk Dante. Saat obat itu sampai di alam abadi, para ahli pengobatan pasti akan meneliti inti dari obat itu. Satu pertanyaan yang bakal muncul sudah pasti siapa yang meracik obat?
"Apa kau mau masuk ke dalam sambil minum teh? Cuaca seperti ini cocok untuk secangkir teh dengan camilan kukis madu buatan Martha. Lagipula sedikit dingin di luar." Luther menawarkan Adam untuk masuk ke dalam rumah.
Adam memang butuh penjelasan sebelum dia kembali ke alam abadi. Pria itu mengangguk dan mengikuti Luther masuk ke dalam rumah. Adam melihat ke sekeliling ruangan. Aura di dalam rumah terasa nyaman. Siapa pun yang baru datang pertama kali ke rumah ini pasti betah.
"Terima kasih Martha. Kau memang terbaik," ucap Luther saat Martha meletakkan sepiring kukis madu yang baru saja matang. Aromanya sudah menggelitik indra penciumannya sejak dia berdiri di luar.
Martha tersenyum dan memanggil Zia Gemma dengan melambaikan tangan. Martha meminta Zia Gemma menyeduh dua cangkir teh Jasmine. Zia Gemma sangat pandai meracik teh Jasmine buatannya sendiri.
"Silahkan, tuan!" seru Zia Gemma.
"Selamat menikmati. Aku akan kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam bersama Zia Gemma," ucap Martha dengan bahasa isyarat.
"Kau tinggallah sebentar lagi untuk makan malam bersama kami," timpal Martha dengan bahasa isyarat.
"Apa katanya?" tanya Adam yang tidak mengerti bahasa gerakan tangan.
"Kau tinggallah untuk makan malam bersama kami," jelas Luther.
"Oh!" seru Adam.
"Terima kasih," timpal Adam seraya menatap Martha.
Martha tersenyum dan berlalu pergi bersama Zia Gemma menuju dapur.
"Duduk!" selayaknya seorang tuan rumah, Luther mempersilahkan kerabatnya itu duduk.
Adam menarik kursi dan menjatuhkan bokongnya ke kursi kayu.
"Sekarang ceritakan padaku!" tuntut Adam.
"Sabar, bro. Nikmati dulu teh dan kukisnya. Aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi padamu jika kau tidak mencicipi kue buatan Martha. Asal kau tahu saja, ibu angkat Freesia sangat menakutkan saat marah."
Pletak
Adam mengetuk kening Luther hingga berbunyi menyebabkan pria itu meringis sakit.
"Memangnya aku anak kecil yang bisa kau bohongi!" kesal Adam.
"Cepat ceritakan!" perintah Adam sambil menggigit kukis madu.
Adam terdiam saat pecahan kukis meleleh di dalam rongga mulutnya dan meluncur turun melalui cerobong yang menghubungkan ke lambung. Pria itu juga menyesap teh Jasmine untuk melancarkan pecahan kukis meluncur bebas hingga ke lambung.
"Apa ku bilang, cuaca begini sangat cocok dinikmati dengan secangkir teh Jasmine dan kukis madu," ujar Luther sambil terkekeh.
"Kau sambil bercerita saja!"
"Dasar kau!" Luther hanya bisa menggerutu.
"Jadi, waktu itu ..."
Bersambung
Mangat Thor 😍❤💪