Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Desa tempat tinggal Leona kini telah berubah. Tidak ada lagi bangunan bobrok yang nyaris roboh, tempat kumuh maupun tempat yang tak layak. Semuanya kini berubah menjadi bangunan yang tertata apik dengan rumah kayu kokoh bergaya Cina, Korea dan Jepang karena Leona sangat menyukai ketiga jenis bangunan itu.
Leona membangun sebuah rumah bergaya Jepang berlantai lima yang terletak di ujung desa yang lebih tinggi sehingga dia bisa mengawasi desa dari sini dan kediaman Calisius di robohkan mengingat rumah itu sudah lama dan tua, bisa-bisa bangunan itu roboh jika tidak direnovasi ulang.
Area kumuh padat penduduk kini di tinggalkan dan di hancurkan. Sedangkan warganya dipindahkan ke dalam desa mengingat area kumuh letaknya cukup jauh dari kediaman Calisius.
Desa ini terdiri dari dua kelompok, kelompok padat penduduk yang kumuh terletak di luar desa untuk orang-orang yang di buang, sementara bagian dalam merupakan dataran kosong yang berisi beberapa rumah yang dihuni oleh orang-orang yang bertugas menjaga wilayah ini. Tak lain merupakan ksatria dari Castallio yang di asingkan.
Dalam waktu singkat, desa ini berkembang menjadi desa menakjubkan sekaligus desa yang sibuk nantinya. Warga desa akhirnya memiliki kegiatan yang bisa menghasilkan uang sekaligus bisa berbaur dengan warga lainnya.
Leona, Jim serta pelayan di kediaman Calisius menatap pemandangan indah dari bangunan lantai lima. Seluruh desa kini tertutup salju putih yang tebal.
"Anda berhasil membangun desa yang indah, Nona." Ucap Arelle tulus.
"Belum, Arelle. Desa ini belum memiliki tembok pembatas dan gerbang. Kanal dan sungai belum tertata." Ucap Leona sembari menatap desa dari jendela lantai lima.
"Hanya dalam waktu empat bulan desa ini sudah berhasil di bangun secantik ini meskipun semua rumah terbuat dari kayu, kecuali rumah sakit, menara jam, perpustakaan dan sekolah." Ucap Jim kagum.
Leona hanya bisa tersenyum. Sebenarnya gadis itu juga diam-diam membantu warga merampungkan beberapa bangunan saat tengah malam dengan menggunakan elemen kayu miliknya. Bahkan gadis itu membangun rumah berlantai lima ini dengan elemen kayu miliknya meskipun menguras hampir seluruh chakranya.
Untung ada beberapa penduduk yang memiliki sihir sehingga pekerjaan lebih cepat selesai. Sekarang dia tinggal membangun jalan dan tembok pembatas. Leona segera menyerahkan sebuah kertas pada Jim.
"Paman, ini sketsa jalan yang akan di bangun. Buat tiga jalan besar dengan hotmix dan sisanya buat jalan setapak kecil dengan tangga, juga jalan berbatu di beberapa tempat." Jelas Leona sambil menyerahkan kertas yang di pegangnya.
Jim menerima dengan penasaran lalu membukanya. Terlihat sebuah sketsa jalanan lengkap dengan rinciannya. Keponakannya ini benar-benar luar biasa.
"Pohon-pohon besar di tepi jalan jangan di tebang, Paman. Aku ingin beberapa jalanan yang memiliki terowongan dari pepohonan. Pasti sangat indah." Ucap Leona menerawang.
💠💠💠💠
Calvian menatap paviliun Lotus dengan tatapan kosong. Kecerobohannya mengusir Leona membuat penyesalan menghantuinya. Sementara Harres hanya bisa menatap tuannya dengan tatapan datar. Pria itu sudah lelah menasehati atasannya yang hanya dianggap angin lalu. Lebih baik dia diam saja daripada kepalanya copot dari tempatnya.
Calvian menghembuskan nafasnya lelah. Rumor tentang putrinya di usir dari kediaman karena hamil dengan pelayan pribadinya membuat wajahnya tercoreng. Tidak ada yang mengetahui perihal tentang pengusiran gadis itu selain pelayan di kediaman rumah ini dan anak-anak nya. Namun percakapan pelayan dan penjaga di kediaman ini membuat pria itu menajamkan pendengarannya.
"Bukankah itu keterlaluan? Nona Leona sudah lama pergi dari kediaman ini."
"Benar. Secara tidak langsung rumor itu mencoreng nama baik tuan Duke. Apakah nona Iris tidak bisa membalas kebaikan tuan Duke yang mengadopsi nya?"
"Memangnya nona Iris tau dari mana jika nona Leona hamil? Bukankah dia tidak pernah datang ke paviliun selain sibuk berfoya-foya?"
"Yang aku tau, nona Leona dan pelayan itu selalu membuat keributan. Aku pernah mengintip mereka yang membuat sir Arthur menangis darah karena tempat latihan hancur berantakan."
"Bahkan jika mereka keluar, sir Arthur selalu mengawasi mereka. Bagaimana mungkin nona berbuat hal menjijikkan seperti itu."
"Jim bahkan sering berlatih dan nona sibuk mengurung diri di kamarnya. Katanya nona Leona sering membuat tulisan rumit yang tidak di mengerti."
Wajah Calvian menggelap. Ternyata ini ulah Iris. Segera dia menatap Harres dengan tatapan membunuh yang sukses membuat pria itu gemetar ketakutan.
"Selidiki tentang Iris. Laporkan hasilnya secepatnya." Perintahnya dengan bengis. Harres buru-buru menganggukkan kepalanya dengan keringat dingin membanjiri tubuhnya. Pria itu segera pergi dari sana.
"Dasar anak tidak tau diri. Jika bukan karena perintah raja bodoh yang lemah itu, aku sudah membunuhmu sedari dulu meskipun kau memiliki sihir cahaya." Gumamnya emosi lalu dia kembali tersenyum licik.
"Bukankah sihir cahaya akan menghilang jika dia di penuhi perasaan kegelapan? Aku ingin melihat apa yang akan di lakukan raja jika anak yang ingin dijadikan menantu itu kehilangan sihir cahayanya."
Calvian sebenarnya tidak menyayangi Iris sebagai anak. Dia tidak bisa mendekati putri kandungnya karena sang raja selalu memanggilnya ke istana setiap kali ingin berjumpa dengan putrinya semenjak Miria meninggal.
Hanya Arthur dan Lucas yang merawat dengan Leona. Calvian ingin mencari keberadaan Leona dan menemuinya untuk meluruskan kesalahpahaman ini, namun untuk sementara dia harus menyembunyikan keberadaan gadis itu. Meskipun putri kandung nya membencinya, dia tidak keberatan.
Calvian mendekati para pelayan yang sibuk bergosip itu dan berdehem. Sontak para pelayan itu berjengit kaget dan menunduk dengan tubuh gemetar.
"Aku ingin kalian menyebarkan rumor." Ucapnya dengan nada membunuh. Seketika para pelayan itu mengeluarkan keringat dingin.
"Y-y-ya T-t-tuan?"
"Sebarkan rumor jika Iris tidak bisa membalas kebaikanku yang telah mengadopsinya. Katakanlah jika dia hanya bermalas-malasan dan suka berfoya-foya. Dia hanyalah anak manja yang tidak mau berlatih. Sebarkan rumor itu sekarang juga. Bila perlu lebih-lebihkan." Perintah Calvian dengan nada dingin, tidak lupa hawa membunuh yang keluar menguar dari tubuhnya.
"B-baik."
💠💠💠💠
Musim semi datang dengan cepat. Kini salju mulai mencair menghadirkan gemercik air yang terdengar di sepanjang aliran air di desa. Kuncup bunga dan pucuk dedaunan mulai terlihat.
Leona kini berjalan mengelilingi desa bersama para siluman dan Arelle sambil sesekali menjawab sapaan warga.
Perlahan desa ini menjadi desa sibuk. Orang-orang yang di latihnya kini bekerja di rumah sakit, sekolah dan restoran. Sementara beberapa orang mulai bekerja di beberapa pertambangan miliknya.
Anak-anak mulai di sekolahkan dan diberi pelajaran yang sering di berikan pada bangsawan. Leona ingin desa ini menjadi lebih maju dalam segi apapun.
"Nona, lihat tempat itu seperti terowongan." Ucap Kazuma dengan berbinar saat melihat sebuah jalan setapak dengan ranting-ranting pohon melengkung dan menjuntai nyaris menyentuh tanah.
"Kau benar, Kazuma. Ini akan menjadi tempat yang indah. Ah, aku harus menghubungi Saga untuk membeli banyak jenis bunga." Ucap Leona sambil menerawang.
"Saya setuju dengan pendapat Anda, Nona." Ucap Kei sopan. Dia adalah seekor panther hitam dengan mata merah sipit dan berambut hitam. Wajahnya cukup tampan dengan rahang tegas. Fitur wajahnya menyerupai orang Cina.
"Tapi akan semakin bagus jika kanal dan sungai di tata dulu sebelum di hias, Nona." Sela Mei. Dia adalah seekor siluman kelinci. Wajahnya cukup cantik dengan fitur wajah wanita Korea, dia memiliki rambut pink pudar dengan mata ungu yang indah.
"Ide kalian bagus juga. Sebaiknya kita segera pulang untuk membuat sketsa." Ucap Leona dan tersenyum ceria.
Hari keberangkatan Leona ke akademi telah tiba. Para siluman menatap kepergian Leona dengan sedih. Begitu pula dengan Arelle dan Jim.
"Ayolah, aku hanya pergi ke akademi untuk belajar. Nanti aku akan sering berkirim surat untuk kalian." Bujuk Leona.
"Kediaman ini akan sepi tanpamu, Leona."
"Benar, Nona. Kami akan merindukan mu."
"Jangan khawatir. Jika liburan tiba, aku segera kembali." Ucap Leona dan segera berpamitan.
Sementara di kediaman Castallio, Calvian menatap Iris dengan datar semenjak rumor buatannya beredar luas. Sejak hari itu hubungannya dengan Iris mulai memburuk. Calvian tidak pernah melihat Iris berlatih kemampuannya, selama ini dia hanya melihat gadis itu hanya menghadiri pesta kalangan bangsawan dan berbelanja.
"Kau sudah membuatku malu, Iris." Ucap Calvian dengan nada menusuk. "Aku berharap kau membuat nama Castallio membaik, tapi kerjaanmu hanya menghadiri pesta dan menghabiskan uang. Kau bahkan lebih buruk dari Leona." Cercanya yang membuat Iris menunduk.
"Castallio terkenal kejam dan berdarah dingin di medan perang. Lalu kau? Hanya memiliki sihir cahaya saja kau malas berlatih? Aku tidak habis fikir denganmu. Anak pungut yang bisanya berfoya-foya saja."
Iris tertampar mendengar perkataan dan hinaan dari Calvian. Dia ingin marah, tetapi perkataan Calvian benar. Dia hanya anak angkat yang tidak memiliki orang tua.
"Aku memberimu kesempatan sekali lagi, jika gagal jangan pernah kembali lagi." Ucap Calvian dengan dingin.
"Baik, Ayah."
Iris diam-diam mengepalkan tangannya. Selama ini dia tidak pernah mendapatkan perkataan seperti ini. Iris memutuskan menatap Calvian, seketika dirinya tertegun. Sorot mata pria itu serta asisten nya tidak menatap Iris dengan hangat. Sorot itu dingin, kecewa, marah serta tak suka yang diarahkan padanya. Begitupula dengan Emillio yang berdiri di samping sang ayah.
Iris tertegun. Selama ini dia tidak pernah menatap wajah Calvian dan Emillio secara langsung ketika berbicara. Dia hanya menundukkan kepalanya saja.
Iris menunduk dan mengepalkan tangannya erat. Dia harus berhasil membuat mereka menyayanginya, bagaimanapun caranya.