Pertemuan dalam keadaan yang tidak biasa membuat keduanya memiliki hubungan hingga bertahun-tahun lamanya.
Tapi karena adanya ambisi dan keegoisan untuk balas dendam membuat ia memilih jalan pintas untuk memanfaatkan keadaan yang terbuka lebar di hadapannya.
Tapi gadis itu harus hamil di luar nikah hingga menghancurkan masa depannya dan membuat seluruh keluarganya dikucilkan dari Lingkungan serta kehidupan keluarganya, sedangkan pria itu menghilang hingga bertahun-tahun lamanya.
Fariz dan bundanya menjadi penyemangat hidupnya hingga bangkit dari keterpurukannya dan memulai kehidupan baru bersama seorang gadis kecil yang imut dengan pipi chubby yang sudah empat tahun lebih menemaninya.
Menjadi single parent diusianya yang masih muda dan tanpa ada ikatan pernikahan menjadi polemik tersendiri yang dihadapinya dan harus berpindah-pindah tempat demi psikis buah hatinya.
Makassar menjadi kota pelabuhan terakhir mereka untuk memulai hidup baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21
"Sana mandi baru kita makan bersama kalau kau sudah mandi, Bunda minta tolong kamu hubungi nomor hpnya adikmu tanyakan kabarnya dan kapan pulang ke rumah," pintanya Bu Humairah.
Fariz berdiri dari duduknya lalu berdiri tegap di hadapan bundanya," siap! Perintah akan saya jalankan," jawabnya Fariz yang bercanda bersama bundanya seolah-olah bundanya adalah seorang kapten saja atasannya di kantor.
Sebelum meninggalkan dapur, Fariz sempatkan tangannya mengambil udang goreng tepung keju dengan tempe mendoan sebelum berjalan meninggalkan bundanya yang masih sibuk mengaduk sayur capcay nya.
"Fariz! Ya Allah… Nak! Bunda tadi bilang apa sama kamu! Sana bersihkan badan kamu dulu baru kita makan bersama, malah menoel gorengan lagi," guraunya Bu Humairah seraya tersenyum simpul kearah anak pertamanya itu.
Fariz tersenyum melihat Bundanya yang ngomel-ngomel," masalahnya masakan Bunda enak sih, makanya Bunda harus tanggung resiko gini sudah kalau masakannya enak, lezat dan maknyus," pujinya Fariz yang menimpali perkataannya Bu Humairah.
Bu Humairah yang mendengar pujian dari anak sulungnya hanya tersenyum menanggapi perkataan dari putranya yang seorang anggota kepolisian sekitar empat tahun yang lalu.
"Seandainya kamu sudah siap untuk mau menikah pasti bunda akan sangat bahagia Nak, bunda ingin menggendong cucu seperti keluarga dan teman bunda lainnya," batinnya Bu Humairah yang berwajah sendu.
Fariz tanpa sengaja melihat raut wajah bundanya yang berubah sendu, sangat tahu apa yang sedang dirasakan oleh bundanya itu.
"Maafkan Fariz Bunda! Fariz belum siap untuk menikah karena aku belum menemukan Annisa, aku sudah mencari keberadaannya tapi hingga detik ini masih nihil, aku sangat mencintainya Bunda walaupun hari itu saat ia dengan beraninya mengatakan cintanya di hadapan orang banyak aku terpaksa menolaknya karena waktu itu aku masih mau fokus dengan cita-citaku dengan terpaksa aku menolaknya," batin Fariz yang harus kembali mengingat masa lalunya sekitar lima tahun lalu saat ia berseragam putih abu-abu.
Annisa adalah adik kelasnya yang sejak dulu sudah menaruh harapan dan hati padanya m Fariz tidak menampik dan memungkiri jika ia juga jatuh cinta pada gadis berhijab sari' itu. Gadis yang memiliki lesung pipi kirinya yang semakin membuatnya semakin cantik dan ayu.
Tapi,baru kali ini ia melihat ada gadis yang berani mengatakan perasaannya di hadapan orang lain. Fariz tidak mengetahui jika Annia Khairunnisha waktu itu mengatakan cintanya karena ada seseorang yang menjebaknya sehingga ia terpaksa mengatakan jika ia mencintai Fariz di depan umum. Annisa mendapatkan ancaman berupa surat kaleng sehingga dengan beraninya ia terpaksa melakukan hal itu.
"Ya Allah berilah aku kesempatan untuk bertemu dengan Annisa, aku ingin mengutarakan perasaanku padanya dan meminta maaf atas jawabanku waktu itu yang terpaksa menolaknya di depan umum," gumamnya sembari mengguyur tubuhnya dengan air dari shower.
Berselang beberapa menit kemudian, Bu Humairah dan anaknya Fariz sudah duduk di hadapan berbagai masakan hasil ciptaan dari tangan ajaib seorang Ibu. Dengan penuh hati yang tulus, ikhlas hingga masakan itu semua sudah terhidang di atas meja makan.
"Bunda! Kok Rubi lama banget yah pulangnya padahal sudah siang? Padahal tadi pagi saat aku telpon katanya sebelum shalat dzuhur sudah tiba di rumah," keluhnya Fariz yang sudah merindukan adik kesayangannya itu.
"Bunda juga tidak tahu mungkin saja…," ucapannya Bu Humairah terpotong karena suara cempreng khasnya Rubi mengucapkan salam sudah memenuhi seluruh penjuru sudut ruangan rumahnya itu.
Raut wajahnya Bu Humairah sudah berseri bahagia melihat kepulangan anak bungsunya sekaligus anak tunggal perempuan dalam keluarganya.
"Assalamualaikum," salamnya Rubi yang berjalan tergesa-gesa menuju ruangan dapur tempat bunda dan kakaknya berada.
Bu Humairah segera berdiri untuk menyambut kedatangan anaknya sedangkan Fariz hanya tersenyum melihat adiknya itu dengan senyuman khasnya.
"Ya Allah… kenapa bagian sensitifku masih sering sakit, perih juga padahal aku sudah sempatkan minum obat penahan rasa sakit,apa aku sebaiknya ke dokter saja yah? Tapi aku takut jika ada yang aneh," lirihnya Rubi.
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya terhadap First Love Rubi Salman dengan caranya:
Like Setiap babnya, Rate bintang lima, Favoritkan agar tetap mendapatkan notifikasi, Bagi gift poin atau koinnya dan klik iklannya juga yah kakak readers...
Mampir juga dinovel aku yang lain:
Merebut Hati Mantan Istri.
Duren, i love you
Bukan Yang Pertama
Cinta Pertama
Makasih banyak all readers… I love you all..
by Fania Mikaila Azzahrah
Takalar, Minggu, 20 November 2022