Aqila tidak pernah menyangka hubunganya dengan Alden harus berakhir di tangan sahabatnya sendiri.
Gadis itu melihat dengan mata kepalanya sendiri Alden berhubungan dengan Viona sahabatnya di kamar hotel.
Tidak kuasa menahan sesak di dada, Aqila memilih pergi dari kehidupan Alden.
Namun, apa yang dilihat Aqila tidak sepenuhnya benar. Alden tidak sepenuhnya mengkhianati Aqila, tapi apa daya gadis itu telah pergi dengan membawa kesalahpahaman.
Akankah Alden dapat menyakinkan Aqila? Dan melurusku kesalahpaham yang terjadi?
Novel ini collab bareng SUSANTI 31
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Memberi Kesempatan
Mendengar suara pintu dibuka, Miho segera berlari untuk menyambut kedatangan teman rumahnya. Gadis itu berdiri tepat di depan samping pintu, hingga saat Aqila masuk langsung mendapatkan dirinya.
"Astaga Miho, kau mengejutkanku!" gerutu Aqila menyentuh dadanya karena kaget. Aqila mengira yang berdiri adalah titisan kuntilanak, terlebih Miho memakai masker putih dengan baju tidur yang senada.
Sementara Miho hanya menyengir tanpa dosa, gadis itu menyembulkan kepalanya untuk mencari keberadaan Alden.
"Pacar kamu mana? Tumben tidak ikut," celetuk Miho masih dengan posisi yang sama.
Sontak saja Aqila menarik tubuh Miho agar menyigkir dari pintu, setelah berhasil barulah Aqila menutupnya. Gadis itu mendaratkan tubuhnya di sofa, sementara Miho duduk di sofa khusus satu orang.
"Bagaimana perkembangan hubungan kalian? Baik-baik saja kan?" tanya Miho memastikan.
"Entahlah Miho, tapi sampai sekarang aku masih bimbang hingga memutuskan untuk berteman saja," guman Aqila dengan mata terpejam.
Berbeda dengan Miho yang berpindah tempat tepat di samping Aqila. Gadis itu menepuk pundak temannya sebanyak tiga kali.
"Dia mencintaimu dan kamu mencintainya, lalu apa yang harus menjadi pertimbangan kamu Qila?" gemas Miho mencubit pipi Aqila. "Oke, Alden tidur dengan sahabat kamu karena dijebak. Harusnya disini kamu bisa berpikir jernih Qila. Untuk apa memikirkan perasaan sahabat kamu, yang jelas-jelas telah berkhianat, hm?" Miho mulai mengomel panjang lebar pada teman serumahnya tersebut.
Miho ingin Aqila ceria dan tersenyum lebar menikmati masa-masa yang tidak akan terulang kembali.
"Penantian dan sebuah kesabaran kadang kala terbatas bagi sebagian orang, apa kamu mau benar-benar kehilangan Alden hanya karena keraguan?"
Aqila membuka matanya dan menatap manik Miho yang memancarkan ketulusan. "Lalu kamu ingin aku kembali?" tanyanya memastikan dan dijawab anggukan oleh Miho.
"Alden dijebak, harusnya dalam kondisi seperti ini kalian bersatu untuk membalas seseorang yang telah menghancurkan hubungan kalian. Memberi kesepatan kedua tidak ada salahnya," imbuh Miho semakin membuka pikiran-pikiran dangkal Aqila.
Sebenarnya Miho tidak mendukung siapapun, hanya saja yang gadis itu lihat dari Aqila dan Alden, keduanya sama-sama saling mencintai. Hanya saja kesalahpahaman yang membuat mereka bepisah.
Miho mengambil nafas kasar ketika Aqila urung mendengarkan patuahnya, dia melepas asal masker yang berada di wajahnya dan menatap tajam Aqila.
"Kamu mengatakan ini adalah kesalahan pertama Alden, jadi tidak salah jika kamu memberinya kesempatan satu kali saja. Jika benar-benar dia telah mengecewakan kamu untuk kedua kalinya, maka tinggalkan tanpa memberikan kesempatan apapun lagi."
"Sudahlah, aku mengantuk." Miho bangkit dari duduknya ketika Aqila tidak merespon apapun saran yang dia berikan. Benar-benar keras kepala, itulah Aqila.
"Apa aku harus memberinya kesempatan kedua?" gumam Aqila.
"Mungkin Miho benar, ada baiknya aku kembali bersatu untuk membalas orang-orang yang telah menghancurkan hubunganku," lirih Aqila.
Gadis itu ikut beranjak dan masuk ke kamarnya sendiri. Membaringkan tubuh di atas ranjang seraya mengayung-ayungkan kaki agar sepatunya segera terlepas.
Usai melepaskan sepatu, Aqila menarik selimut untuk membungkus tubuhnya tanpa ingin membersihkan diri lebih dulu. Rasa malas kembali melanda jiwa muda Aqila, hingga bergerak saja sudah enggang.
Aqil teringat kembali dengan kata-kata Alden di depan gedung apartemen.
Terserah kamu mau menganggap aku teman atau apapun itu Qila, tapi yang harus kamu tahu. Aku mencintaimu dan akan selalu menganggapmu kekasih.
Itulah ucapan yang Alden lontarkan sebelum meninggalkan dirinya.
Aku tidak mencintaimu lagi Alden!
Itulah jawaban yang Aqila berikan untuk Alden.
"Astaga apa yang aku katakan tadi," gumam Aqila seketika menyesal setelah mengatakan kalimat itu tepat di hadapan Alden langsung. Gadis itu buru-buru mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alden. Aqila takut Alden benar-benar menyerah mengejar cintanya, terlebih setelah dia mendengar perkataan Miho tadi. Penantian dan kesabaran mempunyai batas masing-masing disetiap orang.
Setelah mengentikkan beberapa kalimat untuk Alden, Aqila langsung memencet send dan pesan terkirim, sialnya langsung di read oleh Alden.
Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, kita bertemu di cafe dekat hotel jam 9 pagi.
Itulah isi pesan Aqila untuk Alden.
...****************...