Spinoff The Lost Emir
Nandara Blair, pembalap MotoGP dari tim Ducati, tanpa sengaja menabrak seorang gadis saat menghindari seekor kuda yang lari. Akibatnya, Wening Harmanto, putri duta besar Indonesia untuk Saudi Arabia yang sedang berlibur di Dubai, mengalami kebutaan. Nandara yang merasa bersalah, bersedia bertanggung jawab bahkan ikhlas menjadi mata bagi Wening. Bagaimana kisah antara Emir Blair dan seorang seniman tembikar yang harus kehilangan penglihatannya?
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meri
"Papa! Kok bisa Wening yang datang lebih dari tamu-tamu aku?" ucap Mischa yang tidak terima tamu-tamu adiknya lebih dari tamunya dia. Selain dari anggota keluarga kerajaan Eropa dan Timur Tengah, ada juga para pembalap MotoGP, atlet sepakbola dari klub-klub elite Eropa, dan pengusaha muda.
"Tapi tamu kamu yang datang juga keren-keren lho. Presiden, wakil presiden, para menteri, pengusaha, artis. Tidak kalah kan?" ucap Azizah.
"Tapi yang disana itu pangeran dan putri kerajaan Eropa!"
"Sayang, wajar kalau mereka datang. Ini aku baru tahu bahwa mereka itu bersaudara!" ucap Gibran, suami Mischa.
"Papa tidak tahu ini? Papa benar-benar khas orang Konoha! Kurang literasi!" omel Mischa.
Aku iri! Harusnya kalau tahu suaminya Wening sangat kaya raya, dimanfaatkan saja! - batin Mischa. Papa terlalu meremehkan! Dia bilang cuma Emir biasa! Tapi ternyata?
"Sudah. Tidak usah iri. Justru kalau kita ke Dubai lebih mudah. Kan ada adik kamu yang bisa kita manfaatkan." Gibran tersenyum ke arah Mischa.
"Benar juga." Mischa tersenyum licik.
***
Ballroom Resepsi Nandara dan Wening
Wening duduk sambil memukul-mukul kakinya yang pegal karena harus memakai high heels. Mau sepatu kamu Louboutin, Jimmy Choo atau Manolo Blahnik, tetap saja high heels will gonna kill your feet ( sepatu hak tinggi akan membunuh kakimu ).
Tiba-tiba Nandara berlutut dan memijat kaki Wening tanpa malu di depan orang banyak yang masih tinggal disana meskipun acara sudah selesai.
"Yang mana yang pegal?" tanya Nandara sambil menatap Wening.
"Nanda ... Jangan gini dong ...." Wening tampak tidak enak karena masih banyak keluarga Nandara yang berada disana sambil mengobrol.
"Santai saja."
"Pakai ini."
Keduanya menoleh ke arah Sagara Hadiyanto yang memberikan sebuah botol kecil.
"Apa itu?" tanya Nandara yang mencium bau minyak gosok.
"Minyak Sumbawa. Dijah selalu bawa ini kemana-mana waktu dulu jadi pramugari. Obat pegal. Gosok saja kakinya Wening. Nanti hilang pegalnya. Ya tapi baunya tahu sendiri ... Tapi nanti cepat hilang kok baunya. Setidaknya tidak panas macam param kocok," jawab Sagara.
Nandara membuka botol kecil itu dan bau khas minyak gosok tradisional pun tercium. Wening mengakui kalau baunya tidak setajam param kocok.
"Biar aku gosok sendiri Nanda," ucap Wening yang tidak enak tangan suaminya nanti bau minyak Sumbawa.
"Sudah, kamu diam saja. Tangan aku sudah kena minyaknya." Nandara dengan telaten memijat pelan kaki Wening membuat istrinya merasa malu karena perlakuan suaminya di depan banyak orang.
"Kami biasa begini Ning. Waktu Dijah hamil Sasa juga tiap malam aku gosok kakinya. Apalagi kan kalau sudah hamil delapan bulan mau sembilan bulan. Kakinya pun jadi bengkak ...." Sagara tersenyum ke arah Wening. "Anggap saja Nanda latihan sebelum kamu hamil."
Pipi Wening makin merona karena dirinya bingung soal hamil. Wong belum pernah disentuh sama Nanda sama sekali!
Nandara hanya tersenyum simpul. "Benar kamu mas Gara, latihan dulu."
"Yoi!"
***
"Serius kamu tidak undang besan kamu?" tanya Sean Léopold ke Radhi Blair.
"Nope. Dia sendiri yang kasarannya membuang anak kandungnya, mana anaknya sah lagi! Dia lebih memilih anaknya yang pertama! Sungguh aku tidak terima, disaat Wening operasi, dia malah menggelar pesta mewah anak sulungnya menikah dengan pengusaha batu bara!" geram Radhi.
"Emang keterlaluan sih!" ujar Bayu O'Grady yang datang bersama Radeva Dewanata dan Devan McCloud dari New York. "Anak wedhok lho!"
"Dam bendungan aja ngamuk soal Shaera. Omar waktu Diana dan Aslan urus kasus terus kena ledakan juga ngamuk!" timpal Dante Mancini. "Aku tidak punya anak perempuan tapi tetap saja itu anak!"
"Biarin saja. Nanti akan ada karmanya," timpal Luke Bianchi. "Yakin deh!"
"Ingat Nyunyun kena tembak? Bokap ngamuknya macam gimana?" timpal Shinichi Park. "Teu habis pikir aing! Anaknya itu sudah dijadwalkan untuk operasi mata, Radhi sudah bilang tapi tidak ada balasan atau respon malah ngadain pesta pernikahan besar-besaran!"
"Tugas Nanda sekarang adalah, melindungi Wening. Bukan tidak mungkin, keluarganya disana bisa mengganggu anak itu!" timpal Michel de Luca.
Radhi mengangguk.
***
Honeymoon Suite Nandara dan Wening
Nandara menatap sebal ke Wening yang tampak tidak enak ke suaminya.
"Hari kedua?"
Wening mengangguk. "Maaf ya."
Nandara menggeleng. "Tidak apa-apa jadi kita benar-benar bulan madu di Jepang."
Wening tersenyum. "Kayaknya sih begitu."
Nandara mencium bibir Wening. "Mbak Yasmin pintar buat bajunya. Kamu terlihat cantik! Daddy benar-benar niat balas dendamnya!"
"Terima kasih sayang."
***
Jakarta
Mischa melongo saat tahu siapa desainer gaun pengantin Wening dan banyak yang bilang harganya sangat aduhai.
"Setengah juta dollar buat dua gaun pengantin?" desis Mischa saat membaca web fashion yang membahas gaun dan perhiasan yang dipakai Wening. "Perhiasan sepuluh juta dollar? Untuk kalung, anting-anting? Cincin kawinnya hampir lima juta dollar? Padahal cincin kawinnya kecil gitu!"
Kok bisa Wening mendapatkan begitu banyak perhiasan! Dasar papa Bodoh! Malah dibuang si Wening! Harusnya kan bisa dimanfaatkan!
Mischa tidak percaya jika adiknya yang selama ini hanya dinomorduakan oleh kedua orangtuanya, malah mendapatkan banyak darinya.
"Nggak, pasti suaminya pelit! Tahu sendiri kan Emir Arab itu pelit! Aku lebih banyak harta dari mas Gibran! Paling itu hanya pinjaman mertuanya!" monolog Mischa.
***
Dubai
"Lho mommy, kok jadi buat aku kalung dan anting-antingnya?" tanya Wening bingung karena saat dia menikah, benar-benar tidak membawa perhiasan, hanya cincin emas jaman dia remaja dan sepasang anting-anting berlian kecil. Tak heran, Charlotte meminjamkan perhiasannya saat Wening dan Nandara melakukan resepsi.
"Memang buat kamu. Mommy tahu kamu tidak suka perhiasan yang berlebihan jadi mommy berikan salah satu koleksi yang jarang dipakai. Nanti biar Nandara membelikan untukmu lagi selain mas kawin kemarin," jawab Charlotte. "Mommy punya banyak!"
Wening tertawa kikuk karena siapapun tahu lah bagaimana kayanya seorang Radhi Blair.
"Terima kasih mommy. Aku memang tidak terlalu suka perhiasan yang mencolok apalagi aku berhubungan dengan tanah liat. Jadi cincin kawin pun suka yang simpel meskipun Nanda manyun."
Nandara pada awalnya memang memberikan cincin kawin yang mewah tapi Wening meminta yang kecil saja jadinya cincin lamanya dia simpan. Tentu saja suaminya cemberut karena istrinya lebih suka yang minimalis.
"Nanti kalau kamu mendampingi Nanda, pakai dua cincin kawinnya ya? Biar Nanda senang." Charlotte tersenyum ke Wening.
"Baik mommy."
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️