Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 14
Malam hari pun tiba, suara ketukan pintu terdengar dari luar rumah Dinda. Yang membuka pintu adalah Ayahnya, senyum ramah pun terpancar saat melihat wajah Indra begitu pintunya dibuka.
"Nak Indra." Sapa Ayahnya Dinda dengan wajah senang.
"Selamat malam Om." Sapa Indra balik sembari tersenyum sopan.
"Masuk dulu." Ajak Ayahnya Dinda mempersilahkan.
Beliau masuk lebih dulu dan Indra mengikutinya dari belakang.
"Silahkan duduk." Ucap Ayahnya Dinda mempersilahkan.
"Terima Kasih Om." Indra pun segera duduk menuruti Ayahnya Dinda.
"Mau jemput Dinda yah?." Tanyanya berbasa-basi, Dinda juga sebelumnya sudah menjelaskan panjang lebar kepada Ayahnya tentang undangan makan malam dari Ibunya Indra.
"Iya Om, nanti saya antar Dinda pulang juga." Jawab Indra memastikan keamanan Dinda agar Ayahnya tidak khawatir.
Ayahnya Dinda hanya mengangguk sembari tersenyum lega, sedikit menyayangkan lelaki sebaik ini sudah ada yang punya, tinggi harapannya pun putrinya bisa mendapatkan laki-laki sebaik Indra.
"Tunggu sebentar yah, Dindanya masih siap-siap." Kata Ayahnya Dinda mengusir semua pikiran dikepalanya saat ini.
"Iya Om."
Indra terdiam, lebih memilih menunggu Dinda saja karena tidak memiliki bahan obrolan.
"Dinn..cepat sedikit nak, Nak Indra sudah datang." Indra sedikit terkejut saat Ayahnya Dinda berteriak memanggil Dinda.
Lelaki itu berpikir Ayahnya Dinda mungkin mengetahui bahwa suasananya cukup canggung saat ini.
"Iya Pa, ini sudah selesai." Jawab Dinda sembari menuruni anak tangga.
Mata Indra tertuju pada Dinda setelah mendengar suara Dinda, gadis itu memakai rok susun berwarna putih dan atasan kaos dengan warna senada di padukan cardigan berwarna pink.
Terlihat sederhana namun begitu cantik, walaupun berjalan dengan terburu-buru membuatnya tetap tampak anggun dengan penampilannya, membuat Indra sedikit terpana.
"Maaf kak Indra lama." Ucap Dinda membuat lamunan Indra buyar.
"Tidak apa-apa, aku juga baru sampai." Jawabnya dan langsung berdiri bersiap untuk berpamitan.
"Papa, Dinda pergi dulu yah." Kata Dinda berpamitan pada Ayahnya, ia pun meraih tangan Ayahnya dan menyalaminya.
"Saya izin bawa Dinda Om." Indra pun turut menyalami Ayahnya Dinda mengikuti Dinda.
"Titip Dinda yah." Pinta Ayahnya Dinda.
"Iya Om." Jawab Indra tersenyum.
Mereka berdua pun melangkah beringinan beranjak pergi keluar dari rumah Dinda, pemandangan mereka dari belakang membuat hati Ayahnya Dinda merasa senang entah kenapa.
"Sayang sekali Indra sudah punya istri." Gumam Ayahnya menghela nafas membuang rasa galaunya.
***
Mobil Indra yang sudah berada di halaman rumah Ibunya berhenti tepat didepan pintu, dengan cepat mereka turun dari mobil karena takut akan terlambat.
Mata Dinda sejak masuk dari pagar depan sampai didalam rumahnya tidak pernah berhenti mengagumi kemegahan rumah Ibunya Indra, ia tidak menyangka ternyata keluarga Indra sekaya itu, padahal penampilan mereka tidak begitu glamor di kesehariannya, bahkan terkesan cukup sederhana.
"Selamat datang Dinda." Suara Ibunya Indra menyambut mereka dengan begitu senangnya, Dinda pun segera berfokus ke depan.
"Selamat Malam tante.." Sapa Dinda juga turut senang bertemu dengan Ibunya Indra.
Ibunya Indra langsung menghampiri mereka dan memeluk Dinda penuh kerinduan.
"Ayo masuk sayang." Ajaknya kemudian begitu pelukan mereka selesai.
"Terima kasih Tante, ini buat Tante." Ucap Dinda sembari memberikan buket bunga tulip untuk Ibunya Indra.
"Cantik sekali, terima kasih yah." Dinda merasa senang pemberiannya diterima dengan antusias baik oleh Ibunya Indra.
"Sama-sama Tante." Jawab Dinda senang.
Mereka bertiga pun masuk ke dalam menuju ke meja makan.
"Ciara mana Ma?." Tanya Indra saat mereka melangkah masuk.
"Dikamar, tadi sedang tidur." Jawab Mamanya.
"Aku cek dulu yah." Kata Indra meminta izin.
"Ya sudah." Begitu mendapatkan Izin, Indra pun berbelok ke kamar Mamanya.
***
Ibunya Indra dan Dinda sudah sampai lokasi makan malam mereka. Wanita paruh baya itu memilih tema makan malam outdoor, Dinda dibuat terkesima dengan dekorasi meja makan serta sekelilingnya yang ada didekat taman dan kolam berenang mereka.
"Duduk sayang." Kata Ibunya Indra mempersilahkan, entah kenapa aura wanita kelas atas langsung terpancar di wajah Ibunya Indra saat Dinda menyadari bahwa beliau bukan orang sembarangan.
"Terima kasih Tante." Ucap Dinda dan langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi Ibunya Indra.
"Tante harap kamu suka dengan hidangan makan malam kita nanti Yah." Ucapnya berharap Dinda terkesan dengan makan malam yang ia rancang ini.
Dinda hanya tersenyum sopan menanggapi ucapan Ibunya Indra, dalam hati ia sudah merasa gugup sendiri. Ia tidak pernah membayangkan akan makan malam dirumah mewah seperti ini.
Tatapan mata Dinda teralihkan saat melihat Indra berjalan ke arah mereka bersama Ciara yang berada dalam timangannya.
"Ciaranya bangun yah?." Tanya Mamanya.
"Iya Ma." Jawab Indra yang langsung duduk dikursi samping Dinda.
"Hai Ciara, kita ketemu lagi." Sapa Dinda begitu senang melihat bayi mungil dan lucu itu.
Ciara tersenyum riang seolah menjawab sapaan Dinda dan mengatakan ia juga senang bertemu dengan Dinda.
Ibunya Indra tersenyum senang melihat cucunya yang gembira bertemu dengan Dinda.
"Ayo Dinda silahkan dicicipi makanannya." Kata Ibunya Indra mempersilahkan.
"Iya Tante, terima kasih banyak." Ucap Dinda dan mulai membalikkan piring makannya.
Mereka bertiga pun memulai makan malam mereka dengan suasana hangat. Dinda yang awalnya sungkan perlahan merasa nyaman berada ditengah-tengah mereka.
***
Sesekali tatapan Dinda melihat ke arah Indra, rasa kagum pun menyelimutinya, ia merasa kagum Indra sama sekali tidak terganggu makannya dengan kehadiran putrinya, ia makan dengan tenang dengan satu tangannya dan tangan yang lainnya memeluk putrinya dari belakang di pangkuannya.
"Bagiamana makanannya Dinda?." Tanya Ibunya Indra meminta pendapat Dinda.
"Makanannya enak semua Tante, terima kasih sudah mengundang Dinda." Jawab Dinda merasa puas dan senang.
"Syukurlah kalau kamu suka, Tante senang dengarnya." Ucapnya dengan senyuman tulusnya.
Ibunya Indra menatap ke arah cucunya yang juga terus menatap Dinda yang tengah menikmati makanan penutupnya.
"Sepertinya Ciara mau di gendong sama kamu Dinda." Kata Ibunya Indra membuat Dinda berhenti sejenak memakan makanan penutupnya dan beralih melihat Ciara yang ternyata masih menatapnya.
"Dinda lagi makan Ma." Ucap Indra tidak ingin mengganggu makan Dinda.
"Tidak apa-apa kak, boleh aku gendong Ciara?." Tanya Dinda sembari memastikan ia tidak keberatan sama sekali
"Makan saja dulu." Jawab Indra tanpa menatap Dinda membuat Dinda sedikit segan.
"Kak Indra saja yang makan, Aku lihat kak Indra belum makan banyak." Ucap Dinda kemudian mengingat Indra mungkin kurang nyaman memakan makanannya yang sejak tadi belum selesai.
"Ciara banyak gerak loh." Kata Indra kemudian masih tidak enak mengganggu makan Dinda.
"Kasih Dinda saja Indra, kelihatannya Ciara juga berharap sekali di gendong sama Dinda." Kali ini Mamanya yang turut membuka suara membuat Indra sendiri merasa tidak enak terus menolak memberikan Ciara pada Dinda.
"Maaf yah jadi merepotkan." Ucap Indra dan langsung menyerahkan Ciara pada Dinda.
"Tidak sama sekali kak." Jawab Dinda dengan senang hati menerima Ciara dan memeluknya erat dalam gendongannya.